Kamis, 25 Agustus 2016

Tempelan Kulkas Bahtera Nuh

Tempelan kulkas Bahtera Nuh karya kakak.
Mulai Juli kemarin, kakak sudah mulai masuk pelajaran Science. Pendekatan Science di luar, menurut saya, cukup seru. Prinsip mereka untuk anak grade 1 adalah mengenalkan science secara menarik sehingga anak-anak tahu apa aplikasi science di sekitar mereka.

Di pelajaran unit 2 ini, anak-anak diminta untuk menemukan beberapa prinsip dasar mengenai fisika yang digunakan saat mereka bermain sehari-hari. Salah satunya dengan magnet yang ada pada tempelan kulkas. Walau kakak sudah tahu magnet, tetapi karena bacaannya begitu menarik, maka kakak pun mengikuti setiap percobaan dengan semangat. Setelah melakukan berbagai percobaan dengan magnet (belajar medan magnet secara sederhana, kutub yang sejenis dan tidak sejenis, jenis benda yang dapat ditarik oleh magnet dan yang tidak dapat ditarik oleh magnet), maka kami membuat aktivitas tempelan kulkas. Berhubung aktivitas harus dapat dilakukan oleh kedua anak yang umurnya berbeda, maka dipilihlah tempelan kulkas bahtera Nuh.

Bahan-bahan yang diperlukan
1. Piring kertas  yang sudah dibolongi di bagian pinggir-pinggirnya (1 utuh dan 1 lagi setengah). 
2. Kertas setengah lingkaran yang berbentuk seperti pelangi. 
3. Kertas berbentuk awan (bisa digambar oleh si anak). 
4. Benang kasur atau wool. 
5. Magnet. 
6. Lem. 
Bahan-bahan yang diperlukan.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 
1. Mintalah anak mewarnai gambar pelangi yang ada. 
2. Mintalah anak menghias bagian belakang dari piring kertas yang hanya setengah. Ceritanya adalah mereka memberikan gambar pintu di bagian depan dan jendela. Biarkan mereka berkreasi dengan imajinasi mereka.
3. Setelah acara mewarnai, maka tempelkanlah gambar pelangi pada piring kertas yang sisinya tidak bolong. 
4. Posisikan piring kertas yang hanya setengah di atas piring kertas yang utuh, di bagian piring kertas yang tidak ada tempelan pelanginya. 
5. Ikatkan benang kasur pada salah satu ujung, lalu biarkan si anak melakukan lacing sampai ujung. Jika sudah sampai ujung, minta si anak untuk melanjutkan kembali ke awal yang ada ikatannya. Lalu ikat kembali ujung benangnya. 
6. Tempelkan awan pada pelangi.
7. Tempelkan magnet di bagian belakang piring kertas yang tidak ada gambarnya. Usahakan di bagian yang menonjol supaya bisa menempel di kulkas. 

Dari kegiatan ini, anak-anak melatih kemampuan  lacing mereka dan juga mengingat cerita Nuh. Apalagi saat mereka diminta menghias bagian bahtera. Adik membuat dua pintu. Yang satu untuk orang, dan yang satu untuk binatang. Tetapi lucunya yang untuk binatang bisa membesar dan mengecil sesuai ukuran binatang. Sedang si kakak, pintunya hanya satu, seperti cerita Nuh, tetapi jendelanya berbentuk bunga. Namanya juga anak perempuan ya:)
Karya adik. Yang berwarna biru adalah pintu untuk binatang dan yang berwarna putih adalah pintu untuk orang.


Selasa, 23 Agustus 2016

Resep Homemade Finger Paint

Finger painting by mom.

Anak-anak senang sekali namanya bermain dengan cat. Walau si kakak anaknya gelian dan bolak-balik mencuci tangan, mereka tetap bersemangat bermain dengan cat. Seringkali saat bermain dengan cat, mereka menuangkan apa yang ada di pikiran mereka. Dan biasanya imajinasi anak-anak itu sesuatu yang tidak pernah kita pikirkan. Hehehe.

Dalam rangka menyediakan bahan finger painting yang murah meriah dan aman untuk anak-anak, maka saya mencoba membuat sendiri cat untuk finger painting. Apalagi saat kakak bermain cat pertama kali, si adik usianya baru 1 tahun. Jadi, lagi umur-umurnya semua masuk mulut. Resep yang pertama kali saya coba adalah resep dengan tepung tapioka. Hasilnya sih ok, cuma terlalu seperti bubur jenang. Kakak tidak begitu suka karena terlalu lengket. 

Setelah itu saya mencoba membeli cat untuk finger painting. Ceritanya penasaran dengan tekstur cat untuk finger painting. Ternyata bahan untuk finger painting berbeda dengan bahan untuk cat air. Bahan untuk finger painting memang lebih kenyal, sehingga terkadang kalau digunakan berlebih, akan menggumpal. Dan hampir semua cat yang khusus untuk finger painting dirancanng non toxic, sehingga lumayan mahal. Anak-anak suka menggunakannya. 
Cat untuk finger painting yang kami beli pertama kali.
Berhubung catnya sudah makin menipis, maka saya mencoba mencari resep berikutnya. Saya menemukan versi yang menggunakan tepung maizena atau tepung jagung. Kakak lebih suka main dengan cat yang baru ini. Menurut dia tidak terlalu lengket. Dua resep yang saya coba tersebut harus dimasak, dan biasanya menggunakan gula supaya mengkilat hasilnya. Saya malas kalau menggunakan gula, takut mengundang semut. 


Dengan tepung tapioka, dimasak (tepung : air = 1 : 3)
- 1 cup tepung tapioka
- 3 cup air
- 1 sdm minyak sayur untuk membuat mengkilat.
- Pewarna makanan.

Langkah-langkah:
1. Campur tepung tapioka dan air dalam panci kecil, aduk hingga rata. Setelah itu masukkan minyak dan aduk.
2. Masak dengan api kecil, sambil aduk perlahan, hingga mengental.

3. Bagi adonan tadi ke dalam beberapa wadah, kemudian teteskan pewarna makanan yang diinginkan. Aduk sampai rata.
4. Tunggu hingga dingin dan setelah itu dapat digunakan.
Kiri: Bahan dengan tepung kanji. Kanan: dengan tepung maizena.

Dengan tepung maizena, dimasak (tepung : air = 1 : 4)
- 1/2 cup tepung maizena.
- 2 cup air

- 1/2 sdt garam.
- Pewarna makanan.


Langkah-langkah: 
1. Campur tepung maizena, garam dan air dalam panci kecil, aduk hingga rata. 
2. Masak dengan api kecil, sambil aduk perlahan, hingga mengental.
3. Bagi adonan tadi ke dalam beberapa wadah, kemudian teteskan pewarna makanan yang diinginkan. Aduk sampai rata.
4. Tunggu hingga dingin dan setelah itu dapat digunakan.
Dengan menggunakan tepung maizena.

Saya mencoba mencari resep yang tidak usah dimasak, biar tidak repot dan anak-anak bisa membuat sendiri. Akhirnya saya mencobanya juga, dan kali ini menggunakan tepung terigu. 

Dengan tepung terigu, tanpa dimasak (tepung : air = 1 : 1)
- 1 cup tepung terigu

- 1 cup air dingin (boleh matang jika si kecil masih hobi memasukkan apa-apa ke mulut)

- Pewarna makanan.

Langkah-langkah:
1. Campurkan bahan-bahan yang ada dan aduk hingga rata.
2. Bagi adonan yang sudah diaduk ke dalam beberapa wadah, kemudian teteskan pewarna makanan yang diinginkan. 
3. Cat siap digunakan.
Cat dengan tepung terigu, tanpa dimasak.
Apa sih perbedaan ketiganya? Dari kelengketan cat, yang dengan tepung kanji sangat lengket. Yang tidak begitu lengket yang dengan tepung terigu. Kakak paling suka cat yang dibuat dengan tepung terigu. 
Handprint dinosaurus dengan tepung terigu. Kakak membuat sendiri dengan imajinasinya,termasuk pohon dan rumput.
Atas: Setelah kering. Bawah: Sebelum kering.
Tetapi saat kering, yang dengan tepung terigu seperti ada bagian yang berbentuk butiran-butiran. Dan saat dikeringkan, kertas yang dipakai akan keriting. Dan untuk yang catnya tebal, catnya seakan bisa crack, bisa patah-patah hasilnya. Kalau yang dengan tepung jagung dan tepung tapioka hasilnya tidak akan seperti bisa crack dan tidak sekeriting yang pakai tepung terigu. (Sayangnya karya yang menggunakan tepung tapioka tidak dibawa saat kami pindah). Sehingga untuk hasil, kami lebih menyukai yang dengan tepung jagung.
Karya kakak: Ulat, kepiting, kupu-kupu, dinosaurus sedang makan, kupu-kupu, castle.
Ketiga bahan tersebut aman jika tertelan, makanya saya lebih tenang saat digunakan oleh anak-anak. Mana yang lebih oke? Tergantung selera masing-masing :) Selamat mencoba, ya moms.
Karya adik. Searah jarum jam: kepiting dua warna (beracun loh), ulat, kupu-kupu, castle, mainan tangan yang dimiliki dia.


Kamis, 18 Agustus 2016

Perlukah Anak-anak Belajar Cursive atau Huruf Tegak Bersambung?

Dimulai dari kakak yang Februari kemarin menggunakan materi CCC dan menggunakan workbook Phonics C3 yang ada latihan cursive atau menulis halus. Buntutnya tulisan biasa kakak yang termasuk rapi untuk anak seumurnya mulai agak miring-miring kalau habis latihan cursive. Menulis halus di CCC ternyata berbeda dengan menulis halus yang selama ini kita pelajari loh. Kalau kita kan mengenalnya huruf tegak bersambung, sedangkan cursive ini lebih berseni. Karena lebih berseni, untuk membacanya juga membutuhkan daya imajinasi yang tinggi. Si papa sampai heran saat melihat contoh cursive yang dibuat kakak dan yang ada di buku Fun Thinker. Sampai-sampai si papa berpikir apa diajari yang gampang saja ya. Hal ini membuat saya jadi berpikir, kalau kita saja sekarang tidak pernah menulis bersambung, kenapa waktu kecil kita harus belajar ya. Bahkan guru-guru kita dulu tidak menjelaskan kenapa sih kita perlu belajar ini (salah kaprah di bidang pendidikan yang terkadang tidak dapat menjelaskan alasan kenapa kita belajar ini dan itu).
Cursive yang dipelajari kakak. Sumber foto: rainbowresource.com
Saya ingat, waktu saya SD tulisan halus saya awalnya jauh dari bagus (saya termasuk anak malas dulu, jadi malas latihan menulis halus). Karena ada teman sebangku yang nulisnya bagus, jadinya terinspirasi untuk menulis yang bagus sampai akhirnya tulisan halus saya selalu mendapat nilai 100. Tetapi sekarang kan tidak pernah dipakai. Apa gunanya kalau begitu. Tetapi di satu sisi, saya yakin tidak mungkin dimasukkan ke dalam pelajaran jika tidak ada gunanya, apalagi orang luar kan modelnya tidak sembarangan memasukkan materi tanpa ada alasan. Akhirnya googling sana, googling sini, ternyata bukan hanya saya yang bingung kenapa anak-anak zaman sekarang harus belajar cursive. Bahkan di beberapa state di Amerika, cursive bukan hal yang harus dipelajari. Menarik juga jadinya. Namun saya mendapatkan beberapa alasan mengapa cursive atau tulisan bersambung ini penting untuk dipelajari.
Huruf Tegak bersambung. Sumber foto: slideshare.net
1. Signature atau tanda tangan membutuhkan tulisan sambung atau cursive.
Saat saya SD dan belajar tanda tangan, disarankan membuat tanda tangan itu harus jelas namanya bukan cuma asal coret-coret saja. Contohnya tanda tangan Bapak Soekarno dan Bapak Moh. Hatta di teks proklamasi. Jelas kan nama beliau. Itulah sebabnya tanda tangan kebanyakan dari cursive. Berdasarkan prinsip ini, maka waktu pelajaran membuat tanda tangan, nilai saya bagus (hanya karena ada cursive-nya). Intinya adalah cursive digunakan dalam membuat tanda tangan.

2. Hampir semua dokumen sejarah ditulis dalam tulisan sambung.
Karena orang-orang zaman dulu terbiasa menulis sambung, maka banyak dokumen zaman dulu yang ditulis dengan tulis sambung. Contohnya teks proklamasi bangsa kita. Kalau anak-anak bisa membacanya kan akan jauh lebih baik. Buat saya yang penggemar sejarah, tentu saja penting bagi anak-anak untuk mengetahui sejarah bangsanya dan juga sejarah bangsa lain. Kenapa? Karena saat kita dapat mengenal sejarah, kita akan lebih menghargai apa yang kita miliki sekarang dan berusaha untuk tidak jatuh ke dalam lubang yang sama (puitis kan). Selain itu, saat membawa anak-anak ke museum pun jadi menyenangkan karena anak-anak tahu apa yang ditulis di dokumen-dokumen bersejarah tersebut.

3.Cursive baik untuk melatih otak kita.
Suatu riset mengatakan bahwa menulis dengan huruf cetak dan menulis dengan mengaktivasi otak kita di bagian-bagian yang berbeda. Menulis cursive itu melatih kemampuan motorik halus anak-anak. Menulis dengan tulisan tangan secara umum membantu anak-anak menyimpan informasi lebih banyak dan membangkitkan ide-ide yang ada dalam anak tersebut. Bahkan hasil riset juga menunjukkan bahwa dibandingkan anak-anak yang tidak belajar menulis halus, anak-anak yang belajar menulis sambung mempunyai nilai lebih baik dalam test membaca dan mengeja. Mungkin hal ini terjadi karena menulis cursive memaksa penulis untuk berpikir bahwa kata-kata adalah satu bagian, bukan cuma bagian huruf tertentu.

4. Cursive dapat digunakan untuk terapi.
Beberapa orang yang terkena cedera otak kehilangan kemampuan mereka untuk menulis dan memahami tulisan, tetapi kemampuan mereka untuk memahami cursive tetap ada. Saya teringat (almh) tantenya suami ada yang terkena stroke. Dia lupa semuanya, saudaranya, dan kejadian apapun. Ngomong pun agak susah. Terapi yang dilakukan adalah menulis halus. Perlahan dia jadi ingat saudaranya, beberapa kejadian, dan ngomong jadi lebih jelas.

5. Cursive membantu anak-anak yang terkena learning disabilities.
Tidak banyak yang tahu bahwa ada anak-anak tertentu yang susah untuk membaca, bukan karena dia bodoh tetapi karena anak-anak tersebut mengalami ketidakmampuan belajar yang disebut diseleksia. Diseleksia adalah sebuah gangguan dalam perkembangan baca tulis pada anak-anak. Anak-anak yang mengalami diseleksia seakan melihat huruf berputar dan berbentuk lain. Akibatnya anak-anak ini mengalami keterlambatan pada baca tulis. Dengan cursive, anak-anak ini menjadi lebih mudah dalam membentuk kata karena semua huruf dalam cursive dimulai pada garis dasar, dan pensil bergerak dengan halus dari kiri ke kanan.

6. Tulisan cursive lebih artistik dan menarik untuk dilihat.
Jika seseorang dapat menulis cursive dengan rapi, maka pastilah hal itu menarik untuk dilihat daripada tulisan biasa saja. Ada nilai seni dalam tulisan tersebut. Saya pribadi waktu kecil jadi tertarik untuk menulis halus atau tegak bersambung karena melihat tulisan teman saya yang indah.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka saya mengambil kesimpulan tidak ada salahnya anak-anak belajar menulis halus terlebih dahulu baru belajar menulis tegak bersambung. Lebih berseni memang. Walaupun ada anggapan toh nanti kerja tidak dipakai. Tetapi saya adalah penganut paham tidak ada ruginya mempelajari sesuatu. Mungkin tidak terlihat langsung saat dipakai, tapi suatu saat pasti berguna. Dan berhubung si kakak lagi hobi menulis segala sesuatu dalam cursive, maka mamanya juga harus mempelajari huruf-huruf cantik yang berbeda lagi.

Jumat, 12 Agustus 2016

Belajar di Festival Habibie


Ada mobil tank juga loh, dan boleh dinaiki
Dalam rangka merayakan 80 tahun dedikasi dan komitmen masa depan Indonesia, maka dari tanggal 11 - 14 Agustus 2016 Habibie center mengadakan Habibie Festival di Museum Nasional. Apa saja sih yang ada di pameran tersebut? Menurut info yang saya dapatkan, akan ada pameran teknologi dan inovasi, workshop, science park, talk show, dan masih banyak lagi. Festival ini juga bertujuan untuk mengangkat inovasi-inovasi yang dihasilkan dari komunitas STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics) di Indonesia.

Hmm... Terdengar begitu menarik, apalagi yang kayak begini jarang banget kan diadakan. Saya pun mencoba mencari info di website resmi  habibiefestival.com. Website ini memberikan informasi yang lengkap tentang jadwal yang ada. Plus, yang menjadi nilai tambahnya harga tiket masuknya Rp 2.000,00 untuk anak-anak dan Rp 5.000,00 untuk dewasa. To good to be true rasanya.

Akhirnya saya pun mengajukan proposal kepada kepala sekolah, si papa, untuk pergi ke sana. Proposal disetujui dan kami memilih untuk datang pada hari pembukaan, yaitu tanggal 11 Agustus 2016. Berhubung sudah lama tidak ke situ dan takut parkirnya susah, maka kami memutuskan naik Grab. Bagaimana dengan sekolah anak-anak? Hari ini sekolahnya di museum ya, nak. Mobile ceritanya.

Saat kami tiba, antrian untuk masuk ke area museum sudah mulai panjang. Ternyata sekarang museum nasional sudah memiliki parkiran bawah tanah. Wah, kemajuan rasanya. Dan museum pun sudah dibuat lebih keren, tapi tetap saja jangan datang malam-malam ya... Spooky kalau malam.
Tiket masuk Museum Nasional.
Kami memasuki area pameran batik dari Batik Keris. Salah satu panitia dengan logat Jawa yang kental menyapa saya dan berkata monggo kalau anak atau ibunya mau mencoba membatik. Kami pun mencoba membatik. Seperti yang pernah kami bahas, membatik berarti menulis titik-titik pada selembar kain, kali ini membatik dilakukan pada kayu yang sudah diukir. Sementara kakak mau mencoba membatik, adik lebih tertarik untuk mewarnai kayu dengan cat dan kuas. Maka setelah kakak membatik, adik pun mewarnai dengan kuas. Setelah itu gantian kakak pun mau mencoba. Beberapa panitia mengabadikan kegiatan mereka. Lucu mungkin ada anak kecil yang mau membatik. Tak lama kemudian mulai banyak anak yang mau mencoba juga. Kami pun beranjak mencari kids corner, yang menyediakan aktivitas untuk anak-anak.
Kakak semangat membatik.
Kiri: Malam dan canting untuk membatik, Kanan: hasil karya membatik. 
Adik dan hasil karyanya.
Kakak dan hasil lukisannya.
Saat berjalan mencari kids corner, kami menemukan anak-anak SD Penabur dan SDN Gunung Sahari (rasanya anaknya sudah kelas lima atau enam) sedang mengikuti science show yang diadakan di area Da Vinci Learning. Kami pun mencoba mengikuti apa yang sedang dipaparkan. Mereka sedang mencoba memaparkan cara pembuatan slime dengan percobaan menarik. Dan tentunya, setiap percobaan melibatkan peserta yang ada, plus hadiah buku atau bulpen dari panitia.
Percobaan di Da Vinci Learning.
Yang tidak disangka-sangka, kami bertemu salah satu keluarga homeschooling di komunitas kami. Akhirnya kakak dan temannya L, yang lebih tua satu tahun dari kakak, melihat eksperimen yang ada bersama-sama. Eksperimen selanjutnya adalah memasukkan telur matang ke dalam tabung reaksi yang lehernya kecil. Triknya adalah dengan menaruh kapas, yang sudah direndam di alkohol,yang dibakar dengan api di dalam tabung, lalu letakkanlah telur di atasnya. Saat api di kapasnya sudah mati, maka telurnya pun masuk. Anak-anak yang menonton pun bertepuk tangan.

Bagaimana cara mengeluarkan telurnya? Posisikan tabung reaksi dengan terbalik, lalu tiuplah dari bagian lehernya. Maka telurnya keluar. Bagi saya, hal ini membuat science jadi lebih menyenangkan. Kita bisa menjelaskan segi ilmiahnya dengan contoh yang menarik. Apalagi si kakak minggu lalu sedang mempelajari udara yang bergerak.

Sayangnya acara science show ini sudah selesai. Sang pembawa acara, Mr. Cool dan Ms. Cool, memberitahukan bahwa pukul 13.00 akan ada workshop di kids corner. Sambil menunggu, Duo Lynns dan temannya, L, mencoba menyelesaikan science challenges.

Science challenges terdiri dari empat tantangan yang harus diikuti oleh anak-anak. Untuk setiap tantangan yang ada, jika telah mengikutinya, maka si anak akan dapat cap. Jika sudah dapat empat, maka tunjukkan saja cap tersebut ke panitia dan panitia akan memberikan sertifikat. Tantangan pertama berhubungan dengan mikroskop. Anak-anak akan diberikan empat sampel yang dapat dilihat dengan mikroskop. Anak-anak ini harus mencocokkan dengan gambar yang ada. Duo Lynns dan L bergantian untuk menggunakan mikroskop. Selesai mencocokkan, anak-anak mendapatkan cap di tangan mereka.

Tantangan berikutnya adalah magic mud. Permainan ini berfungsi untuk membuat anak tahu perbedaan cair dan padat. Sangat disayangkan banyak anak SD yang tidak mengerti artinya antri. Panitia yang bertugas sampai berkali-kali mengingatkan anak-anak SD ini untuk tidak rebutan dan saling mendorong. Melihat situasi yang tidak kondusif, akhirnya kami mengajak anak-anak untuk pindah ke magician challenge. Di sini anak-anak akan bermain trik sulap. Anak-anak akan diberikan tiga kartu. Masing-masing kartu berisi gambar skrup dan baut warna merah, kuning, dan hijau. Anak-anak diminta untuk memilih salah satu kartu, tanpa memberitahukan Mr dan Ms. Cool yang bertugas di stand tersebut. Setelah itu, anak-anak akan diberikan tiga skrup dan tiga baut seperti pada gambar di kartu tersebut. Tugas anak-anak adalah memasangkan baut pada skrup tersebut. Setelah itu skrup tersebut dimasukkan ke  dalam botol dan diputar-putar. Salah satu baut akan copot dari skrup yang sesuai dengan pilihan si anak.

Tiba-tiba angin bertiup kencang dan speaker serta standing banner jatuh menimpa anak-anak ini. Salah satu peserta terkena speaker dan L juga terkena tiang banner. Permainan dihentikan sementara. Setelah suasana mulai tenang dan sebagian panitia membetulkan posisi speaker, maka permainan dilanjutkan. Setelah selesai, maka anak-anak mendapatkan penjelasan tentang trik yang ada.

Disetiap kartu diberikan tanda sehingga petugasnya tahu apa warna skrup yang dipilih si anak. Setelah itu, mereka akan mengendorkan baut dari skrup yang sesuai dengan kartu yang dipilih si anak, dan memasukkannya ke dalam botol. Nah, di sini kuncinya. Si botol akan diputar berlawanan arah jarum jam, sampai baut dari skrup yang diinginkan copot. Entah ini gaya gravitasi, sentrifugal atau sentripetal, ilmu mamanya sudah dikembalikan ke tim Yohanes Surya, tetapi si anak menjadi semangat mempelajari trik ini. Pintar juga ya tim dari cool science ini.

Kami beranjak ke permainan bola ajaib. Bola ajaib ini lebih seperti alat mengantarkan listrik statis. Anak-anak akan memegang bola yang mengantarkan listrik statis. Rambut mereka akan naik ke atas, dan jika teman di sampingnya berani memegang mereka, maka rambut temannya juga akan naik ke atas. Adik memegang tangan kakak dan setelah itu tidak berani mencoba memegang bola sendiri, sakit katanya. Oya, bagi yang menggunakan alat pacu jantung tidak boleh mendekati mainan ini ya.

Tantangan keempat yang harus diselesaikan oleh anak-anak adalah magic mud. Setiap anak diberi cup kecil. Cup kecil ini akan diisi dengan tepung maizena dan air dengan pewarna. Lalu anak-anak diminta untuk mengaduk sampai semua tercampur dengan rata. Hasilnya, dari luar campuran ini terlihat seperti cair. Tetapi saat kita memasukkan tangan kita, maka akan ada bagian yang padat dan berat untuk ditarik.

Lengkaplah sudah empat cap anak-anak. Mereka pun mendapatkan sertifikat. Selagi mereka sibuk memperhatikan magician's tricks, saya dan mami L bertanya tentang jadwal yang ada pada panitia. Panitia, dari cool science, merupakan mobile organizer untuk science, yang biasa akan datang ke sekolah-sekolah yang mengundang mereka. Panitia menjelaskan bahwa science challenges akan selalu sama setiap hari, tetapi workshop yang ada akan selalu berbeda. Kami berdua jadi tertarik untuk datang lagi besok.
Kiri atas: Magician  tricks, Kanan atas: Bola ajaib.
Kiri bawah: Magic mud. Kanan bawah: mikroskop.
Sambil menunggu waktu workshop, kami meninjau kids corner. Sungguh tidak disangka bahwa kids corner penuh dengan aktivitas menarik untuk anak-anak. Ada layar touch screen yang menampilkan alat musik dari berbagai daerah di Indonesia. Jadi saat disentuh, maka akan keluar suara sesuai dengan alat musiknya. Ada juga layar touch screen yang menampilkan rumah-rumah adat tiap daerah dan keterangannya. Selain itu ada alat musik khas Indonesia seperti kolintang, angklung, dan sasando.Selain alat musik, mereka menyediakan beberapa buku bacaan, puppet show, menghias kendi, dan mewarnai. Tiga anak ini sibuk berkeliaran sana sini. Karena sudah jam makan siang dan tadi kami sudah brunch, maka si papa membelikan cemilan untuk dimakan. Peraturan di sini adalah tidak boleh makan atau minum di dalam ruangan. Jadinya kami ke depan untuk mengisi perut supaya anak-anak tidak begitu kelaparan.
Kids corner dan hiburannya, ada congklak juga loh.
Serunya mereka....
Sasando
Saat kami ke depan, ada meja pendaftaran dan saya berpikir ini adalah tempat mendaftarkan anak-anak untuk workshop. Ternyata pendaftaran berada di atas. Maka si papa naik ke atas unutk mendaftarkan ketiga anak ini. Ternyata oh ternyata, kami masuk waiting list, karena sudah ada dua sekolah negeri yang mendaftarkan murid-muridnya. Berhubung kami cuma sedikit dan ruangannya besar, atau mungkin panitia kasihan melihat muka kami yang memelas, maka kami diberi ijin masuk oleh panitia. 

Workshop kali ini membahas mengenai bagaimana pesawat bisa bergerak. Hampir mirip dengan yang di air and space museum, tetapi yang dipaparkan hanya sedikit. Rasanya tiga anak ini merupakan peserta terkecil dan menyempil di bagian belakang. Tim dari cool science mengajak anak-anak membuat pesawat hoop plane yang terdiri dari sedotan dan kertas berbentuk lingkaran yang ditempelkan di kedua sisi. Pesawat ini tidak mempunyai sayap, tetapi masih bisa terbang. Kuncinya adalah dua lingkaran yang ditempelkan tersebut haruslah sejajar posisinya. Menarik juga :)
Anak-anak diminta untuk maju oleh tim Cool Science.
Workshop ini berlangsung selama tiga puluh menit. Setelah selesai, masih banyak workshop lainnya di Da Vinci Learning. Sayangnya kami harus segera pergi. Maka kami berjalan ke atas dan melihat salah satu ruangan museum yang berisi artefak-artefak. Sekalian sudah sampai di daerah pusat, maka kami berencana naik transjakarta menuju Sarinah untuk mengajak anak-anak makan di Mc Donalds. Biar anak-anak dapat pengalaman naik transjakarta :) 
Manusia purba yang ada di museum.

Museum Nasional, pawang dan gajahnya.
Atas: Monas yang kami lihat dari tempat menunggu transjakarta.
Bawah: Duo Lynns yang semangat menunggu burger.
Bagi yang mau datang, masih ada tiga hari lagi nih, ada beberapa tips yang mungkin berguna:
1. Bagi yang membawa backpack, backpack-nya harus dititipkan. Jadi sebaiknya si kecil membawa tas yang bisa berisi botol minum dan snacks. 
2. Di taman terdapat bazaar makanan, jadi kalau mau membeli makanan pun bisa. 
3. Bagi yang mau membawa bekal, diperbolehkan loh, sekalian piknik gitu. 
4. Untuk workshop, sebaiknya daftar dulu. Apalagi kalau ada sekolah-sekolah lain. Mungkin kalau perorangan masih bisa disempilin.
5. Selain melihat pameran, bisa juga melihat museumnya. Museumnya sudah bagus sekarang.
6. Bagi yang mau mengunjungi mobile planetarium, silakan daftar dulu karena antrinya panjang, padahal nontonnya cuma 15 menit.
7. Jangan datang di hari terakhir, karena membludak dan orang-orang yang datang lumayan semaunya.

Semoga pameran seperti ini diadakan lagi di tahun-tahun berikutnya :)

Sedikit update foto hari kedua....
Pameran di dalam exhibition hall
Makanan di Bazaar.
Di dalam ruang kokpit.

Festival Habibie 
Tanggal pameran: 11 - 14 Agustus 2016
Waktu operasional: 09.00 - 17.00
Tempat: Museum Nasional (museum gajah), dekat Monas. 
HTM: 
Anak-anak: Rp 2.000,00 
Dewasa: Rp 5.000,00 


Cool Science
Email:coolscienceindonesia@gmail.com
Ph: +62 21 7888 9985

Selasa, 09 Agustus 2016

Finger Painting: Bunga dari Handprint

Bunga ala kakak
Masih ingat cerita adik yang berhasil dibujuk di rumah dengan stamping core tissue roll? Nah, saat pulang, si adik dengan bangga berkata kepada kakaknya kalau hari ini dia belajar dan setelah itu main dengan cat. Ceritanya pun seru sekali. Si kakak pun protes kenapa dia tidak ikut main cat. Saya mencoba menjelaskan bahwa karena dia pergi dan adik di rumah, jadi adik diberi aktivitas. Kakak pun berkata kalau begitu kakak juga mau aktivitas seperti itu. Akhirnya saya berkata lain kali kita akan main dengan cat, untuk berdua tapinya. Kakak pun menyetujui.

Minggu lalu si kakak teringat dan menagih kembali kapan dia boleh main dengan cat. Akhirnya saya mencoba mencari resep untuk finger painting yang kira-kira mudah dibuat dan aktivitas yang mudah dilakukan oleh keduanya. Kali ini kami mencoba membuat finger painting bunga dalam vas menggunakan hand print. Kakak biasanya melakukan aktivitas ini sambil bolak-balik cuci tangan. Maklum, yang besar ini anaknya gelian. 

Bahan-bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Cat untuk finger painting, saya memilih hijau dan merah (karena food coloring yang ada di rumah hanya dua warna itu).
2. Kertas HVS atau kertas gambar yang tebal (lebih baik kertas gambar).
3. Kertas origami warna coklat untuk vasnya, potong berbentuk vas atau trapesium.
4. Wadah untuk cat.
5. Cotton bud.
6. Pewarna makanan merah (cat warna merah), letakkan dalam wadah kecil sedikit saja.

Langkah-langkahnya:
1. Letakkan cat ke dalam wadah. Lalu letakkan tangan kiri kita (dalam posisi terbuka) ke dalam wadah yang berisi cat warna hijau dan cap ke atas kertas.
2. Letakkan ibu jari kanan ke wadah yang berisi cat warna merah, lalu cap di kertas di bagian ujung jari-jarinya.
3. Celupkan ujung cotton bud ke wadah yang berisi pewarna makanan, lalu bentuk seperti titik-titik mengelilingi cap ibu jari kanan yang ada. Jadi seperti mahkota bunga.
4. Tunggu hingga mengering.
5. Tempel kertas origami warna coklat sebagai vasnya.
Bunga ala adik.
Sedikit trik, kalau si kecil tidak begitu suka dengan tangan yang terkena cat, bisa juga membuat cetakan tangan di atas kertas. Jadi tinggal bunga dan mahkotanya yang menggunakan cat. Sederhana bukan? Anak-anak senang membuatnya. Apalagi dengan resep yang ini, cat untuk finger painting tidak begitu sticky. Buntutnya mereka menagih kapan lagi main dengan cat. Walah, mentang-mentang catnya mudah dibuat, acara main dengan cat jadi request setiap saat. 

Kamis, 04 Agustus 2016

Activity: Stamping dengan Core Tissue Roll

Beberapa minggu yang lalu, si adik mendadak perutnya lucu. Padahal hari itu kami semua berencana makan siang ke Bakmi kesukaan semua orang dalam rangka merayakan ulang tahun opa. Karena saya tidak mau mengambil resiko ada anak yang minta ke toilet saat di jalan, apalagi jamnya macet, saya memutuskan diam di rumah sementara yang lainnya pergi. Adik berkata: "Ok, mama." Selesai satu permasalahan, pikir saya. Tetapi saat semuanya mau pergi, dia tidak mengijinkan kakaknya pergi. Akhirnya setelah dibujuk-bujuk, dia merelakan kakaknya pergi bersama dengan yang lain. 

Apa sih bujukan yang membuat dia merelakan diri di rumah? Saya mengatakan kalau kita di rumah, setelah belajar, nanti kita akan ada aktivitas, stamping pakai cat. Senanglah hati si kecil ini, yang berarti mamanya harus segera menyiapkan perlengkapan untuk stamping. Stamping ini hanya menggunakan bekas core tisyu roll, yang selalu ada di rumah, supaya tidak repot. Sebetulnya craft ini lebih cocok untuk anak preschool, tetapi berhubung ingin menghibur anak, jadinya saya memilih craft ini.

Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Core tisyu roll, boleh dua atau tiga.
2. Cat dan wadah, bisa 2 atau 3 macam warna, sesuai jumlah core yang ada.
3. Kertas yang tidak terlalu tipis, bisa buku gambar atau kertas HVS.

Langkah-langkahnya:
1. Pada salah satu bagian core guntinglah bagian tersebut menjadi beberapa bagian kecil, dan buatlah bentuk sesuai keinginan. Karena adik maunya supaya jadi bunga, maka ujungnya agak saya buat lengkung.
2. Tuanglah cat pada wadah yang ada.
3. Letakkan core pada wadah yang ada cat, angkat.
4. Capkan core yang sudah terkena cat pada kertas, tekan (adik disuruh mengitung per sepuluh sampai 100) dan angkat.
Atas: Core tisyu yang digunting dan dipotong berbentuk bunga.
Bawah: Core tisyu yang sudah dicap dan sudah kering. Bagus juga untuk dijadikan craft.
Cap core tisyu ke cat yang ada di wadah.
Si kecil pun belajar dengan cepat dan setelah itu mengerjakan aktivitas hari ini dengan bahagia. Lalu dia berkata dengan senangnya: "Besok-besok adik mau di rumah aja, gak usah ikut jalan-jalan makan bakmi. Adik mau belajar-belajar aja, lebih enak." Mamanya pun ngebatin, jangan dong nak, mama mau jalan-jalan juga =))

Hasil stamping adik, sekalian menghitung dari 1 - 100 :D