Jumat, 30 November 2018

Monthly Meeting Compassion


Bulan September kemarin pembahasan karakter di keluarga kami adalah mengenai compassion. Compassion ataupeduli didefinisikan sebagai melakukan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang mendalam. Atau dalam bahasa sederhananya, compassion berarti menolong orang yang terluka. Orang yang terluka ini bukan saja terluka secara fisik, tetapi juga yang tidak terlihat. 

Compassion dimulai dari simpati (mampu melihat seseorang yang terluka) dan berkembang menjadi empati (mampu merasakan perasaan yang terluka). Berbicara tentang hal ini, Duo Lynns sering melihat contoh nyata dari popo (oma dari pihak mama) yang memang mempunyai karakter ini.

Saat monthly meeting kemarin, uncle A mengajak anak-anak untuk memelajari karakter compassion melalui zebra. Ciri khas zebra adalah selalu pergi berkelompok dan tidak meninggalkan anggotanya apapun yang terjadi. Demikian juga kita, saat kita berjalan bersama, memang seharusnya tidak ada yang ditinggalkan bukan. Dan dalam keluarga pun, setiap anggota keluarga berharga dan tidak ada satupun yang ditinggalkan.

Kegiatan selanjutnya adalah menghapalkan ayat. Uncle A menulis ayat tersebut di papan tulis. Setelah membacanya bersama, kata-kata yang ada di situ satu persatu dihapus. Dan setelah semua kata tersebut hilang, anak-anak diminta bergantian mengambil kertas potongan kata-kata tersebut dan orang tua menyusunnya.
Memory verse time :)
Tampang bahagia karena selesai duluan menyusun ayat hapalan.
Setelah itu, anak-anak diberikan beberapa pertanyaan mengenai suatu kejadian dan apakah yang harus mereka lakukan untuk menunjukkan bahwa mereka perduli. Setiap anak yang menjawab akan mendapatkan jelly. Pertanyaan cukup bervariatif dan menjadi lebih seru karena jawaban mereka yang polos.
Studi kasus bersama auntie V.
Setelah selesai menyusun, auntie V mengajak anak-anak untuk mengerjakan aktivitas menghias zebra yang tadi sudah diceritakan. Setiap keluarga mendapatkan satu gambar zebra dan background. Aktivitas ini cukup seru karena anak-anak boleh berkreasi sesuka mereka, termasuk membuat rainbow zebra =D
Zebra kreasi anak-anak.
Seperti zebra yang selalu memedulikan sesamanya, hendaklah kita juga memedulikan sesama kita dan tidak meninggalkan siapapun yang berjalan bersama.
Compassion Cube yang kami buat dirumah.

Selasa, 27 November 2018

Kids Can Cook: Cupcake Decoration


Anak-anak dan makanan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Setelah beberapa waktu lalu anak-anak membuat pizza, kali ini anak-anak diajak untuk menghias cupcake. Kenapa tidak membuat cupcake? Karena kalau membuat cupcake pastinya tidak akan cukup waktunya.
Bahan-bahan yang sudah disiapkan.
Untuk kegiatan kali ini, papa diminta untuk mengajarkan anak-anak cara menghias cupcake. Cupcake-nya sudah dibuat malam sebelumnya, supaya mudah dihias. Papa mengajarkan 3 macam cara yang mudah untuk memberikan cream ke atas cupcake, yaitu bentuk ice cream, bunga, dan landak.
Bermacam-macam bentuk yang dicontohkan.
Anak-anak bergantian untuk memberikan cream ke atas cupcake mereka. Setelah itu mereka menghias cupcake mereka sesuka hati mereka.
Topping pilihan adik 
The kids and their creation
Nampaknya acara menghias cupcake saja tidak cukup bagi anak-anak ini. Akhirnya kami pun mencoba membuat kue dari bahan mentah. Kami mengambil resep pumpkin steam cake dan menggantinya dengan tape dan tidak menggunakan emulsifier.

Anak-anak diajak untuk mengayak tepung, menggunakan mixer dan mengaduk adonan. Seru? Pastinya, walau entah apa yang akan terjadi dengan adonannya.
Giliran menggunakan mixer.
Apa saja yang dapat dipelajari dari kegiatan membuat kue kali ini? Tidak ada sesuatu yang instan. Untuk menghasilkan sesuatu dibutuhkan proses. Terkadang proses membutuhkan yang namanya kesabaran. Namun kesabaran itu akan membuahkan hasil. Dan kali ini hasilnya adalah kue hangat.
Saat si adik sibuk mendampingi anak yang lebih kecil. 

Kamis, 22 November 2018

Sport Day!!!


Masih ingat pepatah yang berkata "mensana in corporisano"? Arti dari istilah ini adalah di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Mungkin istilah ini yang dapat mewakili kegiatan bi-weekly kami bulan lalu.

Awalnya karena melihat anak-anak yang pecicilan tidak bisa diam setiap kali mereka berkumpul, auntie C mengusulkan untuk mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan motorik kasar mereka. Kami pun memutuskan untuk mengadakan Sport Day. Kalau biasanya kami berkumpul di Jakarta, kali ini kami berkumpul di Bekasi, di rumah auntie L. Maklum, kami yang tinggal di Jakarta memang kurang lahan untuk kegiatan outdoor.

Berhubung di Bekasi, saya dari jauh-jauh hari sudah mem-booking papa untuk izin setengah hari demi mengantar kami. Puji Tuhan jalanan tidak macet. Kami pun tiba lebih awal dari waktu yang seharusnya. Kami pun mempersiapkan perlengkapan-perlengkapan yang akan dipakai.

Setelah berdoa untuk memulai kegiatan, papa didaulat untuk membantu mengajak anak-anak pemanasan dan berlatih ketangkasan. Anak-anak diajak untuk menggerakkan badan mereka. Tujuan pemanasan adalah supaya badan mereka lebih siap saat berolahraga.
Pemanasan saat sudah kepanasan =D
Latihan lompat supaya makin panas.
Aktivitas berikutnya adalah bermain tangkap bola dengan auntie L. Kegiatan ini melatih koordinasi antara tangan dan kaki mereka untuk berpindah dan menangkap bola. Lucu? Pasti, tapi menarik. Dari ada yang kabur saat bola datang, sampai ada yang mengejar bola.
Lempar tangkap bola dimulai
Setelah puas menangkap bola, anak-anak diajarkan untuk men-dribble bola basket oleh auntie Lyd. Dan supaya lebih seru, mereka men-dribble bola sambil berjalan dari satu titik ke titik yang lain.
Auntie Lyd mengajar cara men-dribble bola basket.
Acara men-dribble yang seperti mengejar bola.
Aktivitas terakhir adalah memasukkan bola-bola kecil ke dalam keranjang. Dan ternyata aktivitas ini menjadi aktivitas yang susah dihentikan karena anak-anak senang dengan kegiatan melempar memasukkan bola-bola kecil ke dalam keranjang.
Lempar bola sambil main keseimbangan :D
Kegiatan kami hari ini diakhiri dengan makan spaghetti bersama, yang tentunya terasa lebih nikmat setelah berolahraga.
Gaya kakak yang absurd, entah mau lempar bola atau mau nari.

Kamis, 15 November 2018

Help...Mamak Stress !!!


“Bu, apa perasaan ibu saat pertama kali harus manis-manis di rumah?”
“Kak, kamu gak bosan ya jadi ibu rumah tangga?”
“Say, bagaimana caranya supaya tidak stress saat harus mengurus anak?”

Seringkali saya mendapatkan pertanyaan seperti itu dari teman, adik kelas, dan murid-murid yang dulu saya ajar. Bahkan dari keluarga besar pun muncul pertanyaan seperti itu. Pertanyaan tersebut muncul karena sebagian dari mereka merasakan stress yang luar biasa saat harus berganti profesi dari seorang yang aktif di luar rumah menjadi seorang yang aktif di dalam rumah.

Saya pun pernah mengalami rasa jenuh juga saat harus mengurus semua sendiri. Apalagi sejak kecil saya memang senang beraktivias dan sudah bekerja semenjak di bangku sekolah. Saat saya harus diam di rumah pun terkadang muncul rasa-rasa seperti untuk apa dulu mengambil program pascasarjana, dengan biaya sendiri pula, kalau akhirnya terdampar di rumah menjadi mbak ibu rumah tangga yang harus mengurus semua sendiri.

Memang sebagai seorang perempuan, kita pasti ingin juga berkarya di luar sana. Namun saat kita memiliki anak, ada prioritas yang berbeda dari saat kita masih belum memiliki anak. Kehadiran anak membuat kita ingin menginvestasikan waktu kita untuk si buah hati. Namun namanya perubahan dari yang biasanya sibuk mendadak harus manis di rumah, biasanya bisa kelayapan sesuka hati sekarang jadi harus mengatur supaya si kecil tidak terbengkalai, dan segala macam perubahan seperti itu biasanya membuat kita stress.

Seringkali kita merasa saat kita mempunyai anak, rasanya kita seperti menghilang dan sayup-sayup terdengar lagu di telinga kita kau bukan yang dulu lagi (lebay mode on). Kita merasa identitas kita, harapan kita, dan impian kita seakan mulai menghilang dan tertutup dalam kesibukan dan rutinitas mengurus rumah, mengantar anak ke tempat les atau ke sekolah (untuk yang anaknya bersekolah), mengurus ulangan si anak, dan sebagainya. Lalu terbayang semua kejayaan masa lalu kita dan kita merasa bahwa sekarang kita sudah tidak berguna lagi.  

Eits...tunggu dulu. Tahu tidak sih moms, diatas kesibukan seperti itu, kita punya panggilan yang jauh lebih mulia loh, bukan hanya sekedar melakukan rutinitas untuk mengurus rumah dan anak. Panggilan kita adalah memuridkan. Memuridkan siapa? Ya anak-anak kita. Kita memuridkan anak-anak ini menjadi pribadi yang kuat, berkarakter, dan menjadi dampak positif bagi sekeliling mereka. Kita memuridkan mereka, bukan supaya menjadi pengikut kita, tetapi sebagai pengikut Dia, yang menjadi sumber dari segalanya. Jadi bukan sekedar nganterin mereka les, masak, dan sebagainya. Well, not bad kan?

Saat saya bercerita tentang ini, sebagian akan merasa tapi kan saya gak mengajar anak saya di rumah. Memuridkan bukan masalah anak belajar di rumah atau tidak belajar di rumah. Tetapi ini adalah panggilan yang Tuhan berikan kepada setiap ibu. Bagaimana caranya? Melalui tindakan yang kita lakukan, kita memuridkan anak-anak secara tidak langsung.

Gampang-gampang susah memang. Apalagi saat anak-anak berulah. Kalau kata teman saya, rasanya mau memasukkan anak-anak ini ke dalam perut lagi kalau mereka menjawab saat dinasihati. Rasanya kita mau berteriak karena ulah mereka, tapi ingat bahwa kita mengajarkan mereka supaya mereka sabar. Kita harus menahan emosi karena sudah menasihati berkali-kali saat mereka nangis untuk sesuatu yang rasanya tidak perlu ditangisi (untuk kita).

Dalam memuridkan mereka, pasti akan ada kegagalan. Saya pun sering kali melakukan kesalahan. Dan saat melakukan kesalahan tersebut saya pun semakin menyadari bahwa usaha saya sendiri tidak membuat diri saya menjadi ibu yang baik bagi anak-anak saya. Semakin saya menggunakan usaha saya sendiri, saya semakin stress. Hanya kasih karuniaNya yang memampukan saya untuk memuridkan anak-anak (yang masih dalam proses sampai sekarang). Melalui proses dan pertobatan (setiap kali berbuat salah), saya pun disadarkan bahwa hal ini juga membuat anak-anak sadar bahwa setiap orang bisa membuat kesalahan. Tetapi saat kita mengandalkan Dia yang memberi kita kehidupan, maka hidup kita juga dapat bermakna bagi orang-orang di sekitar kita, terutama yang terdekat dengan kita.

Walau kita sudah berusaha menjadi contoh bagi anak-anak kita, kadang rasanya kok belum ada perubahan. Jangan menyerah dan merasa bahwa semua yang kita lakukan tidak ada gunanya. Semua ada waktunya kok. Tugas kita hanya menabur dan memberikan nutrisi. Bagian Tuhan adalah memberikan pertumbuhan bagi mereka.

Jadi, saat kita merasa kehilangan semua kebanggaan masa lalu kita, dan mulai stres, jangan merasa bahwa kita sudah tidak berguna. Justru saat seperti itu kita menemukan panggilan yang lebih mulia dan kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan saat kita sudah mulai lelah, duduklah di bawah kakiNya. Kasih dan anugerahNya cukup bagi kita dan memampukan kita untuk memuridkan anak-anak kita.


PS: ini bukanlah perdebatan tentang full-time mom atau working mom. Semua keputusan pasti ada alasan di belakangnya dan tidak untuk diperdebatkan :)