Sabtu, 12 September 2020

Virtual Trip to China

Sumber foto: Chinahighlights.com
Jalan-jalan di masa covid ini sepertinya hal yang sangat tidak memungkinkan. Bagaimana tidak, untuk pergi ke suatu tempat kita harus diperiksa dulu (baik rapid test ataupun PCR). Setelah itupun, jika kita pergi keluar negeri, kita harus dikarantina selama 2 minggu (dengan biaya pribadi pula). Setelah itu baru bisa kelayapan.

Namun, bulan Juli kemarin, kami jalan-jalan ke China. Kok bisa? Secara virtual dong. Hehehe. Bersama dengan teman-teman dalam komunitas kami, kami ramai-ramai ke negeri yang sering disebut Negeri Tirai Bambu.

Diawali dengan menginfokan kepada anak-anak bahwa di monthly meeting kita akan ada virtual trip ke China. Jadi mereka boleh menyiapkan apapun, seakan-akan mereka memang sedang akan bepergian. Duo Lynns, yang memang setiap saat selalu halu mau jalan-jalan, dengan semangat menyiapkan ’koper’ dan perlengkapan untuk jalan-jalan.
Salah satu bentuk kehaluan anak-anak. 
Di hari H, auntie-auntie kreatif yang menjadi PIC ini sudah menyiapkan beberapa keterangan mengenai China. Setelah menunjukkan passport dan boarding pass, anak-anak siap untuk berpetualang. Petualangan anak-anak dimulai dengan mengunjungi Forbidden City secara virtual.
Are you ready, kids? 
Forbidden City atau Kota Terlarang merupakan kompleks istana kekaisaran dan kediaman kaisar dari mulai zaman dinasti Ming hingga dinasti Qing. Forbidden City ini terletak di pusat kota Beijing. Kompleks ini disebut Forbidden City karena memang pada zaman dahulu tidak mudah untuk masuk ke kawasan ini, kecuali memang diundang oleh kaisar sendiri. Ingat kan betapa susahnya Xiao Yan Zi untuk mengantar Xia Zi Wei menemui kaisar (huang a ma) di film Putri Huan Zhu? =D
Welcome to The Forbidden City 
Tian an men, gerbang kedamaian surgawi, di malam hari. Sumber foto: wikipedia.
Melihat bangunannya yang kokoh dan tahan gempa, tidak heran bangunan ini dinobatkan sebagai salah satu cagar budaya oleh UNESCO. Saat melihat gambarnya, anak-anak pun mengira bahwa istana ini adalah Gyeongbokgung di Seoul. Ya, agak mirip. Hanya saja yang ini jauh lebiiiiih luas.
Taman yang cantik. Sumber foto: mywowo.net.
Destinasi berikutnya adalah Xi’an, yang terletak di propinsi Shaanxi. Sebelum Beijing menjadi ibukota China, Xi’an merupakan ibukota pertama dari negara China. Tercatat ada 13 dinasti kekaisaran yang pernah memerintah dari Xi’an, salah satunya dinasti Qin.

Di Xi’an sendiri sekarang terkenal dengan situs bersejarah, yang diresmikan oleh UNESCO di tahun 1987, yang sering disebut Tentara Terracotta atau Terracotta Army. Apa sih Tentara Terracotta? Seperti arti dari kata terracota itu sendiri, yaitu tanah liat atau tembikar, Tentara Terracota merupakan adalah kumpulan koleksi dari 8.099 tanah liat berbentuk prajurit dan kuda dalam ukuran asli. Tentara Terracotta ini dibuat pada zaman pemerintahan Kaisar Qin Shi di tahun 210 – 209 SM di kompleks pemakaman kaisar dan keluarganya. Tujuannya adalah agar untuk melindungi Kaisar Qin Shi setelah ia meninggal.
Terracotta Army. Sumber foto: wikipedia. 
Berbicara tentang China, pastilah tidak lepas dari yang namanya The Great Wall atau Wanli ChangCheng yang menjadi salah satu tujuh keajaiban dunia. Tembok besar yang panjangnya 21.196 km ini memiliki penampakan seperti naga awalnya dibangun oleh dinasti sebelum dinasti Qin dengan tujuan untuk menahan serangan musuh dan suku-suku dari utara negara Tiong Kok (kalau kata anak-anak: jadi terbayang film Mulan). Hal ini terus berlanjut ke dinasti Qin, yang diprakarsai oleh Kaisar Qin Shi hingga ke dinasti Ming.
The Great Wall. Sumber foto: wikipedia. 
Kami pernah melihat film dokumenter di Discovery Channel tentang pembuatan tembok di salah satu daerah orang Hakka. Untuk membuat tembok tersebut kokoh, setiap lapisan tanah digemburkan dan dipadatkan. Untuk beberapa bagian pun terkadang menggunakan batu. Saat itu naratornya pun berkata pembuatan The Great Wall pun seperti pembuatan tembok ini. Wow, luar biasa sekali. Hanya dengan memadatkan, temboknya tetap kokoh hingga sekarang.
Salah satu gerbang Great Wall di malam hari. Sumber foto: detik.com 
Setelah puas ’berkeliling’, anak-anak diberikan beberapa fakta tentang China. China merupakan negara terbesar di Asia. Berbicara tentang China, maka tidak akan jauh-jauh dari Panda, hewan khas yang suka makan bambu. Selain itu, China juga terkenal dengan bunga teratai. Oya, jangan lupakan juga kegemaran orang China dengan yang namanya teh (dengan temannya dimsum tentunya).
Kungfu Panda =D
Nah, apa saja karakter yang dapat dipelajari selama mereka berkeliling? Mereka belajar tentang kerajinan dan kreativitas selama mereka virtual trip. Seperti saat mereka melihat The Great Wall, Terracotta Army, dan juga Forbidden City.
Lotus atau Teratai. Sumber foto: wikipedia. 
Sekarang waktunya anak-anak berkreasi dengan membuat aktivitas bersama, yaitu kipas dari kertas. Walaupun pembuatannya seperti lagu jadoel ”kau di sana, aku di sini’, namun acara pembuatan kipas ini cukup seru sehingga papa pun ikutan melihat pembuatan kipas ini.
Kipas buatan anak-anak.
Setelah selesai, saya pun bertanya kepada anak-anak apakah mereka senang dengan virtual trip ke China? Dengan muka agak sedih mereka menjawab pengennya pergi betulan, melihat apakah Disneyland Shanghai lebih bagus dari Disneyland HK, dan melihat setiap tempat wisata secara langsung. Well, bersabar ya nak. Berdoa dan menabung dulu. Tunggu sampai covid selesai, baru kita bisa tamasya kembali.
Panda yang imut dan lucu =). Sumber foto: Chinahighlights.com 

Jumat, 04 September 2020

Strong in the Lord Online Conference


Sampai bulan ini, pandemi nampaknya masih enggan pergi dari dunia ini. Malah di beberapa negara terjadi lonjakan kasus. Hal ini tentu sangat memprihatinkan, karena banyak hal yang jadi tidak dapat dilakukan.

Hal ini pun berimbas bagi keluarga kami. Kami tidak bisa kemana-mana karena ada bayi, anak-anak, dan lansia. Bahkan sudah setengah tahun kami tidak dapat bertemu oma. Sedih deh rasanya.

Namun dibalik segala yang tidak baik, pandemi ini membawa ’berkat’ tersendiri. Salah satunya adalah dapat mengikuti konferensi online Strong in the Lord Conference. Konferensi ini diadakan oleh Bright (Being Radiant in Godliness, Holiness, and Testimony) Lights Ministry. Konferensi yang ditujukan untuk anak-anak perempuan yang berusia 8 – 14 tahun ini biasanya diadakan di Amerika. Namun karena covid, maka tahun ini konferensi diadakan secara online. 

Dan karena online, maka kami pun dapat mengikutinya (dengan diskon pula karena salah satu senior kami menghubungi ke pihak Bright Lights dan mereka memberikan diskon bagi para peserta dari Indonesia). Sungguh kami bersyukur untuk insiatif dari senior kami. Kami pun bersyukur dengan komunitas yang ada dan menopang satu dengan yang lainnya. 
Sertifikat untuk anak-anak dari komunitas Homeschool kami.
Konferensi ini dibawakan dalam bentuk video. Jadi kami diberikan link yang dapat kami akses selama tiga hari. Pembicara dalam video tersebut adalah Sarah Mally. Sarah Mally merupakan founder dari Bright Lights Ministry, yaitu pelayanan pemuridan untuk memperlengkapi perempuan-perempuan muda untuk hidup sepenuhnya bagi Tuhan.

Awalnya Sarah bersekolah, namun pada tahun 1990, saat usianya 11 tahun, orang tuanya memutuskan untuk memulai homeschooling. Dan pada bulan Mei 1996, ia memulai pelayanan Bright Lights. Saat ini ada lebih dari 700 kelompok Bright Lights secara internasional.

Keluarga The Mally juga memiliki pelayanan yang disebut Tomorrow’s Forefathers, yang bertujuan untuk mendukung dan memperlengkapi keluarga-keluarga untuk menjadi kuat di dalam Tuhan. The Mally sering mengisi konferensi homeschool. Bahkan dulunya mereka pernah beberapa kali mengisi FamilyConference.

Strong in the Lord Conference ini dibawakan oleh terbagi dalam 6 sesi. Keenam sesi ini berisi tema-tema yang sangat relevan bagi anak-anak praremaja dan remaja. Setiap sesi berisikan sharing yang disampaikan Sarah beserta ilustrasi untuk mempermudah yang dikemas dalam durasi sekitar 50 sampai 60 menit.

Sesi yang pertama adalah Being Strong for the Lord in Your Youth. Sesi ini memamparkan bahwa masa remaja tidak dapat diulang. Karena tidak dapat diulang, maka masa muda harus digunakan dengan baik. Masa muda adalah masa untuk memperlengkapi diri kita, seperti goal yang ingin kami capai, yaitu melihat anak-anak menjadi kuat di dalam Roh dan mempunyai karakter Ilahi.
Sarah Mally membawakan sesi demi sesi.
Sesi yang kedua adalah Trusting God’s Faithfulness and Power. Di sesi yang terpendek dari 6 sesi yang ada ini ada beberapa anak perempuan yang membagikan kesaksian hidup mereka atau keluarga mereka. Mereka menyaksikan kesetiaan Tuhan dan kekuasaan Tuhan dalam hidup mereka di saat mereka berada dalam masa yang paling sukar.

Uniknya di sesi ini adalah sepanjang kesaksian diceritakan, Sarah menggambar dengan menggunakan kapur. Sepanjang Sarah menggambar, semuanya tidak terlihat jelas. Namun di akhir gambaran, muncul gambar yang begitu indah. Hal ini menguatkan kami dan seakan memberikan gambaran bahwa walaupun sepertinya keadaan tidak jelas, namun tetap percaya kepada kesetiaan dan kekuasaan Tuhan. Ia lebih dari mampu untuk menyelesaikan segalanya.
Chalk drawing by Sarah Mally.
Sesi ketiga bertemakan Honoring Your Parents. Di sesi ini diingatkan bahwa anak-anak berada di bawah payung otoritas orang tua. Saat kita berusaha untuk keluar dari otoritas orang tua kita, maka sebetulnya kita sedang membuat masalah dalam hidup kita.
Skit di tengah sesi membuat konferensi ini menarik untuk anak-anak.
Menghormati orang tua kita bukan karena kita takut, tetapi karena kita mengasihi orang tua kita. Kami sering mengingatkan anak-anak bahwa jika mereka melakukan hal yang salah, kami lebih suka mendengar hal itu dari mereka. Kami lebih suka mereka mengakui dengan rendah hati (clear conscience) daripada mereka menutupinya. Dan mereka pun kami ingatkan bahwa lebih baik mereka mendapatkan pendisiplinan daripada mereka menutupi tetapi membuat dosa yang lain.

Setelah anak-anak diingatkan mengenai menghormati orang tua, anak-anak pun diingarkan mengenai menjadikan saudara kita sahabat kita. Di sesi keempat yang bertemakan Making Brothers and Sisters Best Friends ini tidak hanya dibawakan oleh Sarah saja. The Mallys (Sarah, Stephen, dan Grace) bersama-sama membawakan sesi ini. Memang mereka bertiga membuat buku yang berjudul Making Brothers and Sisters Best Friends.
Making Brothers and Sisters Best Friends 
Sesi ini mengingatkan anak-anak bahwa walaupun terkadang ada beda pendapat di antara saudara, tetap mereka adalah saudara kita. Kita harus bersyukur dan selalu melakukan yang terbaik bagi saudara kita. Walaupun kadang saudara kita ‘annoying’, tapi tetap mereka adalah saudara kita.

Di Sesi kelima, Delighting in the Lord and His Words, anak-anak diingatkan bahwa sama seperti tubuh jasmani mereka memerlukan makanan, roh dan jiwa mereka juga memerlukan makanan rohani. Mereka diingatkan pentingnya merenungkan firman Tuhan, mempunyai jurnal bacaan firman mereka. Memang selama ini anak-anak selalu membuat 2 jurnal untuk pembacaan firman mereka, yaitu jurnal dari Sekolah Minggu dan juga jurnal yang mereka tulis setiap hari. Sesi ini seakan mengingatkan mereka untuk tetap bertekun dalam membuat jurnal tersebut.
Jurnal yang dibuat kakak.
Di sesi terakhir, sesi keenam, anak-anak diingatkan untuk menghindari pengaruh-pengaruh buruk (Avoiding Wrong Influences). Ada banyak hal yang dapat memberikan pengaruh ke dalam diri mereka, seperti teman, TV, buku bacaan, media sosial, internet, dan lain-lain. Mereka harus berani berkata tidak untuk setiap pengaruh negative. Mereka harus berani tampil beda dan menunjukkan bahwa mereka tidak akan mengikuti setiap pengaruh yang buruk.
Seperti lilin yang menyala, hendaknya kita berani menerangi sekeliling kita.
Yang menjadi kejutan buat kami adalah pada saat kami menyampaikan kepada anak-anak bahwa mereka akan mengikuti konferensi online yang dibawakan oleh Sarah Mally, mereka dengan semangat berkata bahwa mereka tahu The Mallys. Ternyata mereka mengetahui The Mallys dari buku yang dikarang Sarah, Stephen, dan Grace. Saya baru teringat bahwa salah satu teman homeschool kami memberikan anak-anak buku tersebut.
Sarah, Stephen, and Grace. Sumber foto: homeschoolingteen.com
Konferensi ini sungguh bagus. Mereka menyampaikan materi dengan baik dan diselingi dengan skit untuk membuat ilustrasi ini dapat diingat dengan baik oleh anak-anak. Selain itu pihak Bright Lights sangat komunikatif. Mereka rajin mengirimkan email sebelum konferensi dimulai. Bukan hanya sekedar informasi tentang konferensi, tetapi juga ajakan untuk kami para ibu mendoakan anak-anak kami sebelum konferensi ini dimulai, agar anak-anak betul-betul dapat menangkap setiap pesan yang disampaikan.

Mereka juga memberikan saran mengenai jadwal. Mereka menyarankan agar konferensi ini diselesaikan dalam 2 hari. Diharapkan juga disisipkan sesi diskusi antara ibu dan anak-anak perempuannya.
Snack dan teh untuk Tea Time
Kami awalnya sempat kuatir karena adik tiba-tiba masuk angin dan saat sebelum sesi kedua, kakak pun mulai bilang badannya tidak enak. Tetapi tidak disangka walaupun badan anak-anak kurang enak, tetapi keesokan harinya anak-anak sudah sehat kembali dan dapat mengikuti sesi ketiga hingga keenam dengan baik dan antusias. Kami pun sangat bersyukur anak-anak dapat mengikuti konferensi ini.

Di akhir sesi keenam, anak-anak bertanya kapankah Bright Light ada di Indonesia. Hmm...nobody knows. Tetapi akan seru rasanya jika ada anak-anak yang berani untuk berdiri dan menyuarakan untuk menjaga kekudusan di tengah dunia yang semakin tidak menentu ini. Harapan kami, ada atau tidak adanya Bright Light, anak-anak tetap menerangi sekeliling mereka dengan keberadaan mereka, dan dalam menjalani panggilan Tuhan atas mereka. 
Peserta termuda di Online Conference=D