Senin, 13 November 2017

Emma Poeradiredja, Pejuang Emansipasi Wanita


Bulan Oktober diperingati sebagai bulan peringatan Sumpah Pemuda. Biasanya di bulan ini Museum Sumpah Pemuda mengadakan pameran mengenai tokoh-tokoh yang terlibat dalam perumusan Sumpah Pemuda, yang tidak terlalu dikenal oleh semua orang. Tahun lalu, Museum Sumpah Pemuda membahas tentang dokter Moewardi. Tahun ini, Museum Sumpah Pemuda memilih Emma Poeradiredja sebagai tokoh wanita tiga zaman yang memberikan sumbangsih bagi bangsa Indonesia. 

Awalnya kami diundang untuk menghadiri acara pembukaan pameran ini. Namun apa daya karena ada pertemuan bulanan homeschool dan kesibukan anak-anak dalam pentas balet mereka, kami tidak dapat hadir saat pembukaan. Setelah meluangkan waktu, dan pertanyaan anak-anak kapan ke Museum Sumpah Pemuda, kami pun mengunjungi museum seminggu setelah pameran dibuka. 

Siapakah Emma Poeradiredja? Tokoh yang mempunyai nama asli Raden Rachmat'ulhadiah Poeradiredja merupakan tokoh yang terlibat dalam perumusan Sumpah Pemuda dan berperan dalam pergerakan emansipasi wanita dan aktivis sosial. Beliau lahir di Cilimus, Kuningan Jawa Barat pada tanggal 13 Agustus 1902. Emma merupakan putri pertama empat bersaudara. Ayahnya bernama Raden Kardata Poeradiredja dan ibunya bernama Siti Djariyah. Nama Emma digunakan karena Emma sangat menyukai ratu Emma.

Masa Penjajahan Belanda
Tidak seperti anak perempuan pada zamannya, Emma berkesempatan mendapatkan pendidikan yang terbaik. Awal pendidikannya, Emma bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada tahun 1910 sampai 1917 di Tasikmalaya. Selanjutnya, Emma sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Bandung pada 1918 kemudian pindah ke MULO Salemba di Batavia.
Barang-barang peninggalan Emma, dari medali, perlengkapan pribadi, baju, piagam, dan rapot sekolah.
Ketika masih duduk di kelas satu MULO, Emma sudah masuk menjadi anggota Bond Inlandsche Studeerend (BIS), kemudian pada tahun 1918 Emma menjadi anggota Jong Java. Setelah lulus dari MULO pada 1921, Emma mengikuti ujian dinas Staatspoorwegen (SS) kemudian mulai bekerja di perusahaan kereta api tersebut. Walaupun sudah bekerja, Emma masih aktif mengikuti kegiatan organisasi. Pada tahun 1925 Emma menjadi anggota Jong Islamiten Bond (JIB) dan menjadi ketua JIB cabang Bandung. Saat Kongres Pemuda Pertama pada 30 April 1962 sampai 2 Mei 1926, Emma hadir sebagai wakil dari JIB. Emma pun hadir saat Kongres Pemuda II yang dilaksanakan di Gedung Khatolieke Jongelingen Bond pada tanggal 27 Oktober 1928. Bahkan saat perumusan Sumpah Pemuda pun Emma hadir.
Bendera JIB
Selain aktif berorganisasi, Emma pun aktif dalam gerakan memajukan kaum perempuan. Emma  aktif di kegiatan kepanduan putri dari tahun 1925 - 1940. Emma mendirikan organisasi wanita Dameskring pada tahun 1927. Emma juga mendirikan Pasundan Istri (PASI) pada 30 April 1930. Ia menjadi penggagas undang-undang perkawinan untuk melindungi para perempuan.
Salah satu bagian dalam pameran, kuiz untuk pengunjung.
Masa Penjajahan Jepang
Memasuki masa penjajahan Jepang, setiap kegiatan organisasi mulai dibatasi. Semua organisasi politik ataupun organisasi sosial harus dibubarkan, termasuk PASI. Pada masa itu hanya organisasi yang berguna bagi kepentingan pemerintahan Jepang yang boleh ada. Salah satunya adalah Fujinkai yang merupakan organisasi pertahanan khusus perempuan. Emma Poeradiredja pun terjun ke dalam organisasi ini dan menjabat sebagai wakil. 

Masa Setelah Merdeka
Emma aktif di dalam berbagai kegiatan sosial. Pada tahun 1949, Emma mendirikan organisasi pekerja Kereta Api yaitu Yayasan Fonds Kecelakaan Pegawai Kereta Api (YFKPKA), yang kemudian berubah nama menjadi Yayasan Kematian Warga Kereta Api (YKWKA). Bentuk kepedulian Emma tidak berhenti sampai situ saja. Pada tahun 1951 Emma membentuk Yayasan Badan Sosial Pusat Buruh Kereta Api. Pada tahun 1952, Emma terpilih sebagai Wakil Kongres Wanita Indonesia pada seminar tentang "The Status of Women in South East Asia". Pada tahun 1956, Emma mendirikan Rumah Sakit Bersalin yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Kartu anggota yang dimiliki Emma.
Pada tahun 1958 Emma mendapatkan kesempatan untuk belajar selama enam bulan di School For Workers The University of Wisconsin di negara paman Sam, Amerika Serikat. Disana Emma mempelajari administrasi kesejahteraan pegawai, terutama yang berhubungan dengan perkoperasian. Setelah menyelesaikan kursusnya, ia mendapatkan Certificate of Achievement di bidang Cooperative Administration.
Certificate of Achievement
Pada tahun 1967 Emma mendirikan Yayasan Bina Kerta Raharja Karyawan Kereta Api dan menjadi direktur yayasan tersebut sampai tahun 1976. Selain itu, Emma menjadi penasihan dan pelindung di organisasi Ikatan Wanita Kereta Api.
Kiri atas: Emma dengan Presiden Soeharto. Kiri bawah: Emma saat belajar di Amerika Serikat.
Kanan: Emma dengan sahabatnya.
Berfoto dengan penghargaan-penghargaan yang diterima Emma.
Perjalanan kami di pameran Museum Sumpah Pemuda hampir selesai, yang berarti kisah Emma yang kami baca pun sudah hampir selesai atau mendekati akhir hidupnya. Pada tanggal 13 April 1976, Emma jatuh sakit. Emma meninggal pada tanggal 19 April 1976 pada pukul 13.20 di RS Hasan Sadikin. Beliau dikebumikan pada tanggal 20 April 1976 di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.
Prosesi pemakaman Emma Poeradiredja.
Di akhir pameran terdapat dinding yang boleh ditempel post-it yang berisi pesan dan kesan. Awalnya Duo Lyyns ingin menulis. Namun kertas post-it habis sehingga kami hanya dapat melihat apa saja pesan dan kesan pengunjung yang datang. Cukup unik juga. Karena museum ini didatangi oleh anak-anak dari sekolah-sekolah juga, maka pesannya pun bervariasi, dari yang bermakna sampai yang versi anak zaman now.
Kesan Pesan pengunjung yang melihat pameran.
Saat kami datang, museum sedang penuh dengan anak SD yang mengadakan kunjungan. Kami cukup terkaget-kaget karena anak-anak kecil ini hampir semuanya membawa smartphone. Mereka asyik selfie, berfoto bersama, streaming menonton boyband Indonesia, main game, dan bahkan menggunakan boomerang. Padahal sepertinya mereka masih kelas 4. Memang anak zaman now =D Bagaimana dengan pengajarnya? Hampir sebagian besar guru mereka sedang bersantai dengan handphone dan leyeh-leyeh di bawah pohon. Mungkin memang sudah waktu bebas bagi anak-anak ini, dan juga gurunya.
Anak SD yang sibuk bermain game dan menonton.
Kunjungan kami di museum ini diakhiri dengan melihat biola WR Soepratman dan kisah heroik dibalik penyimpanan CD lagu Indonesia Raya oleh Yo Kim Tjan. Senang rasanya melihat perjuangan kemerdekaan Indonesia ini tidak hanya dilakukan oleh salah satu suku, namun oleh berbagai suku dan etnis yang ada di Indonesia yang merasa sebagai warga negara Indonesia, apapun warna kulit dan agamanya. Kunjungan ke sini selalu dipenuhi dengan cara sederhana mengajarkan sejarah Indonesia kepada anak-anak melalui tokoh-tokoh yang selama ini jarang dibahas di buku sejarah Indonesia.
Goodie Bag yang kami dapatkan, walau tidak hadir di pembukaan pameran. Terima kasih :)
Pameran mengenai Emma Poeradiredja akan berlangsung sampai 26 November 2017. Tentunya setiap hari museum ini ramai dengan sekolahan-sekolahan yang mengadakan kunjungan ke sini.

Museum Sumpah Pemuda
Jl. Kramat Raya No. 106
Jakarta 10420 Indonesia
Telp. (62-021) 3103217, 3154546
Fax. (62-021) 3154546
e-mail : museumsumpahpemuda@yahoo.com
http://www.museumsumpahpemuda.com
Jam operasional: 08.00 - 15.00, tutup di hari Senin.
HTM: Rp 1.000 - Rp 2.000,00
Bangga menjadi anak Pramuka :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar