Selasa, 07 November 2023

Our Short Term Project Physical Education

Bagi para homeschooler, pemilihan mata pelajaran menjadi preferensi masing-masing keluarga. Memang ada mata pelajaran yang wajib seperti bahasa, matematika, agama, dan science. Tetapi ada juga yang menjadi pelajaran pilihan, dalam arti tidak selalu ada di setiap semester.

Di rumah kami, yang menjadi pilihan adalah Physical Education atau yang biasa dikenal olahraga. Berhubung kami bukan keluarga yang suka sekali berolahraga berat, olahraga pilihan kami tidak jauh dari berenang dan atletik. Di semester ini, kami membuat short project di bidang Physical Education

101 Tennis

Dimulai dari si kecil yang suka jungkir balik, roll depan dan roll belakang dimana saja. Kami pun teringat, waktu kakak-kakaknya masih umur dua, mereka diikutkan Gymb***e. Segala hal yang berhubungan dengan motoric kasar dilatih di sini. Tujuannya sih supaya mereka tahu cara rolling yang benar.

Tetapi karena si kecil bertumbuh di masa apa-apa di rumah saja dan karena sudah tidak ada lagi Gymb***e terdekat, maka si kecil tidak ikut kelas apa-apa. Yang dia lakukan adalah mengimitasi kegiatan Lynn B yang sangat bagus motoric kasarnya. Akhirnya kami pun mencoba mencari tempat yang bisa memfasilitasi hal ini.

Setelah searching dan trial, kami pun bergabung dengan salah satu club. Menariknya, uang les bulanan anak kedua dan ketiga hanya setengah harga dari anak pertama. Apalagi biaya pendaftaran hanya goban. Dah setelah dikalkulasi, harga les per anak hitungannya murah karena ada berbagai cabang olahraga yang bisa diikuti  sebebas mereka. Mamak pun berdiskusi dengan kepala sekolah dan kepala sekolah setuju dengan short term project ini.

Ini seperti oase di tengah padang pasir untuk Lynn B. Dia yang selalu ribut mau belajar soccer pun bisa mencoba di sini. Alhasil short-term project dilakukan dengan bahagia bagi si tengah ini. Olahraga yang diambil ada futsal, tenis, basket, berenang, dan gymnastics.

Tujuan kami adalah agar anak-anak bisa mengenal bermacam cabang olahraga dengan cara yang lebih menarik. Bukan sekedar menghapalkan luas lapangan, tetapi mencoba melakukan olahraga dengan tepat dan benar. Selain itu, mereka pun belajar teamwork dalam olahraga.

Banyak orang yang tidak menyangka anak-anak merupakan homeschooler. Mereka berdua dengan cepat beradaptasi dan mempunyai teman-teman. Dalam permainan beregu pun mereka bisa bekerjasama dengan baik. Nah, siapa bilang homeschooler tidak dapat bersosialisasi kan?

Apa yang kami dapatkan di akhir short term kami? Untuk si kakak yang sangat nyeni, olahraga bukanlah sesuatu yang utama. Apalagi si kakak ini suka clumsy. Kena bola basket pun sudah berkali-kali. Tetapi saat kami memutuskan mengikutkan dia di short-term project ini, kami ingin dia dapat mengatasi ketakutan untuk rolling di bar saat gymnastic.

Saat dia masih umur enam, kakak ikut gymnastic, bahkan sempat disuruh ikut kompetisi internasional sebelum tangannya retak. Yang awalnya dia tidak takut untuk rolling di bar, karena ketemu pelatih yang tidak sabaran dan mendorong dia untuk cepat-cepat roll di bar, kakak sempat tidak berani roll di bar. Bersyukurnya di short-term project ini dia jadi belajar untuk mengatasi ketakutan dan akhirnya terbiasa lagi muter di bar. Si kakak pun diajak untuk masuk kelas advance

Untuk cabang olahraga yang lain, kakak yang memang hobi mencoba, dengan senang hati mencoba parkour, basket dan tenis. Kemampuan dia bermain basket dan tenis pun lumayan terlatih sekarang. Bahkan pelatihnya pun berkata kakak mempunyai kemampuan dalam basket dan tenis.

Bagaimana dengan futsal? Kami hanya meminta dia ikut tiga kali, supaya gak buta-buta amat dengan futsal. Di pertemuan pertama, dia langsung menyatakan this isn’t her type. Tetapi dia mencoba sampai yang ketiga.

Untuk si Tengah, Lynn B, semua kerinduan dia akan gymnastics terpenuhi. Bukan hanya di kelas biasa, tetapi adik ikut di kelas yang lebih advance. Parkour, futsal, basket, dan tenis juga diikuti oleh adik. Dari ketiga kelas tersebut, futsal masih menjadi favoritnya. 

Futsal untuk si adik.

Salah satu yang menjadi pergumulan adik adalah berenang. Adik selalu ketakutan tidak bisa bernafas di air (yang selalu kami jawab ya pasti gak bisa, kamu kan manusia dan bukan ikan). Tetapi setelah short-term ini ada kemajuan yang kami lihat.

Untuk si kecil, kami dapat melihat bahwa memang dia mempunyai motoric kasar yang sangat bagus untuk anak seusia dia. Dengan cepat dia menyerap segala yang diajarkan pelatih. Tapi tentu saja, as the youngest, suka ada drama =D

Sebagai orang tua yang memilih untuk mendidik anaknya di rumah, seringkali kita merasa dituntut untuk memenuhi sisi akademis mereka. Tetapi faktanya, bagi sebagian anak yang tidak terlalu baik dalam bidang akademis, kegiatan belajar menjadi beban. Di sini tantangan kita untuk bisa melihat potensi mereka tanpa mengabaikan memberi asupan akademis yang dibutuhkan.