Selasa, 19 September 2017

Percobaan Toleransi: Floating Irritations

Floating Irritations
Bulan lalu, bertepatan dengan dirgahayu RI, kami membahas karakter tenggang rasa atau toleransi. Karakter ini merupakan hal yang penting bagi kita yang tinggal dalam masyarakat yang sangat majemuk. Bukan hanya untuk anak, untuk orang dewasa pun hal ini terkadang susah dilakukan. Namun hal ini merupakan hal yang penting, apalagi dalam suatu kelompok. Dibutuhkan adanya kerjasama dan penerimaan antara satu dengan yang lainnya.

Apakah definisi toleransi? Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, tenggang rasa adalah sikap atau sifat membolehkan pendirian orang lain yang berbeda dengan kita. Toleransi juga didefinisikan sebagai batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Dengan kata lain, asal masih berada dalam batasan kita, akan mudah bagi kita bersikap toleransi.

Berdasarkan karakter yang kami bahas toleransi adalah penerimaan terhadap orang lain sebagai ekspresi unik atas kualitas karakter tertentu dalam derajat kedewasaan yang bebeda. Dalam bahasa yang mudah dimengerti anak-anak, saya mengatakan dapat menerima orang lain yang berbeda dengan kita. Tentunya terkadang susah untuk menerima orang lain yang berbeda, apalagi jika yang berbedanya ini memaksakan kehendak kepada kita. Tetapi seperti Tuhan menerima kita apa adanya, maka dengan kasihNya yang ada pada kita, kita pun dapat menerima orang lain yang berbeda dengan kita. Saat kita bersedia untuk membagi kasih Tuhan kepada orang lain, maka Tuhan sendiri yang menumbuhkan sikap toleransi dalam hidup kita.

Untuk membuat pembahasan ini lebih mengena, maka kami melakukan suatu ilustrasi. Ilustrasi ini diberikan dengan tujuan agar kita mampu memahami bagaimana kita menjadi saluran kasih Tuhan saat kita menunjukkan sikap toleransi. Kalau biasanya kami memahami suatu karakter dengan membuat craft, kali ini kami melakukan eksperimen. 

Alat-alat yang diperlukan:
1. Botol atau gelas yang cukup tinggi dan transparan.
2. Uang logam, kami menggunakan Rp 1.000,00.
3. Es batu (agak banyak).
4. Gelas yang berisi air.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Masukkan uang logam ke dalam botol atau gelas. Katakan kepada anak-anak bahwa uang logam ini adalah kita.
2. Setelah itu masukkanlah es batu ke dalam botol tersebut. Katakan kepada anak-anak bahwa es batu ini adalah perasaan kesal kita akan sikap orang-orang disekeliling kita yang berbeda dengan kita dan lumayan menyebalkan. Saat memasukkan es batu, kita mengajak anak-anak untuk menyebutkan kita tidak suka jika teman kita berbuat ini atau itu. Misalkan kita tidak suka jika teman meminjam dan merusak barang kita, saudara yang suka nangis, teman tidak tepat waktu, teman tidak dapat dipercaya, teman senang menyuruh kita melakukan ini itu, teman berkata-kata tetapi tidak dapat melaksanakan kata-katanya, dan sebagainya.
3. Ajak anak mengamati apakah ada jarak antara uang logam dan es batu tersebut. (jawabannya tidak). Mengapa? Karena yang ada di dalam botol tersebut hanya kita dan pandangan kita akan sikap mereka yang berbeda dan terkadang menyebalkan. Otomatis gesekan yang ada semakin terasa.
Uang logam dan es batu yang saling bersinggungan.
4. Setelah itu kita ambil gelas yang berisi air. Air itu melambangkan kasih Tuhan yang kita nyatakan kepada orang-orang tersebut, misalkan dengan memaafkan, menolong mereka, tersenyum, mengajak mereka bermain, memberikan hadiah, mendoakan mereka, dan sebagainya. Kita tuangkan 1/4 air dari gelas tersebut. Untuk memudahkan, saya menggunakan measuring cup. Tanyakan kepada mereka apakah ada jarak antara es batu dan uang logam. Pasti mereka akan menjawab belum ada.
5. Tuangkan lagi 1/4 isi gelas tadi. Setelah itu saya mengatakan kepada mereka kita lebih lagi melakukan setiap hal yang baik diatas. Apa yang terjadi dengan uang logam dan es batu? Sekarang ada jarak antara uang logam dan es batu.
Dengan adanya air, jarak antara es batu dan uang logam semakin menjauh.
6. Tuangkan kembali 1/4 isi gelas, kemudian amati apa yang terjadi. Setelah itu tuangkan sisanya, dan lihat perbedaan yang ada.
Semakin banyak air, semakin jauh jarak antara uang logam dengan es batu.
Semakin banyak air yang ada di dalam gelas, semakin jauh jarak antara uang logam dan es batu. Dan saat seluruh air sudah dituang kedalam gelas atau botol, es batu sudah mengapung dipermukaan air tersebut. Saya mengatakan kepada anak-anak bahwa semakin banyak kasih yang kita berikan, semakin jauh jarak gesekan antara satu dengan yang lain. Bahkan kasih tersebut dapat membuat perasaan kesal kita menghilang.

Kita tidak menunjukkan kasih dengan tujuan untuk menghilangkan kekesalan kita, tetapi saat kita belajar mengasihi orang yang berbeda dengan kita, kasih akan orang ini membuat kita tidak mudah terganggu oleh ketidakdewasaannya. Point ini bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk kita sebagai orang tua. Sama seperti uang logam tersebut, sebanyak apapun air akan tetap tenggelam, maka saat kita dipenuhi oleh kasih Tuhan kita akan semakin dalam lagi mengenal Dia. Dan sama seperti es batu yang akan mengapung dan mencair jika bertemu dengan air, maka semua perasaan kesal kita pun akan lenyap saat kita tinggal didalam kasihNya =)

Di akhir percobaan, setelah urusan dengan toleransi selesai, saya iseng bertanya mengapa es batu tersebut bisa naik keatas atau mengapung sedangkan uang logam tetap tenggelam. Jawaban anak-anak begitu sederhana, karena es batu kalah berat dengan air, jadi dia mengapung. Wajar sih, karena mereka belum belajar berat jenis. Tetapi cara ini juga dapat digunakan saat kita akan mengajari anak-anak tentang konsep mengapung dan tenggelam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar