Kamis, 27 Oktober 2016

Berkenalan dengan Dokter Moewardi

Minggu lalu kami berkesempatan untuk hadir dalam acara pembukaan pameran mengenai dokter Moewardi. Acara ini diadakan di Museum Sumpah Pemuda. Ini adalah pertama kalinya kami mengunjungi museum ini, walau kami selalu melewati tempat ini. Kali ini dalam rangka menyambut hari Sumpah Pemuda, diadakanlah pameran mengenai dokter Moewardi dari tanggal 20 Oktober - 20 November 2016
Pameran selama sebulan
Pameran ini diadakan di bagian belakang, dan Duo Lynns semangat mau melihat isinya. Walau mereka belum mengenal siapakah dokter Moewardi dan mungkin mereka tidak mengerti juga, tetapi saya cukup senang melihat mereka begitu antusias. 

Mungkin tidak banyak yang pernah mendengar nama dokter Moewardi dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bagi saya pun nama ini seakan jarang didengar. Tetapi bagi orang daerah Solo nama ini pastilah sering didengar sebagai nama RS di sana. Berikut ringkasan kisah mengenai dokter Moewardi yang kami baca selama pameran.

Dokter Moewardi merupakan salah satu tokoh pergerakan kepanduan di Indonesia. Awalnya saya pun hanya mengetahui nama K.H. Ahmad Dahlan ataupun Sri Sultan sebagai bapak pandu Indonesia. Tetapi ternyata peran Dokter Moewardi dalam dunia kepanduan Indonesia sangatlah besar.

Dokter Moewardi lahir di dusun Randukuning pada 30 Januari 1907 wilayah kotamadya Pati, Jawa Tengah. Beliau merupakan anak ke tujuh dari tiga belas bersaudara. Anak dari pasangan Mas Sastrowardoejo dan Roepeni ini memang cerdas sehingga orang tuanya memasukkan Moewardi muda ke ELS (Europeesche Lagere School). Moewardi melanjutkan kuliahnya di STOVIA (Sekolah kedokteran pada masa itu) dan mengambil spesialis telinga hidung dan kerongkongan (THK). Kalau zaman sekarang disebutnya THT.
Silsilah keluarga Moewardi
Selain kepintarannya dalam bidang akademis, dari masa kecilnya Moewardi menunjukkan kesukaannya pada dunia kepanduan. Bahkan saat dia masih duduk di kelas 5 dan 6 di ELS, Moewardi kecil bergabung dengan organisasi kepanduan Spoorzoeker yang merupakan bagian dari NIPV (Nederlandsche Indische Padvinders Vereniging). Bahkan karena kedisiplinannya, Moewardi sampai diangkat menjadi kepala pasukan. Tetapi karena jiwa nasionalisnya yang tinggi, Moewardi mengundurkan diri karena dia tidak mau bersumpah setia kepada ratu Belanda. 
Kiri: lambang Pramuka Indonesia.
Kanan atas: Lambang kepanduan saat masa Belanda
Kanan bawah: lambang kepanduan dunia
Perlengkapan kepanduan milik Moewardi
Karena ketertarikannya pada dunia kepanduan, maka Moewardi bertekad untuk bergabung dan mendirikan organisasi kepanduan, karena kepanduan mampu membangun watak dan kepribadian pemuda menjadi pribadi yang berjiwa sosial, bergotong royong, dan bermental baja. Moewardi pun bergabung dengan Jong Java. Keterlibatannya dalam Jong Java pun membawa Moewardi menjadi ketua kepanduan di Jong Java dan akhirnya membawanya terlibat dalam Kongres Pemuda pada tahun 1928. Hasil dari kongres Pemuda ini adalah tercetusnya Sumpah Pemuda dan juga persatuan gerakan kepanduan yang selama ini berada dalam bendera masing-masing golongan. 
Kepengurusan Kepanduan saat itu. Dokter Moewardi ditandai dengan x.
Topi Pramuka masa itu.
Selain dalam bidang kepanduan, Moewardi sangat berdedikasi dengan pekerjaannya sebagai dokter. Dokter Moewardi lebih tertarik untuk menjadi dokter dan menolong orang-orang yang tidak mampu dan beliau sering disebut sebagai dokter gembel. Kecintaannya akan dunia kedokteran pun mendorong beliau dan teman-teman mendirikan sekolah kedokteran di Solo.
Peralatan kedokteran untuk memeriksa pendengaran
Peralatan kedokteran dan buku milik dokter Moewardi
Sesudah kemerdekaan, dokter Moewardi pun tetap aktif mempertahankan kemerdekaan walau beliau masih seorang dokter yang aktif membantu orang-orang yang tidak mampu. Tahun 1948, di saat kondisi di Jakarta sangat tidak stabil dan terjadi pertentangan ideologi di dalam negeri, sehingga muncullah pemberontakan-pemberontakan dalam negeri. Saat itu dokter Moewardi merupakan salah satu target penculikan. Pada tanggal 12 September 1948, anak buah dokter Moewardi mendesak dokter Moewardi untuk menetap di Kartasura agar mendapat perlindungan penuh. Tetapi beliau merasa tidak dapat meninggalkan tugasnya sebagai dokter THT. Beliau sangat yakin bahwa tidak akan ada orang Indonesia yang mau membunuh dia. Pada tanggal 13 September 1948, setelah makan pagi bersama dengan keluarganya, beliau bercerita tentang anak buahnya yang diculik dan ditemukan meninggal di Solo. Setelah selesai, beliau pun pamit pada istrinya dan pergi untuk bekerja. Tetapi siapa yang menyangka bahwa setelah itu tidak ada yang dapat menemukan beliau. Besar kemungkinannya beliau diculik dan sampai sekarang tidak ada yang mengetahui kabar beritanya.
Kata-kata dokter Moewardi
Kisah di pameran hanya sampai saat beliau diculik, dan sampai saat ini tidak diketahui siapa yang menculiknya. Ada yang mengatakan dokter Moewardi diculik orang luar, tetap ada juga yang mengatakan beliau diculik oleh para pemberontak dalam negeri. Sedih sekali membacanya. Betapa tidak, sosok yang begitu luar biasa hilang begitu saja tanpa kabar sampai sekarang. Mungkin jika beliau tidak diculik, beliau yang akan disebut bapak pandu Indonesia, mengingat sumbangsihnya dalam dunia kepramukaan.
Rumah dinas dokter Moewardi dan bagian RS yangsekarang menjadi mall Paragon Solo.
Apakah anak-anak mengerti kisah mereka? Belum tentu juga, tetapi mengenalkan sejarah dari kecil tentunya merupakan hal yang penting. Yang saya lihat, mereka menikmati melihat alat-alat kedokteran, kepanduan, dan gambar Hoka-Hoka Bento =D

Museum Sumpah Pemuda
Jl. Kramat Raya No. 106
Jakarta 10420 Indonesia
Telp. (62-021) 3103217, 3154546
Fax. (62-021) 3154546
e-mail : museumsumpahpemuda@yahoo.com
http://www.museumsumpahpemuda.com
Jam operasional: 08.00 - 15.00, tutup di hari Senin.
HTM: Rp 2.000 - Rp 3.000,00

Jumat, 21 Oktober 2016

Mari Bermain Tie Dye dengan Tisyu

Tie Dye
Beberapa waktu lalu, saat kami mengikuti Habibie Festival, anak-anak senang sekali mendatangi corner Batik Keris dan membatik di sana. Karena senang sekali, anak-anak pun bertanya dimana mereka dapat mempelajari mengenai cara membatik. Memang membatik merupakan kegiatan menyenangkan. Mereka bisa berkreasi sesuka mereka dan memadukan warna yang ada.

Melihat minat mereka, akhirnya kami memutuskan untuk membuat batik sederhana dengan cara mencelup. Cara pembuatan ini sering digunakan dalam Tie Dye. Tie Dye sebenarnya adalah teknik pembuatan motif sekaligus pewarnaan dengan teknik ikat celup. Biasanya sering kita lihat pada baju-baju batik. Cara membuat batik seperti ini sering dikenal sebagai batik jumputan di daerah Jawa, sasirangan di daerah Banjarmasin, dan pelangi di daerah Palembang. Biasanya pembuatannya menggunakan kelereng ataupun koin logam yang diletakkan di salah satu bagian lalu diikat.
Batik jumputan. Sumber foto: kencanabatik.com
Untuk memudahkan anak-anak, saya hanya menggunakan tisyu saja dan hanya dengan mencelup saja. Tujuannya untuk mengenalkan pembuatan batik secara sederhana dan membuat mereka melihat penyerapan air di tisyu. Apa saja sih yang dibutuhkan?

Alat dan Bahan:
- Kertas tisyu warna putih, kalau bisa pilihlah kertas tisyu yang agak tebal (seperti tisyu untuk makan).
- Pewarna makanan, bisa tiga atau empat.
- Wadah-wadah sesuai kebutuhan.
- Koran untuk alas.
Bahan yang diperlukan.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Siapkan wadah-wadah yang ada dan isilah dengan air secukupnya.
2. Teteskan pewarna makanan secukupnya, aduk hingga rata.
3. Lipat tisyu yang ada sampai membentuk segitiga yang kecil.
4. Celupkan salah satu sudut yang ada ke dalam wadah yang ada, kemudian celupkan sudut yang lain ke wadah dengan warna berbeda, dan seterusnya.
5. Jika sudah, bukalah tisyu tersebut, dan letakkan di atas koran.
6. Biarkan hingga mengering.
Motif yang ada sesudah kering.
Saat menunggu proses pengeringan, anak-anak dapat melihat warna yang berjalan pada tisyu dan merubah tisyu yang tadinya putih menjadi ada warnanya. Kami waktu itu meletakkan tisyu di bawah AC dengan harapan cepat kering, tetapi jadinya ada beberapa bagian yang masih putih. Anak-anak bahkan sempat membuat bentuk bujur sangkar juga. Hasilnya lucu juga sih. Dan karena sudah bagian terakhir, saya membebaskan mereka mencelupkan ke dua warna yang berbeda, hijau dan kuning yang menjadi hijau kekuning-kuningan dan merah dan kuning yang menjadi orange muda.
Dua motif di atas adalah bujur sangkar.
Cukup mudah bagi anak-anak dan motifnya pun bermacam-macam. Selamat mencoba ya moms....:)
Seperti bunga ya jadinya :)

Jumat, 14 Oktober 2016

Another Day Off

Day off lagi? Kenapa tidak? Kan waktu dalam homeschooling fleksibel. Hehehe. Kali ini giliran kami day off karena kakak mau membuat kue ulang tahunnya sendiri? Agak antik bukan? Saat saya mendengar request ini pun saya agak terheran-heran. Sebulan sebelum kakak ulang tahun, dia melihat gambar-gambar di buku masak, lalu mendekati saya dan berkata: "Mom, I want you to make the castle cake for my birthday and I want to decorate it. And I want to make my birthday card." 

Seketika itu juga, pusinglah kepala saya. Pada dasarnya saya bukan penggemar kue karena saya tidak begitu suka makanan manis. Membuatnya sih masih senang, tapi kan tidak mungkin membuat tapi tidak dimakan. Dan sejujurnya yang suka makan kue itu adalah papanya anak-anak, dan yang lebih duluan suka membuat kue adalah si papa. Saya lebih suka membuat kue yang tidak manis atau yang ada keju. Maka saya mencoba membujuk kakak dengan kue yang lain ataupun beli kue kesukaan semua orang di rumah, yaitu fruit fair dari Eaton. Tapi sayangnya si kakak keukeuh harus castle cake, made by mom, decorated by us.

Akhirnya mamanya mengalah, sambil berkata kepada kakak kalau dekorasinya tidak sama seperti yang digambar. Kakak berkata ok. Bagi dia yang penting dia dapat mendekorasi kuenya.

Pas hari ulang tahun, karena perut kakak sedang lucu, maka aktivitas membuat kue ditunda. Jadi dia hanya membuat kartu ulang tahun sendiri, yang juga antik buat saya. Intinya sih buat kakak adalah dia ingin membuat sendiri yang berhubungan dengan ulang tahunnya.

Berhubung ulang tahun kakak jatuh di bulan yang sama dengan si papa, maka castle cake itu dibuat saat papa ulang tahun. Dari urusan mengayak tepung, menggunakan mixer, semua dilakukan oleh Duo Lynns (sambil mamanya mengawasi tentunya). 
Pose dengan cream
Setelah kuenya dingin, saya melapisi dengan cream dan anak-anak menghias kue mereka. Acara menghias kue ini pun dipenuhi dengan ocehan teriakan-teriakan kecil karena adik iseng menoel creamnya. Bahkan mereka sibuk bertanya kapan mereka boleh makan. Akhirnya jadi juga kuenya.

Mungkin castle cake ini tidak seindah yang lain, tetapi saya cukup berbahagia karena ide ini muncul dari anak-anak, walau membuat mamanya pusing. Apa harapan kami untuk kakak yang berulang tahun? Bagi kami, kami bahagia jika anak-anak dapat melakukan segala sesuatu dengan excellent, mandiri dan sukses, tapi kami lebih berharap anak-anak ini bertumbuh dalam kasih karuniaNya dan memiliki karakter Ilahi :)
Castle cake, hasil kerjasama Duo Lynns dan mama. I'm a blessed mom.
Melihat kue ini, adik tidak mau ketinggalan. Dari sekarang dia sudah bilang di ulang tahunnya nanti, dia mau buat castle cake seperti punya kakak. Walah.....=))

Kamis, 06 Oktober 2016

10 Tips Homeschool Anak-Anak yang Berbeda Umur


Bulan lalu, saat mengantar anak les balet, ada seorang oma yang bertanya kepada saya dimana Duo Lynns sekolah. Si oma bertanya karena menurut oma anak-anak begitu manis, well behave, dan pintar (oma...oma kan tidak melihat kalau mereka sedang berulah :D). Saya mengatakan kepada si oma bahwa anak-anak belajar di rumah. Si oma dengan muka kaget dan bingung bertanya bagaimana caranya mengurus rumah dan juga mengajar anak. Lalu si oma juga bercerita bahwa jika anaknya (ibu dari cucunya oma) pulang kerja dan mendapati cucunya si oma belum selesai PR atau tidak mengerti pelajaran langsung emosi. Padahal si cucu sudah les sama orang lain, anak si oma masih tidak perlu mengajar lagi. Itu saja masih marah-marah saat pulang ke rumah (mungkin emosi karena sudah bayar les pelajaran mahal-mahal tetapi kok anaknya tidak mengerti juga, oma). Apalagi kalau mengajar anak sendiri, tidak terbayang repotnya dan senewennya, kata si oma. Hmm....kadang-kadang rasanya kepala ini juga mau meledak kok oma =)) Lalu saya menceritakan bagaimana saya mengurus semua hal sekaligus, apalagi saat kakak baru mulai dan adik masih umur 1 tahun yang pecicilan tingkat tinggi. 

Lalu beberapa minggu lalu, saat les juga, ada ibu-ibu yang bertanya Duo Lynns sekolah di mana. Saya jawab lagi kalau mereka homeschool. Lalu ibu-ibu ini berkata bahwa mereka salut pada orang tua yang berani memilih homeschool. Mereka sendiri ingin tetapi merasa tidak sanggup untuk mengajar anak-anaknya, padahal anak mereka hanya satu. Mereka tidak dapat membayangkan kalau anak mereka dua, beda umurnya dekat pula, dan harus mengajar kedua anak mereka. 

Memang sih mengajar dua orang yang jaraknya dekat, apalagi kalau saat mulai usia adiknya masih 1 tahun lebih yang lagi nelitis kalau kata orang Jawa, alias tidak bisa diam, merupakan suatu tantangan tersendiri. Apalagi masih ditambah lagi harus mengurus rumah dan anggota keluarga yang lain. Tetapi karena saya merasa ini adalah panggilan saya, dengan pertolonganNya, semua dapat berjalan (walau terkadang ada drama di tengah perjalanan).

Tetapi menyadari homeschooling adalah panggilan saja tidaklah cukup. Kita perlu manajemen yang baik, strategi, dan juga perencanaan yang sesuai dengan keadaan kita. Bagaimana caranya supaya orang tua, khususnya mamanya, tidak mabok dengan urusan mengajar anak dan urusan rumah, terutama jika anak yang diajar berbeda usia yang dekat? Berdasarkan pengalaman saya, dan juga hasil mengamati keluarga yang anaknya lumayan banyak, saya menyimpulkan beberapa hal berikut.

1. Buatlah rutin yang jelas setiap harinya.
Saat kakak mulai homeschool, saya membuat rutin yang jelas setiap harinya. Dengan adanya rutin ini, anak-anak terbiasa untuk mengetahui kegiatan apa yang akan ada selanjutnya. Dimulai dengan doa pagi bersama, urusan sarapan pagi (mamanya sibuk masak), lalu waktunya untuk belajar. Belajar pun dimulai dari morning devotion bersama, sehingga adik yang saat itu masih 1 tahun lebih dapat ikut terlibat. Pernah suatu hari, saat liburan, kakak sibuk meminta untuk belajar, karena sudah terbiasa dengan rutin yang ada. Berarti rutin yang ada cukup membantu.

2. Buatlah kesepakatan dengan anak dan jika ada perubahan, beritahukan terlebih dahulu.
Namanya juga anak-anak, pastilah unsur mood itu ada pada mereka. Kita saja yang sudah dewasa bisa tergantung mood juga. Untuk mencegah drama dalam proses belajar mengajar, saya lebih suka membuat kesepakatan atau aturan di awal. Dengan demikian, jika tiba-tiba ada drama untuk mengambil kekuasaan (anak-anak pada umumnya senang merasa mereka punya power atas orang lain), saya dapat berkata bahwa kita sudah ada kesepakatan dari awal yang harus ditaati.
Hal ini berlaku juga jika kami ada urusan atau kami merencanakan untuk pergi keesokan harinya sehingga anak-anak tidak belajar atau hanya mengerjakan aktivitas tertentu, saya lebih suka untuk menginformasikan di awal. 

3. Libatkan saudaranya yang masih kecil dalam proses pembelajaran.
Saat kami memulai homeschooling, usia adik saat itu adalah 15 bulan. Tentunya usia dimana anak sangat pecicilan. Karena kakak memulai homeschooling dengan cerita karakter, buku pengetahuan dasar, dan lagu-lagu yang membantu dia mengenal phonics dan number, maka saya mengajak adik untuk mendengarkan cerita bersama kakak dan mendengarkan kakak bernyanyi. Jika adik lagi rewel dan tidak mau diam, terkadang saya memberikan mainan yang dapat dimainkan adik tetapi tidak membuat kakak ingin ikut main. Prinsip saya adalah adik ikut mendengarkan cerita dan tidak memegang gadget apapun. Karena gadget untuk membuat diam anak kecil dapat menjadi senjata makan tuan di kemudian hari.

4. Buat aktivitas yang dapat dilakukan bersama
Hal yang paling sering saya lakukan adalah membuat aktivitas yang dapat dilakukan bersama-sama. Terkadang standard untuk kakak jadi diturunkan dan standard untuk adik jadi dinaikkan supaya dapat melakukan suatu aktivitas. Terkadang dengan aktivitas yang sama, kegiatan yang dilakukan atau bobotnya disesuaikan dengan umurnya. Misal kakak diminta menggunting gambarnya dan menempel, sedang adik tinggal menempel. Karena saat itu saya mengurus semua sendiri, maka sebisa mungkin saya mencari aktivitas yang visible, bukan hanya untuk anaknya tetapi juga untuk mamanya.
Kapan menyiapkannya? Saya terbiasa menyiapkannya di malam hari, setelah anak-anak tidur. Lebih tenang dan tidak banyak gangguan.

5. Get organized.
Perencanaan itu perlu. Kita tidak dapat mengatakan kegiatan belajar mengajar harus sealami mungkin dan mengalir sesuai keadaan. Buatlah jadwal apa saja yang ingin kita bagikan kepada anak-anak dan juga apa saja yang harus kita urus di rumah dan di tempat lainnya. Jadwal membantu kita saat kita sedang hectic dengan anak-anak dan ulahnya yang selangit. Kalau sedang hectic kan tiba-tiba kita bisa lupa, dengan adanya jadwal, kita tetap tahu apa yang harus dilakukan setelah ini.Biasanya saya juga membuat list things to do. Jadi setiap teringat hal apa yang harus dilakukan, saya akan langsung membuka notes di handphone dan mencatatnya. Lumayan membantu loh, apalagi kesibukan dengan anak dapat membuat kita lupa hal-hal kecil.

6. Sediakan waktu sedikitnya 10 menit dengan setiap anak untuk menjelaskan dan berilah 'pekerjaan' kepada anak yang lainnya.
Saat adik sudah masuk usia untuk belajar, homeschooling yang sesungguhnya mulai berjalan. Dengan dua anak yang berbeda umur belajar bersama, kita berarti mempunyai tanggung jawab tambahan untuk membuat mereka menangkap semua yang kita sampaikan. Biasanya, saya akan memulai pelajaran dengan devotion (lagi) dari flash card CCC mereka. Setelah itu, saya akan meminta kakak atau adik mengerjakan lembar soal (dari materi sebelumnya atau materi hari ini jika mudah) ataupun daily drill yang ada terlebih dahulu, sementara saya menjelaskan yang satunya lagi mengenai konsep yang harus ditangkap olehnya, inti suatu pelajaran, atau pertanyaan yang agak sulit selama kurang lebih 10 - 15 menit. Jika sudah menangkap konsepnya, maka gantian anak yang tadi mengerjakan lembar soal mendapatkan penjelasan tentang konsep yang harus ditangkap. 

7. Ajar anak supaya menghargai satu dengan yang lain.
Saya terbiasa mengajarkan anak-anak untuk menghargai saudaranya dengan cara yang sederhana. Yang sedang mengerjakan soal atau belajar harus belajar untuk tetap fokus, apapun yang terjadi. Sedang yang sudah selesai harus belajar menghargai orang yang sedang belajar dengan tidak membuat keributan. Dengan demikian mereka belajar untuk tidak mengganggu dan tidak terganggu dengan keadaan.
Nah, biasanya yang namanya kakak senang membantu adiknya. Jadi kalau saya bertanya kepada adik, kakak suka ingin memberi tahu jawabannya dengan alasan dia mau membantu adiknya. Saya berkata bahwa hal yang baik jika kita membantu yang lain. Tetapi saya mengingatkan kakak bahwa bantuan yang tidak pada waktunya dan tidak pada tempatnya bukannya menolong tetapi membuat adik menjadi tidak bisa. Biasanya sih saya ceritakan kisah kupu-kupu yang berada di dalam kepompong dan ada manusia yang tidak sabar atau kasihan melihat kupu-kupu tersebut dan berusaha membantu membuka kepompong tersebut. Akibatnya kupu-kupu tidak dapat terbang. Dengan kata lain, kita juga harus belajar bersabar menunggu saudara yang lain saat belajar :)

8. Untuk urusan rumah, bekerja samalah dengan anak-anak dan suami.
Urusan rumah merupakan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Apalagi kalau punya anak kecil. Bersyukurnya kami karena kami mengajarkan anak-anak untuk merapikan mainannya sendiri dari sejak mereka kecil. Diawali dengan membereskan mainan saat mereka belum dapat berjalan. Jika mereka ingin bermain yang lain, saya mengajak anak-anak untuk memasukkan mainan ke kotaknya terlebih dahulu baru mengambil mainan yang baru. Dengan demikian mereka tahu kalau mau ganti mainan, harus membereskan yang sebelumnya. Demikian juga dengan urusan seperti mencuci piring, menyapu dan sebagainya. Sedang untuk urusan yang besar, bekerja sama dengan suami cukup membantu. Saya sebetulnya tipe orang yang lebih suka tidak merepotkan orang lain. Sebisa mungkin mengerjakan urusan rumah sendiri. Bersyukurnya si papa termasuk tipe yang suka membantu urusan rumah.

9. Akhiri hari dengan doa dan me-review kegiatan hari ini.
Kami terbiasa berdoa bersama sebelum tidur di malam hari. Dan biasanya kami me-review kegiatan kami dalam doa kami, bersyukur kalau kami boleh jalan-jalan (walau cuma ke supermarket ataupun ke toko buku) dan bersyukur untuk semua yang kami lakukan bersama-sama (walau kadang anak-anak akan bilang sorry God because I did that before). Ternyata hasil dari me-review kegiatan saat berdoa itu membantu anak-anak untuk lebih bekerjasama di keesokan harinya. Apa manfaatnya untuk kita sebagai mama yang seharian berkutat dengan rumah dan anak? Review di dalam doa mengingatkan kita walau saat menjalankan seluruh kegiatan hari ini terkadang kita lelah, tapi ternyata kelelahan hari ini selesai juga dan walau saya merasa tidak mampu, tetapi kasih karuniaNya cukup bagi saya. Setidaknya saya merasa begitu sih =))

10. Belajar untuk fleksibel.
Saya termasuk tipe orang yang perfeksionis terhadap diri sendiri dan mudah fleksibel terhadap orang lain. Akibatnya, di saat adik mulai homeschooling, terkadang saya pusing karena hal yang saya lakukan tidak sesuai dengan ekspektasi yang saya inginkan. Bersyukurnya saya pun ikut belajar bersama kakak mengenai kualitas karakter flexibility. Saya belajar untuk lebih fleksibel dengan diri sendiri. Salah satu contohnya adalah waktu belajar.
Kalau biasanya belajar dimulai setelah makan pagi, tetapi sejak adik ikutan belajar dan kakak kelas satu, maka sekarang waktu belajar kami dipecah. Setelah kakak dan adik morning devotion, maka kakak mengerjakan latihan soal. Sementara adik melakukan aktivitas lainnya. Setelah selesai, mereka ada break dan saya mengurus dapur. Setelah selesai dengan urusan dapur, maka kami kembali belajar atau melakukan aktivitas seperti membuat craft atau memasak.
Bagaimana jika sudah menjelaskan, tetapi rasanya kok anaknya tidak mengerti juga? Ingatlah bahwa setiap anak dewasa pada umur-umur yang berbeda-beda. Terkadang mereka belum mengerti bukan karena mereka malas sehingga tidak dapat, tetapi karena masalah kurang memperhatikan atau masalah kesiapan atau readiness issue. Dengan demikian, kita sebagai pengajar harus mencoba fleksibel dengan si anak. Entah mungkin metode kita yang harus dirubah atau menunggu hingga anak sudah siap dan cukup umurnya untuk betul-betul menangkap materi ataupun nasihat yang disampaikan.

Tentunya mengajar anak yang usianya bervariasi sambil mengurus rumah, dan anggota keluarga yang lain, cukup menyita waktu. Tetapi yakinlah setiap kerepotan yang ada membuat anggota keluarga menjadi lebih erat. Salah satu penghibur saya saat merasa lelah adalah menyanyikan lagu Roman 8:28 :)

And we know that in all things God works for the good of those who love Him, who have been called according to His purpose~Roman 8:28


Sumber foto: chdrc.ucd.ie