Rabu, 30 November 2016

Eksperimen (lagi) Dengan Telur


Masih dalam rangka rasa penasaran kami terhadap telur, kali ini kami mencoba lagi membuat eksperimen telur dan cuka. Kali ini di air cuka diberikan tetesan pewarna makanan. Tujuan eksperimen kali ini adalah ingin mengetahui apakah yang terjadi pada telur yang direndam dilarutan cuka yang berwarna merah. Akankah telur menjadi merah?

Bahan-bahan yang diperlukan masih sama seperti eksperimen kemarin, yaitu
1. Telor ayam yang masih mentah, saya cari yang ukuran sedang. 
2. Cuka masak. 
3. Botol kaca, saya pakai botol bekas selai. 
4. Pewarna makanan.

Prosesnya pun masih sama seperti kemarin. Cuka yang ada dituang ke dalam botol dan berikan beberapa tetes pewarna makanan ke dalam botol tersebut. Biarkan cuka dan pewarna makanan larut. Setelah itu masukkanlah telur ke dalam botol tersebut. Kali ini kami tidak memfoto proses hari demi harinya, karena rasanya warnanya merah semua  =D Lalu, apakah hasilnya setelah direndam selama 2 x 24 jam?

Setelah 48 jam perendaman, kami keluarkan telur dari cuka tersebut. Kulitnya pun sudah tidak ada. Dan telurnya sudah bewarna merah. Kekenyalannya pun masih sama seperti saat eksperimen petama. Yang membedakan hanyalah warnanya. 

Bagaimana jika disinar dengan senter? Saat disinari dengan senter, warna merahnya terlihat seperti merah transparan. Dapat dibayangkan jika ada beberapa telur berwarna-warni pastinya cahayanya akan seperti pelangi. 

Kali ini kami tidak membelahnya secara langsung. Mengapa? Karena tidak seperti eksperimen pertama yang hanya berbau cuka, telur ini berbau cuka yang menyengat dan berbau busuk. Berarti memang telur ini sudah busuk dari awalnya tetapi tidak tercium karena tertutup kulit telur. Jadi kami tidak membelahnya secara langsung. Hanya saja saya mencoba untuk menusuk dengan tusuk gigi dan mencoba mencari tahu apakah si putih telur ini juga matang dan berwarna merah ataukah tetap putih. Ternyata telur sudah menjadi telur setengah matang dan bagian dalamnya tetap berwarna putih. Dengan kata lain, pewarna yang ada tidak membuat putih telur berubah warna.

Ok, rasa penasaran kami sudah terjawab. Dengan adanya pewarna makanan, hasil eksperimen tetaplah sama hanya saja bagian luarnya berubah warna, seperti pewarna makanan yang digunakan. Selesai sudah eksperimen kami dengan telur :)

Kamis, 24 November 2016

Tips Untuk Menyiasati Anak yang Aktif


Apakah ada yang merasa mempunyai anak yang tidak dapat diam? Rasanya di pantat anak itu ada pakunya sampai susah sekali disuruh duduk. Dan saat disuruh belajar si anak aktif satu ini punya seribu satu macam alasan untuk menjawab. Nah, si adik agak seperti ini jika dibandingkan dengan si kakak. Akibatnya, saya harus banyak memodifikasi cara mengajar saya saat berhadapan dengan adik. Bahkan jika dibandingkan saat saya menjadi guru les anak TK saat SMA, trik yang saya pakai dulu pun terkadang tidak dapat diterapkan ke adik. Lalu bagaimana cara menyiasati supaya anak aktif dapat mengikuti pembelajaran dengan baik? Berikut beberapa hal yang pernah saya coba berdasarkan pengalaman saya baik saat mengajar anak-anak atau menghadapi anak orang lain.

1. Perbanyak alat bantu saat mengajar. 
Prinsipnya adalah The more the merrier. Semakin banyak alat bantu untuk mengajar, semakin menarik untuk anak yang aktif. Seperti saat adik belajar matematika. Alat-alat yang ada untuk mengajar matematika benar-benar membantu saya saat mengajar adik. Setidaknya membuat dia diam sejenak.

2. Gunakan sesuatu yang disukai si kecil saat belajar.
Ok, point ini dapat menjadi siasat yang baik tetapi juga dapat menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Sebetulnya jika diamati, pasti ada waktunya anak yang aktif pun bisa anteng atau diam saat melakukan sesuatu. Misal, si kecil dapat tenang saat bermain blocks, atau dapat tenang saat bermain mobil-mobilan, atau dapat tenang saat bernyanyi, dan sebagainya. Mengapa? Karena hal-hal tersebut menarik dan menyenangkan bagi si kecil. Karena menarik dan menyenangkan, maka perhatiannya terpusat pada hal tersebut. Kita dapat menyiasati dengan membuat pembelajaran menarik. Salah satunya dengan menggunakan hal-hal yang dapat menarik perhatiannya. Mungkin bisa jadi setelah itu akan rebutan untuk memegang barang yang dia suka. Untuk menghindari drama seperti ini, buatlah kesepakatan di awal. Misalkan setelah belajar, dia boleh memegang alat yang kita pakai.

3. Selingi istirahat saat mengajar. 
Biasanya anak yang aktif tidak bisa fokus terhadap sesuatu dalam waktu yang lama. Dan memang anak kecil kecenderungannya hanya dapat fokus sebentar saja. Itulah sebabnya kalau kita melihat film anak-anak di luar, durasinya hanya 10 sampai 20 menit. Oleh sebab itu, saat mengajar, berikan break atau istirahat agar si kecil juga lebih mudah fokus dan mamanya juga bisa menarik napas sebentar. Berdasarkan kondisi kesibukan kami, maka biasanya ada break untuk mereka makan pagi dan saya memasak. Setelah break biasanya kondisi jadi sama-sama fresh bagi kami.

4. Jangan memberikan standard yang terlalu tinggi. 
Ini berlaku untuk mamanya. Jika sudah tahu anaknya aktif dan tidak betah lama-lama belajar, maka jangan membuat standard yang terlalu tinggi. Yang ada kita frustasi karena anak tidak bisa diam dan standard tidak tercapai. Misal kita tahu bahwa si kecil tidak betah duduk manis. Lalu kita set waktu belajar 1 jam. Bukan saja si kecil yang bertingkah ini itu, tapi kita sebagai pengajar pun bisa frustasi. Apalagi dalam waktu 1 jam tersebut, alat yang digunakan hanya satu atau dua macam. Akibatnya setelah mengajar, kita rasanya mau menangis bombay (lebay dikit).
Oleh sebab itu, kita boleh menentukan apa yang mau dicapai dalam setiap pembelajaran, tetapi taruhlah sewajar mungkin. Dulu sering sekali orang tua murid berpikir bahwa jika si kakak dulu bisa, harusnya adik pun bisa. Atau lebih parahnya anak tetangga bisa, masa anak kita tidak bisa. Ingatlah setiap anak berbeda-beda. Kalau di sekolah mungkin hasilnya orang tua seperti ini memaksa guru melakukan lebih untuk anaknya atau memberi anaknya berbagai les pelajaran setiap hari. Tetapi kalau homeschooling, gurunya ya kita sendiri =D

5. Berikan tugas yang bisa memancing kepercayaan diri mereka.
Saya sering memberi tugas yang sebelumnya sudah dipelajari kepada anak-anak, dari buku anak-anak sendiri. Tujuannya adalah melatih mereka terhadap soal yang ada, melihat kemampuan mereka dan juga membuat mereka merasa ternyata mereka dapat melakukannya. Saat mereka dapat melakukannya, saya biasanya menunjukkan bahwa ternyata tugas yang mereka kerjakan tidak sesusah yang mereka pikir. Hasil dari aktivitas ini adalah mereka menjadi lebih percaya diri dan membuat mereka jadi tertarik untuk belajar lagi. Dan dibanding memberikan pelajaran atau tugas sampai mereka tidak mampu, saya lebih suka menyudahi pembelajaran di saat mereka lagi 'peak' (dan sesuai dengan lesson plan yang sudah dibuat). Tujuannya supaya besoknya mereka jadi penasaran dan pengen belajar lagi. Dan, terkadang berhasil loh :)

6. Tentukan aturan main dan pastikan anak tahu konsekuensinya. 
Sama seperti proses pendisiplinan, aturan main dan konsekuensi jika melanggar saat belajar pun harus disampaikan di awal. Dan mereka harus tahu siapa yang mempunyai otoritas saat belajar. Ada waktunya bagi mereka berbicara, dan ada waktunya bagi saya berbicara. Tentunya hal ini berguna bagi kita dan juga si anak. Dan jangan takut, penetapan aturan main saat belajar tidak mengurangi kreatifitas anak ataupun kepintaran anak =D

7. Berikan aktivitas yang dapat dilakukan untuk membuang energinya.
Anak yang aktif biasanya mempunyai energi berlebih yang harus disalurkan. Oleh sebab itu, berikan aktivitas yang membuat dia membuang energi. Jika punya taman di dekat rumah, biar dia bermain-main dahulu dan membuang tenaga. Atau masukkan si kecil ke les yang berhubungan dengan motorik kasar. Atau bisa juga dimasukkan aktivitas fisik saat mengajar, seperti melompat sambil menghitung ataupun bernyanyi dengan gaya saat belajar phonics.

8. Perhatikan makanannya.
Faktor yang kesannya sepele, tetapi penting bagi saya. Ada anak yang akan menjadi lebih aktif jika bertemu gula atau kafein. Maka hindarilah makanan yang terlalu manis sebelum belajar. Berikan anak makanan yang secukupnya dan bergizi sehingga si kecil punya cukup energi untuk belajar.

Terlepas semua tips diatas, tidak ada jaminan bahwa si aktif ini dapat langsung 'dijinakkan' dengan cara ini atau itu. Faktor kesiapan dan kedewasaan juga berlaku terhadap anak yang aktif. Jadi, jika semua usaha sudah dicoba dan belum begitu efektif, mungkin kita perlu menunggu kesiapan umurnya dan sambil berdoa semoga dia segera siap. 

Jumat, 18 November 2016

Mengenalkan Tumbuhan pada Anak-Anak

Eksperimen dengan kacang merah. Lebih lama dibanding dengan kacang hijau.
Daunnya pun lebih kasar dibanding daun kacang hijau.
Dua bulan lalu, kakak baru saja membahas tentang tumbuh-tumbuhan. Apa saja sih yang dipelajari anak kelas satu SD mengenai tumbuh-tumbuhan? Namanya juga masih pengenalan, jadi pengenalannya pun sederhana stekali. Di materi pelajaran kakak, anak-anak belajar mengenai bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya. Sebetulnya hal ini sudah didapatkannya saat membaca 4000 words book, tetapi kali ini anak-anak melihat sendiri setiap bagian tumbuhan dengan cara yang sederhana.

Ada dua eksperimen yang kami lakukan. Yang pertama adalah eksperimen dengan kacang hijau dan yang kedua adalah eksperimen dengan seledri yang sudah hampir layu.

1. Kacang Hijau
Tujuan dari eksperimen ini adalah mengenalkan anak dengan bagian-bagian tumbuhan. Saya rasa waktu kita SD eksperimen ini sudah sering dilakukan, tetapi seingat saya, saya melakukan eksperimen ini saat saya kelas tiga atau empat.

Bahan-bahan yang diperlukan:
- Kacang hijau kering sebanyak 15 butir.
- Wadah transparan (saya menggunakan gelas air mineral) sebanyak 2
- Kapas secukupnya

Caranya adalah sebagai berikut.
- Rendam 15 butir kacang hijau kering tersebut semalaman.
- Keesokan harinya, letakkan kapas hingga menutupi alas gelas. Lakukan di kedua wadah.
- Isi wadah pertama dengan air hingga kapas terendam. Dan isi wadah yang kedua dengan sedikit air, yang penting kapas basah saja. Beri tanda ya supaya tidak tertukar.
- Tiriskan kacang hijau yang sudah direndam semalaman. Tanyakan kepada anak apakah ada perbedaan antara kacang hijau yang belum direndam dan yang sudah direndam.
- Letakkan 5 butir kacang hijau di setiap wadah. Tentunya masih sisa 5 kan? Nah, yang 5 ini saya letakkan di piring kecil yang tidak diberi apa-apa.
- Berilah air di wadah (yang satu asal basah dan yang satu sampai terendam) setiap hari.
- Lakukan pengamatan selama beberapa hari.

Kami mengamati selama beberapa hari dan anak-anak dengan semangat mengisi air di gelas tersebut, tentunya diiringi dengan kepanikan mamanya (adik mau mengisi air langsung dari keran). Yah, namanya juga proses. Apa saja yang terjadi?

Kacang hijau yang diletakkan di piring dalam hitungan 30 menit sudah menciut dan ukurannya menjadi sama dengan kacang hijau yang tidak direndam air. Sedangkan kacang hijau yang diletakkan di dalam wadah ukurannya tetap sama.
Atas: day 0, sebelah kiri adalah yang air sedikit dan sebelah kanan yang airnya banyak.
Bawah: day 1, sebelah kiri baru keluar sedikit, sebelah kanan sudah agak tinggi.
Kacang hijau yang diletakkan dalam wadah yang kapasnya terendam air lebih cepat bertumbuh dibanding kacang hijau yang diletakkan dalam wadah yang kapasnya hanya basah biasa saja.
Atas: day 2, yang diberi air sedikit baru mulai bertumbuh.
Bawah: day 3, yang diberi air lebih banyak tumbuh hampir 2 kali dari yang diberi air sedikit.
Pada hari keempat, kami memindahkan gelas-gelas ini ke tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Tujuannya untuk mengetahui apakah mereka akan bertumbuh sesuai arah yang seharusnya ataukah akan mencari sinar matahari. Dalam satu jam saja, arah tanaman yang awalnya ke kiri menjadi agak ke tengah. Tentu saja anak-anak norak dan mereka dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa tanamannya mau Mr.Sun =))
Atas: day 4, tanaman sudah mulai tinggi.
Bawah kiri: day 5, saat tanaman diletakkan ke sisi yang tidak ada cahaya.
Bawah kanan: day 5, dalam 1 jam, arah tanaman menjadi lurus.
Atas: day 5, dalam 2 jam tanaman sudah ke arah kanan.
Bawah: day 6, tanaman sudah memanjang menuju cahaya matahari
Kami mencoba menyimpulkan eksperimen kami, dan saat mengamati hari demi hari, tiba-tiba saya mendapat pencerahan dari eksperimen ini. Kami mencoba membahasnya dengan bahasa yang mudah bagi anak-anak.
1. Untuk membuat tanaman ini bertumbuh, diperlukan 'makanan' yaitu air. Demikian juga saat kita ingin roh kita bertumbuh, diperlukan 'makanan rohani' yaitu firman Tuhan. Makanan ini akan membuat kita bertumbuh semakin baik.
2. Fungsi akar adalah untuk mencari 'makanan'. Saat kami melihat bagian bawahnya, akarnya panjang dan melingkar (karena wadahnya). Dan untuk mencabut tanaman ini tentu saja susah, karena akarnya begitu kuat. Saat kami mencoba mencabut, yang ada kapas yang basah tersebut ikut terangkat. Demikian juga kita, jika 'akar' kita begitu dalam, maka kita tidak akan mudah tercabut dari sumber makanan tersebut.
3. Fungsi batang adalah mengalirkan air menuju daun dan daun akan 'memasak' air tersebut.
4. Karena daun akan memasak makanan, sama seperti kita memasak makanan di kompor yang ada apinya (panas), maka daun butuh panas. Dari mana panas tersebut didapatkan? Dari cahaya matahari.
5. Karena daun membutuhkan cahaya matahari, maka saat diletakkan ke arah yang tidak ada cahaya matahari, daun akan bertumbuh menuju tempat yang ada cahaya matahari. Demikian juga kita, dimanapun kita berada, kita seharusnya bertumbuh menuju 'terang', bukan menuju kegelapan.

2. Eksperimen dengan seledri layu
Eksperimen selanjutnya yang kami lakukan adalah dengan seledri yang dibeli di pasar dalam keadaan layu. Kami akan mengamati apakah yang terjadi jika seledri layu ini diberi air.
Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Seledri layu yang sudah dipotong bagian akarnya.
2. Wadah berisi air.

Untuk menambah keseruan, airnya kami beri pewarna makanan sedikit. Caranya hanyalah dengan meletakkan seledri layu tersebut ke dalam air. Dan dalam waktu sekitar 30 menit, seledri yang tadinya layu, warna hijaunya tidak segar menjadi tegak dan segar.
Kiri: Seledri yang layu. Kanan: seledri yang berdiri tegak dan daunnya segar.
Kesimpulan yang kami dapatkan adalah batang berfungsi mengalirkan makanan ke seluruh bagian tubuh. Saat bagian tubuh yang layu ini mendapatkan makanan, maka semuanya akan segar. Aplikasi rohani yang kami dapatkan adalah saat kita merasa layu, segeralah datang ke 'air yang hidup' maka kita akan disegarkan kembali.

Saya tidak menyangka kegiatan sederhana seperti ini malah memberkati kami yang dewasa. Kami dapat mengajarkan kepada anak-anak bagaimana aplikasi rohani yang dapat diterapkan oleh mereka. Walaupun mereka masih kecil, tetapi tidak ada yang percuma saat kebenaran tersebut dinyatakan. Tentunya namanya juga anak-anak, kadang ingat dan kadang lupa. Tetapi dengan melihat langsung percobaan ini, akan lebih mudah mengingatkan mereka.

Dan ternyata yang semangat saat kami melakukan eksperimen bukan hanya kami loh, tetapi oma dan opa. Oma sampai berkata kita tidak usah beli toge, buat sendiri saja =)) Sedangkan opa yang demen berkebun berkata tanam saja di luar, di sisi yang ada temboknya biar merambat. Alhasil kacang merahnya dipindahkan keluar dan ditanam di tanah =D

Senin, 07 November 2016

Gluten Free Banana Cake


Pembuatan kue ini awalnya karena terjadi kesalahan stock tepung beras di rumah. Waktu itu, setiap bulan puasa saya membuat bubur sumsum dan biji salak untuk dibawa saat acara buka puasa bersama dengan keluarga saya (Ya, keluarga kami cukup dapat mewakili prinsip bhineka tunggal ika di Indonesia). Tiba-tiba opa semangat membeli tepung beras sebanyak 2kg. Jreng-jreng. . . . Mau diapakan ya? Si papa tidak pernah membuat kue dari tepung beras. Akhirnya saya googling, mencari kue yang dapat dibuat dengan tepung beras. 

Tidak banyak orang yang tahu kalau tepung beras merupakan salah satu pengganti tepung terigu bagi orang-orang yang alergi gluten. Saya pun mencoba membuat kue ini dan ternyata disukai anak-anak dan oma opa. Walau kami tidak ada yang alergi gluten, namun tidak ada salahnya membuat kue yang sehat ini. Selain gluten free, kue ini tidak menggunakan ragi, atau pengembang lainnya. 

Kue ini sering sekali kami buat karena termasuk kesukaan anak-anak. Minggu lalu, adik bilang mau buat banana Cake lagi. Pas kebetulan ada pisang ambon yang sudah sangat matang. Kami pun membuat  kembali. 

Bahan:
150 gr tepung beras, ayak terlebih dahulu
100 gr gula jawa
20 gr gula pasir
75 ml minyak goreng
3 butir telur ayam
2 buah (200 gr) pisang matang, haluskan dengan blender (kalau malas, pake alat penghalus kentang)
1/4 sdt vanili bubuk
sedikit garam

Cara Membuat
1. Panaskan dandang terlebih dahulu dengan tutup dibungkus pake kain serbet.
2. Kocok telur, gula, garam dan vanili hingga lembut dan mengembang.
3. Masukkan tepung beras sedikit demi sedikit bergantian dengan minyak goreng dan pisang. Aduk rata dengan spatula.
4. Lakukan sampai semua habis dan tercampur rata.
5. Tuang ke dalam cetakan yang sudah dioles margarin.(bisa juga dengan menggunakan kertas minyak untuk melapisi) 
6. Kukus sampai matang. 

Kali ini kakak yang memegang mixer, sementara saya mengawasi dia. Lumayan lama juga kakak memegang mixer tersebut, latihan supaya terbiasa. Biasanya saya mengukus sekitar 30 menit dan setelah itu mencoba menusuk kue tersebut dengan tusuk gigi. Jika tidak ada yang menempel pada tusuk gigi, berarti matang.

Tips membuat kue ini adalah carilah pisang yang sudah matang sekali sehingga wangi pisang lebih keluar. Yang kami suka adalah rasa gula jawa yang bercampur dengan pisang, hmmm. . . .enak sekali loh. Kalau punya loyang persegi sebetulnya lebih bagus lagi penampilannya. Sayangnya loyang persegi saya tidak muat ke dalam kukusan. 

Selamat mencoba, moms;)

Jumat, 04 November 2016

Trick or Treat?

Pumpkin carve. Sumber foto: livescience.com
Dimulai dari laporan kakak kemarin sore kalau mulai Jumat kemarin Doc Mc Stuffin akan agak seram karena sudah mau Halloween. "Ih, seram tuh!" Kata kakak. Lalu saya iseng bertanya jadi dia mau nonton apa. Memang anak-anak di rumah tahu kalau kami tidak merayakan Halloween ataupun menonton film yang horror. Kakak pun berkata dia mau menonton film tentang pet atau hewan peliharaan saja, kan tidak ada halloweennya. Adik pun menambahkan menonton Barney saja deh. Saya tertawa sambil menunggu pertanyaan mereka selanjutnya. Dan betul saja, mereka bertanya Halloween itu apa sih. Saya mencoba menjawab mereka dengan bahasa yang sederhana, yaitu Halloween merayakan tentang kematian dan roh-roh. Tetapi pertanyaan ini menggelitik saya dan membuat saya ingin mencari tahu lebih lagi tentang Halloween.

Menurut saya, terlepas kita termasuk golongan yang menolak Halloween, menerima Halloween ataupun netral di antaranya, sebagai orang tua kita harus tahu asal-usul mengenai Halloween. Tanpa mengetahui latar belakangnya, seringkali kita akan merasa si A terlalu ekstrim atau si B terlalu bebas. Tetapi dengan mengetahuinya, maka kita pun menjadi lebih bijak dan lebih obyektif dalam segala hal (puitis bener deh bahasanya).

Asal Usul Halloween
Berdasarkan hasil googling, hampir semua orang berkata bahwa perayaan Halloween berasal dari festival yang dirayakan oleh orang Celtic (penduduk Eropa Tengah seperti Irlandia, Scotlandia, British) zaman kuno di abad ke 5 SM. Festival ini bertujuan untuk perayaan akhir tahun musim panen, atau disebut dengan Tahun Baru. Pada masa itu, orang Celtic menganut Paganisme, yaitu kepercayaan yang menyembah dewa-dewa, menggunakan kesempatan ini untuk melakukan festival dengan menyembelih hewan ternak serta menimbun makanan untuk musim dingin.

Orang Gael (orang Irlandia kuno, bagian dari orang Celtic) merayakan perayaan ini juga sebagai hari dimana pembatas antara dunia orang hidup dan orang mati terbuka. Orang mati akan membawa sakit penyakit dan merusak hasil panen yang tentu saja akan membahayakan orang yang hidup (hasil panen rusak berarti mereka tidak akan ada makanan selama musim dingin dan sakit akan membuat mereka juga meninggal). Oleh sebab itu, orang Gael akan membuat api unggun untuk mengusir roh jahat dan membakar tulang-tulang hewan yang mereka potong dan memakai kostum seram agar tidak diganggu oleh orang-orang mati disaat perayaan ini. Perayaan setiap tanggal 31 Oktober ini disebut juga festival Samhain. Festival ini terus berlanjut dan pada abad ke 1 M, orang Romawi mengadopsi festival ini dan juga merayakannya. 

Pada abad ke 7 M, Paus Bonifasius IV menetapkan tanggal 1 November sebagai hari perayaan semua orang kudus untuk menghormati para martir. Perayaan ini bertujuan untuk menghormati mereka yang sudah meninggal dan yang dinyatakan sebagai santo ataupun santa. Pada abad 11 M, ditetapkan bahwa tanggal 2 November adalah hari perayaan semua jiwa umat beriman yang telah meninggal dunia. Sejak saat itu umat Katolik, dan juga gereja Anglican di Inggris, merayakan dua hari tersebut dengan pergi ke pemakaman untuk menyalakan lilin bagi kerabat mereka yang telah meninggal. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ini adalah cara untuk merubah tradisi paganisme yang dilakukan orang Celtic, perayaan akhir musim panen dan perayaan orang meninggal, dan mengarahkan menjadi lebih positif.

Di abad ke 18 orang-orang mulai mengenal istilah Halloween, all hallow eve atau Hallowe'en, yang berarti all hallow evening yang artinya malam hari kudus, yang bertujuan menyambut tanggal 1 November (all saints day) dan 2 November (all soul day). Di malam ini secara tidak resmi mereka mengenang kenyataan tentang kematian. Walaupun perayaan Halloween mulai bergeser dari festival Samhain, tetapi prakteknya pada masyarakat adalah mereka lebih merayakan Halloween dengan cara seperti pada abad ke 5 SM, masa all saints day dan all soul day belum ditetapkan.

Pada tahun 1846, saat orang Irlandia ini bermigrasi ke Amerika Serikat, tradisi ini dibawa oleh mereka dan akhirnya menjadi bagian kebudayaan orang Amerika Serikat. Sekarang Halloween dirayakan di berbagai negara dan lebih dikenal dengan nilai bisnisnya (kostum, makanan, dekorasi yang banyak dijual).

Makna Kostum Seram
Seperti dikatakan di atas bahwa selama Samhain, pembatas antara dunia orang hidup dan orang mati terbuka, maka roh-roh dari orang yang sudah meninggal dapat berada di tengah manusia. Roh ini dapat mengganggu orang-orang yang hidup, bahkan membawa roh si orang yang hidup. Oleh sebab itu dimulailah penggunaan kostum yang menyeramkan agar roh yang datang menganggap si pengguna kostum adalah temannya dan tidak mengganggu si pengguna kostum.  
Kostum tukang sihir, kostum favorit saat Halloween.
Sumber foto: hallowencostumeforall.itsthebuzz.com 
Pumpkin dan Jack o Lantern
Halloween identik dengan pumpkin. Bahkan sebagian orang mengatakan Halloween bukanlah Halloween jika tidak ada pumpkin yang dihias. Simbol Halloween yang diketahui secara universal adalah pumpkin yang diukir membentuk wajah menyeramkan, yang biasanya disebut dengan Jack-o'-lantern. Di dalam Jack-o'-lantern tersebut biasanya diletakkan lilin yang menyala atau lampu agar terlihat lebih seram jika di tempat gelap. Tetapi tidak banyak orang yang mengetahui sejarah dari Jack-o'-lantern. 

Kisah ini dimulai dari seorang petani yang gemar mabuk yang bernama Jack. Suatu ketika, dalam keadaan mabuk ia berniat menipu setan namun apa daya senjata makan tuan. Singkat cerita, saat Jack meninggal, ia ditolak untuk masuk ke neraka ataupun ke surga. Jack hanya dapat berkeliaran di alam kegelapan, di sekitar wilayah api penyucian. Jack membuat lentera dari lobak dengan api yang didapatkan dari batu bara yang dilemparkan iblis dari neraka. Jack menggunakan lentera lobak ini untuk memandu jiwanya. Oleh sebab itu ia disebut Jack of the Lantern, yang disingkat Jack-o'-Lantern. 

Sejak saat itu, bangsa Celtic membuat ukiran lobak, mengisinya dengan lilin, dan ditemparkan di luar rumah setiap tanggal 31 Oktober. Tujuannya adalah untuk membantu arwah-arwah yang tersesat di malam itu untuk kembali pulang. Selain itu lobak diukir menyeramkan juga untuk menakut-nakuti roh-roh agar segera pergi dari rumah tersebut. Ada yang beranggapan bahwa Jack mencari anak-anak untuk menemaninya. Sehingga saat senja, setiap rumah akan menaruh lobak yang berisi cahaya agar Jack tidak mencari anak di rumah tersebut.

Ketika kelaparan melanda Irlandia tahun 1846, banyak orang yang mengungsi ke Amerika. Tradisi Halloween tetap mereka bawa ke benua baru ini. Karena lobak sulit didapat di Amerika, maka mereka menggunakan pumpkin sebagai pengganti. Siapa sangka, pumpkin menjadi lebih populer dibanding lobak saat ini. Mungkin karena warnanya yang menarik dibanding lobak.

Trick or Treat dan permen
Di masa dahulu, saat festival Samhain, roh-roh yang datang menyamar menjadi pengemis ataupun muncul dalam rupa yang tidak sedap dipandang. Mereka akan mengetok rumah dan meminta uang ataupun makanan. Jika mereka pergi dari rumah tersebut dengan tangan kosong, maka si pemilik rumah beresiko mendapatkan kutukan atau dihantui oleh roh jahat.  

Di masa sekarang, tradisi tersebut muncul dalam bentuk kunjungan anak-anak ke rumah orang-orang di lingkungan mereka. Mereka akan berkata trick or treat yang maksudnya adalah meminta permen dan snack yang ada saat Halloween. Jika pemilik rumah memilih treat, maka mereka akan mendapatkan goodies. Terkadang mereka diminta untuk menyanyikan lagu 'soul cakes'  sebelum mendapatkan goodies. Tetapi jika pemilik rumah tidak memberikan, maka rumah atau pekarangan si pemilik rumah akan diberi 'peninggalan' seperti kaca jendela yang diberi air sabun ataupun trick lainnya. Konon katanya dahulu permen itu digunakan untuk menenangkan roh yang datang tersebut. Ternyata permen bukan hanya disukai oleh anak-anak, tetapi juga oleh roh-roh. 

Warna Hitam dan Orange
Ciri khas lainnya dari Halloween adalah dekorasi dengan dominasi warna orange dan hitam. Orange melambangkan akhir dari musim panen (saat musim gugur rata-rata daun berwarna orange), sedangkan hitam melambangkan kematian. 

Perkembangan Halloween di Indonesia
Halloween awalnya sangat terkenal di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Belakangan Halloween juga mulai masuk ke negara-negara di Asia, walau tidak dalam bentuk anak-anak yang datang ke rumah-rumah. Halloween akan dirayakan di mall ataupun di kawasan tertentu. Mereka merayakan dengan menggunakan kostum-kostum seram. Bahkan di Jepang, kostum seram ini disesuaikan dengan hantu Jepang, karena drakula dan vampir kurang terkenal di Jepang mungkin.

Bagaimana dengan di Indonesia? Kurang lebih sama seperti di negara Asia lainnya. Halloween dirayakan di mall, ataupun mungkin komunitas tertentu merayakan di function hall. Kami pernah melihat sekumpulan orang-orang menyewa suatu restoran dan menggunakan kostum aneh-aneh. Dan beberapa waktu lalu, saya membaca salah satu artis yang menikah dengan anak konglomerat Indonesia pun menghias rumahnya dengan dekorasi orange hitam ala Halloween dan mengadakan perayaan dengan teman-temannya. Dengan kata lain, perayaan Halloween di Indonesia lebih sekedar latah dibanding mengerti arti dari Halloween tersebut.

Pandangan Kami terhadap Halloween
Ok, bagian ini masuk ke sisi yang lebih subyektif. Hal ini bukan untuk diperdebatkan karena setiap keluarga mempunyai nilai dan pakem masing-masing. Bagi keluarga kami, kami tidak merayakan Halloween karena asal usulnya. We celebrate the living, not the death. Mengenang keluarga yang sudah meninggal, martir-martir pun boleh, karena dengan mengenang dan menghormati mereka kita pun diingatkan kembali akan perjalanan iman mereka, tetapi bukan dengan kostum yang seram ataupun dekorasi yang menyeramkan.

Beberapa teman saya yang Katolik pun merayakan all saints day dan all soul day tanpa menggunakan kostum aneh-aneh. Sedangkan beberapa teman yang lain merayakan tanggal 31 Oktober sebagai hari reformasi gereja, hari dimana Martin Luther memakukan protesnya yang terkenal sebagai 95 Dalil. Tetapi mereka juga tidak merayakan dengan kostum aneh-aneh. 
Ilustrasi Martin Luther saat memakukan protesnya.
Terlepas dari boleh atau tidak boleh, kita dapat juga menggunakan pilihan berguna atau tidak bagi anak-anak kita. Walau ada yang berkata kan cuma pakai kostum, lucu-lucuan aja. Tetapi menurut kami membiasakan anak memakai kostum seram hanya akan membiasakan si anak berhubungan dengan yang seram-seram tersebut.

Lalu boleh tidak pakai kostum? Boleh saja kok, apalagi di bulan Oktober ini juga dirayakan hari PBB. Nah, bukankah ini lebih seru, menggunakan kostum yang mewakili persatuan? Sedangkan di luar negeri, bagi keluarga yang tidak merayakan Halloween, mereka juga merayakan costume festival bagi anak kecil, dengan kostum yang lucu-lucu. Buat saya lebih baik sih daripada kostum yang seram-seram. 

Sekali lagi, ini adalah opini pribadi, yang berarti masing-masing orang dapat berbeda :)