Rabu, 19 Agustus 2020

Online Meeting: Berkreasi dengan Telur


Siapa yang tidak suka telur? Hampir semua orang menyukai telur. Umumnya, telur dibuat menjadi telur dadar, telur mata sapi, telur balado, dan sebagainya. Kali ini, karena masih belum bisa kumpul-kumpul, kami diberikan project untuk membuat video tentang berkreasi dengan telur.

Dan seperti biasa, kalau ada project video, anak-anak semangat mau buat ini itu, sementara orang tuanya pusing. Hehehe. Mereka mulai mendata apa saja yang biasa kami buat dengan telur. Mulai dari fluffy pancake, cawan mushi, telur gulung, tim telur, omelet, eggnest, egg and cheese sandwich, dan sebagainya. Supaya mamanya gak pusing, akhirnya mereka memilih eggnest, makanan yang sering mereka buat untuk sarapan.

Memang kalau sarapan, anak-anak terbiasa menyiapkan sendiri. Awalnya saat kakak masih berumur 3 tahun, kami mencoba mengajari mereka mengisi roti sendiri dan memotongnya dengan pisau plastik. Lama kelamaan, mereka jadi terbiasa membuat sarapan sendiri. Dari yang tidak memerlukan kompor seperti cereal, peanut butter and jam sandwich (PB & J Sandwich), hingga makan yang harus dibuat di atas kompor, seperti nasi telur, mie (sekarang mereka boleh sarapan mie instan seminggu sekali tanpa menggunakan bumbunya), eggnest dan roti panggang.

Ini tentunya sangat membantu, apalagi sejak si bayi ini masuk masa mpasi. Bahkan tidak jarang mereka membuatkan sarapan untuk mamanya. Jadi pilihan membuat eggnest menjadi project mereka merupakan pilihan yang baik, karena mereka dapat membuat tanpa harus didampingi. Yah, walaupun tidak wah untuk dibuat video, tapi setidaknya tidak membuat kami repot. 

Untuk membuat eggnest, hanya diperlukan satu lembar roti (yang agak tebal lebih baik) dan telur. Bagaimana cara pembuatannya?
1. Lubangi roti di bagian tengah. Lubang ini dapat dibuat dengan cookies cutter yang bentuknya lucu-lucu ataupun dengan sesuatu yang bulat.
2. Pecahkan telur dan tuang ke dalam sebuah mangkok. Idealnya sih telurnya tidak diacak, supaya bentuknya cantik. Tetapi kalau suka telur dadar, boleh dikocok.
2. Di atas penggorengan teflon, beri sedikit mentega dan tunggu hingga cair (tentunya kompornya dinyalakan ya teman-teman).
3. setelah mentega lumer, letakkan roti di atas penggorengan tersebut.
4. Tuang telur ke dalam lubang yang ada. Tunggu sampai bagian bawah sudah nge-set, setelah itu balikkan rotinya.
5. Tunggu sampai telur matang dan angkat.
Ini penampakan eggnest yang dibuat kakak.
Pertemuan online hari itu dimulai dengan bermain tebak-tebakan untuk anak-anak umur 12 tahun ke bawah. Setelah puas bermain tebak-tebakan, Uncle T mulai menceritakan ilustrasi dengan menggunakan telur. Uncle T mengeluarkan telur dan spidol berwarna hitam. Anak-anak diminta untuk menyebutkan tindakan-tindakan yang tidak baik yang dapat dilakukan oleh semua orang. Anak-anak pun dengan semangat menyebutkan, seperti tidak taat, marah, bohong, menyontek, berantem sama saudara, dan sebagainya. Uncle T menuliskan semuanya itu di atas telur tersebut.

Uncle T menjelaskan kenapa kegiatan hari ini bertema telur. Telur biasanya menetas menjadi ayam, bebek, ataupun burung, sesuai dengan jenis telurnya. Telur ini melambangkan suatu kehidupan. Namun terkadang tindakan-tindakan kita membuat kita menjadi keras. Dan satu-satunya cara adalah dengan merelakan diri kita diubah. Dengan membuang semua sikap kita yang tidak baik, kita menjadi dilembutkan kembali, sama seperti telur rebus yang telah dikupas kulitnya.

Setelah Uncle T selesai, anak-anak diajak untuk melihat kreasi salah satu teen di komunitas ini, yang dulunya peserta Master Chef Junior, yatiu Curt. Curt mengajarkan anak-anak untuk membuat Japanese Souffle Pancake. Duo Lynns langsung heboh karena papa pernah mengajak mereka untuk membuat ini, bahkan menjadi kue ulang tahun adik. 
Japanese Souffle Pancake jadi birthday cake adik.
Chef: papa tercinta tentunya :)
Pertemuan online untuk anak-anak berakhir dengan doa bersama dan setelah itu para remaja melanjutkan pertemuan online dengan membahas financial planning.
Foto dulu sebelum selesai.
Note: berhubung eggnest tidak sempat difoto, maka jika ingin melihat videonya, bisa dibuka di link berikut ini 

Sabtu, 08 Agustus 2020

Cheesecake di Pertemuan Online Alert MD

Cheesecake by DJ
Biasanya dalam sebulan sekali, komunitas yang kami ikuti mengadakan pertemuan Father and Sons dan Mom and Daughters yang biasanya kami sebut Alert MD. Namun pandemi yang melanda Indonesia membuat pemerintah memberlakukan PSBB. Hal ini membuat kami susah bertemu. Tetapi bersyukur dengan adanya kemajuan teknologi, kami tetap dapat mengadakan pertemuan secara online.

Berhubung ini adalah pertemuan perdana secara online, maka kali ini Alert MD digabung terlebih dahulu. Kalau dahulu kami bersama-sama belajar menghias kue, maka sekarang mumpung semua ada di rumah masing-masing, maka kegiatan yang dipilih adalah baking atau membuat kue. Dengan di rumah, otomatis baking tidak repot karena tinggal buka oven untuk memanggang.

Pertemuan kami kali ini dimulai dengan doa bersama dan setelah itu salah satu kakak kesayangan Duo Lynns (karena si bayi belum pernah ketemu kakak ini) yang sedang kuliah di US membagikan kisahnya saat pulang kemarin. Kami bersyukur melihat campur tangan Tuhan sehingga si kakak ini dapat kembali ke Indonesia tanpa kekurangan suatu apapun, walaupun harus karantina sementara saat tiba di Indonesia.

Setelah renungan singkat, kegiatan membuat kue pun dimulai. Kali ini yang akan memimpin kami adalah keluarga Bumies. Mereka memilih membuat cheesecake. Bahan-bahan yang diperlukan adalah:
- 50 gram graham cracker (dapat diganti dengan regal)
- 60 gram gula
- 1 ¼ sdm unsalted butter
- 250 gram cream cheese, letakkan diluar agar mencapai suhu ruangan
- 60 gram sour cream
-  1 ¼ sdm tepung terigu serbaguna
- Garam (1 pinch saja)
- ¼ sdt vanilla extract
- 1 butir telur ukuran besar.
Kakak membuat adonan untuk crust. 
Untuk memudahkan dan menghemat waktu, maka kami diminta untuk membuat crust atau base-nya sebelum acara Alert MD dilakukan. Cara untuk membuat crust-nya adalah sebagai berikut.
1. Hancurkan cracker atau biskuit yang akan digunakan.
2. Cairkan unsalted butter, kemudian tunggu sampai suhunya tidak panas.
3. Tuangkan butter yang sudah cair tersebut ke biskuit yang sudah dihancurkan, aduk hingga semuanya rata.
4. Diatas loyang yang akan dipakai, olesi loyang tersebut dengan minyak atau lapisi dengan kertas kue. Kemudian campuran yang sudah ada ditaro diatasnya hingga rata.
5. Panggang crust ini dengan suhu 180 celcius selama kurang lebih 8 – 10 menit. Setelah itu keluarkan dan dinginkan.
Crust dalam loyang muffin. 
Saat pertemuan, kami tinggal melanjutkan dengan membuat isiannya. Untuk isinya, langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Dalam wadah yang agak besar, masukkan cream cheese, gula, dan garam. Mix hingga semua bahan tersebut tercampur dan cream cheese menjadi lembut.
2. Masukkan sour cream, terigu, dan vanilla extract ke dalam adonan cream cheese yang sudah lembut. Karena di rumah tidak ada sour cream, maka kami menggantinya dengan yoghurt yang anak-anak buat. Mix lagi hingga rata.
3. Masukkan telur ke dalamnya, mix kembali hingga semuanya tercampur sempurna.
4. Tuang adonan ini ke dalam crust yang sudah dipanggang.
5. Panggang kembali crust yang sudah diisi adonan dengan suhu 180 celcius. Panggang kurang lebih 30 – 45 menit. Setelah itu didinginkan.
Menunggu giliran untuk mengisi crust.
Akhirnya giliran si adik menuang. 
Untuk yang suka topping, setelah cheesecake ini dingin, bisa diberi topping selai strawberry diatasnya. Kami pribadi lebih suka jika tidak menggunakan topping. Jangan lupa masukkan ke kulkas, karena cheesecake lebih enak kalau dingin.
Cheesecake yang baru selesai dipanggang.
Kegiatan Alert MD kali ini memang lebih lama dari biasanya, karena membuat kue dan di rumah masing-masing. Walaupun anak-anak sudah sering membuat cheesecake bersama saya atau papanya (resep si papa sudah terbukti enak sekali soalnya), tetapi tetap saja anak-anak senang karena dapat melihat teman-temannya saat membuat kue.
Mini Cheesecake
Oya, untuk resep asli dari cheesecake ini, dapat dilihat di sini ya.

Senin, 03 Agustus 2020

Parents Meeting: Peran Ayah dan Ibu Dalam Homeschool (Part 2)


Masih lanjutan dari artikel sebelumnya, kalau tadi yang dibahas adalah peran ayah, maka sekarang akan dibahas peran ibu.

PERAN IBU
Jika Ayah mempunyai peran penting dalam meletakkan fondasi dalam keluarga, maka Ibu mempunyai 5 fungsi dasar dalam keluarga.

1. The mother is the heart of the home
Jika ayah diibaratkan sebagai kepala dalam suatu rumah, maka ibu dapat diibaratkan sebagai jantung dalam suatu rumah. Seperti denyut jantung menentukan suatu kehidupan, maka ibu sebagai denyut jantung keluarga sangat menentukan suasana di rumah. Tetapi saat mengurus rumah, terkadang si ‘jantung’ ini bermasalah karena ‘satu dan lain hal’.

’Satu dan lain hal’ ini bisa jadi rasa kesal kepada suami karena suami tidak dapat memahami perasaan kita sebagai seorang istri ataupun pikiran kita (ada amin, para istri?) Untuk menghindari hal ini, maka istri perlu mengkomunikasikan pengamatan dan perasaannya kepada suami. Ingat, suami bukan cenayang atau ahli nujum yang dapat membaca pikiran dan perasaan wanita.

Bagaimana caranya untuk mengkomunikasikannya? Suami istri harus mempunyai waktu khusus untuk berdua dengan suami. Istri harus menjadwalkan pertemuan rutin dan berkala dengan suami guna mendiskusikan banyak hal penting, termasuk soal homelearning.

2. The mother is the light of learning
Saat suatu keluarga memutuskan untuk homeschool, ibu akan berada dengan anak dan berperan sebagai guru untuk anak. Guru ini mengajar untuk mempersiapkan anak saat harus terjun ke dunia nyata. Seorang ibu juga harus membekali anak bukan hanya dengan hal-hal yang berbau akademis, tetapi juga membekali anak dari sisi keterampilan (basic skill setidaknya), dan karakter juga.  Dengan melatih ‘hati yang mendengar’, ibu akan tahu tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh anak, menyangkut karakter, sisi akademis, dan keterampilan yang perlu dikembangkan.

3. The mother is a learner-teacher
Banyak ibu kuatir tentang kemampuan mereka dalam menguasai suatu mata pelajaran dan kemampuan dalam mengajar. Ibu takut tidak dapat memberikan yang terbaik karena ibu tidak mengerti materi yang diajarkan. Alih-alih menguasai bahan secara menyeluruh, yang lebih diperlukan ibu adalah antusiasme sebagai pembelajar yang akan berkembang sama-sama dengan sang anak. Ibu dan anak, terutama saat anak masih usia TK dan SD, dapat belajar bersama.

Kerelaan ibu untuk sinau atau belajar bersama ini tentunya membuat anak semangat belajar. Apalagi saat anak-anak masih TK atau SD. Tidak ada alasan materi tersebut susah sehingga tidak mampu mengajar materi tersebut dan memanggil guru les untuk mengajar anak membaca ataupun berhitung.

4. The mother is a ‘creative recorder’
Sebagai seorang ibu yang setiap hari mengajar anaknya, tentunya ada banyak hal yang ingin didokumentasikan. Sebagai ‘creative recorder’, ibu harus mencari cara yang cocok dan memudahkan untuk mendokumentasikan hasil pembelajaran anak. Misalkan dengan menggunakan lapbook, atau menyimpan dalam media sosial (bukan dengan tujuan untuk show off tentunya).

5. The mother is a ‘coordinator’ of responsibilities
Anak-anak harus diperkenalkan dengan yang namanya tugas di rumah. Tugas ini bukan merupakan ajang ‘pemberdayaan’ anak, tetapi lebih untuk melatih kemandirian anak sedini mungkin. Jangan berikan tugas yang lebih berat dari umurnya ataupun pekerjaan yang berlebihan.
Mom and things to do =D
Kami pun mencoba untuk merefleksikan peran kami berdua dalam pendidikan di rumah kami. Untuk hal yang berbau akademis, si papa menyerahkan kepada saya sebagai guru anak-anak. Tetapi bukan berarti si papa lepas tangan. Ada saat-saat dimana saya pusing dan si papa pun ikut membantu.

Lalu, apa dong peran si papa? Papa lebih banyak memfokuskan kepada hal yang berbau kerohanian anak-anak. Dari sejak anak-anak masih dalam kandungan, setiap hari papa membacakan Alkitab. Saat anak-anak masih bayi pun papa senang membacakan Alkitab. Bahkan saat anak-anak masih belum bisa membaca, acara membaca Alkitab saat malam hari bisa panjang karena ada story telling dan play pretend.

Pembelajaran mengenai karakter pun kami lakukan bersama-sama. Bukan hanya anak-anak yang diingatkan, tetapi kami sebagai orang tua pun diingatkan dan dibentuk hari lepas hari. Seperti pedang bermata dua, kebenaran-kebenaran itu menemplak kami dan juga anak-anak.

Bagaimana dengan house chores? Anak-anak terbiasa mengerjakan house chores atau tugas rumah tangga dari kecil. Bukan karena kami menyuruh, tetapi mereka melihat kami melakukannya dan mereka ingin mengikutinya.

Proses kami sebagai homeschooler masih panjang. Tetapi dengan adanya Parents Meeting ini, kami diingatkan bahwa untuk mempunyai awal yang benar dalam homeschool adalah ayah dan ibu terlibat dalam pendidikan. Dan agar keterlibatan ayah dan ibu menjadi lebih smooth, maka hubungan ayah dan ibu harus dalam tahap yang benar juga.

Bu Rina pun berkata bahwa ibu yang bijak sadar bahwa ada musim berbeda-beda dalam kehidupan, dan investasi waktu dalam homeschooling akan memperoleh ganjaran yang sangat layak. Memang tidak mudah untuk mendidik anak-anak sendiri, ada banyak waktu yang harus diinvestasikan bagi mereka. Namun memang benar bahwa akan ada ganjaran yang sangat layak untuk itu.

Parents Meeting ini tentunya semakin memperlengkapi kami semua. Dan kami bersyukur karena Parents Meeting ini juga dapat diikuti oleh teman-teman kami yang berada di luar pulau. Blessing in disguise di saat covid ini tentunya. 






Parents Meeting: Peran Ayah dan Ibu Dalam Home Education (Part 1)


Berbicara tentang homeschool atau homelearning, tentunya tidak jauh-jauh dari orang tua. Mengapa? Lah wong namanya saja sekolah di rumah, berarti pengajar utamanya adalah orang tua. Dengan kata lain, ayah dan ibu berperan penting dalam pendidikan anak, bukan tetangga ataupun teman (kan gak mungkin tetangga yang berperan penting di dalam rumah kita).

Masalahnya, sering kali saat sudah terjun, para ibu merasa sendirian dalam mengarungi lautan pembelajaran yang lama-lama membuat para ibu merasa hanyut dan hampir tenggelam (beuh, bahasanya berat euy). Nah, supaya tidak jadi betul-betul tenggelam, mau tidak mau, kedua orang tua harus sama-sama berperan dalam dalam home learning. Kan namanya juga homeschool, ayah sebagai kepsek dan ibu sebagai guru.

Dan yang namanya orang tua, pasti tidak lepas dari yang namanya parenting skill. Parenting skill ini yang membantu orang tua menghadapi tingkah anak yang terkadang membuat kita mengelus dada. Apalagi yang namanya homeschool, orangtua, khususnya ibu, bertemu 24/7 dengan anak-anak.

Untuk itu, kami mengambil topik Parenting untuk pertemuan Parents Meeting kami di tahun ini. Topik parenting yang paling ditunggu-tunggu adalah tentang disiplin dan menghadapi tingkah si anak. Tetapiiiii....untuk sampai ke situ ada banyak tahap, dan tahap pertama adalah memulai awal yang benar, yaitu melihat peran kedua orang tua, Ayah dan Ibu, dalam homelearning.

Berhubung covid, maka Parents Meeting kali ini dilakukan secara online, melalui ZOOM dengan mentor kami, keluarga Badudu. Ada 5 hal yang dibagikan oleh beliau untuk para ayah dan para ibu.
Peran Ayah dan Ibu 
PERAN AYAH
Suatu negara lemah jika negara tersebut terdiri dari keluarga-keluarga yang lemah. Suatu keluarga lemah jika keluarga tersebut mempunyai ayah yang lemah. Seorang ayah dikatakan lemah jika dia gagal untuk memahami dan memenuhi tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepadanya. Dengan kata lain, ayah sangat penting untuk masa depan suatu bangsa.

Oleh sebab itu, peran ayah bukanlah sekedar mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan keluarga. Tetapi lebih dari itu. Ayah mempunyai peran penting dalam menentukan objektif dalam suatu keluarga. Pak Rizal pun membagikan lima peran ayah dalam keluarga.

1. To build perspective of eternity
Semua hal yang ada di dunia ini hanyalah sementara saja. tidak ada yang kekal di dunia ini. Karena itu, semua yang kita lakukan harus mengarah kepada kekekalan. Sebagai seorang imam, penting bagi seorang ayah untuk membimbing anak-anak dan menjelaskan kepada anak-anak apakah tujuan mereka ada di dunia itu. Selain itu penting bagi anak untuk mempunyai pola pandang yang Alkitabiah.

Berbicara tentang kekekalan, maka tidak akan lepas dari waktu. Ada tiga macam term yang sering digunakan untuk menjelaskan waktu, yaitu kronos, kairos, dan aion. Kronos berarti siklus waktu yang biasa, yang biasanya dinyatakan dalam jam. Kairos adalah waktu yang tidak dapat diulang. Sedangkan kata aion dipakai untuk menunjukkan tentang waktu yang lama sekali atau tidak ada batasnya atau kekekalan.
Kronos, Kairos, dan Aion
2. To grow in faith and in the power of prayer
Karena semua hal tidak ada yang kekal, maka setelah ayah membangun perspektif mengenai kekekalan, peran penting ayah yang berikutnya adalah membawa anggota keluarganya untuk bertumbuh dalam iman dan kuasa doa. Hal ini tidak lepas dengan kerohanian si ayah. Ayah haruslah setia dalam pembacaan dan penggalian Alkitab secara pribadi. Jika si ayah sudah terbangun kerohaniannya, maka ayah dapat dengan dominan memimpin pembacaan Alkitab dan doa bersama keluarga.

Jika ayah sudah konsisten dalam memimpin pembacaan Alkitab dan doa bersama keluarga, maka ayah akan lebih mudah untuk memengaruhi anak dengan terus mengalami kuasa doa dalam kehidupan. Contoh yang mudah adalah dengan melakukan doa bersama keluarga, pembacaan Alkitab sebelum tidur saat anak-anak masih kecil, story telling mengenai tokoh-tokoh yang dapat dijadikan panutan, dan sebagainya.

3. To seek wisdom and act with genuine love
Selain membawa anak untuk bertumbuh dalam imannya, ayah juga berperan untuk membawa anak-anak mencari hikmat dan bertindak dalam ketulusan. Tidak mudah memang, karena kita tidak mungkin mengawasi semua keputusan yang diambil oleh anak. Namun kita dapat memperlengkapi mereka dengan kemampuan untuk memilih dan memutuskan dengan baik. Untuk mencapai ini, ayahlah yang harus dibentuk terlebih dahulu. Ayah harus bijaksana dalam mengambil banyak keputusan dan pilihan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajarkan karakter-karakter yang dapat membangun anak-anak. Dan lebih dari sekedar mengajar, ayah harus menjadi teladan dalam menunjukkan karakter-karakter tersebut.

4. To find a life calling and fulfill it
Walaupun kita harus melihat kepada kekekalan, tetapi pasti ada alasan mengapa kita ada di dunia ini. Adalah tugas ayah untuk mengajarkan anak-anak untuk menemukan panggilan hidupnya dan memenuhi panggilan tersebut. Ayah harus mengajarkan bahwa profesi dan pekerjaan bukanlah tujuan utama dalam kehidupan yang akan menentukan kepuasan, identitas diri, dan pengakuan.

Ayah harus menekankan kepada anak bahwa tujuan kita adalah untuk memuliakan Tuhan dan melakukan Amanat Agung melalui apapun yang mereka pilih untuk lakukan.Mereka memuliakan Tuhan dengan melakukan apa yang Tuhan berikan dalam hidup mereka.

5. To develop skills and the character that supports
Tugas ayah yang kelima adalah untuk mengembangkan keterampilan dan karakter yang mendukung keterampilan tersebut. Anak-anak muda perlu dilatih dalam berbagai keterampilan. Dan tidak berhenti di situ. Saat keterampilan tidak didukung dengan karakter, maka akan timbul yang namanya kesombongan. Oleh sebab itu, selain mengembangkan keterampilan, maka ayah harus mendorong anak untuk mengembangkan karakter-karakter yang mendukungnya hal-hal itu.

lanjut ke Part 2
Husband as head and wife as heart of the home