Selasa, 28 Februari 2017

Science: Mengenal Serangga Lebih Dekat


Di komunitas homeschool kami, CCHC, setiap bulannya diadakan pertemuan mom n kids. Di pertemuan ini, kami membahas tema-tema yang berbeda dan mengkorelasikannya dengan karakter yang dapat dipelajari oleh kami. Bulan Januari kemarin, kami mengambil tema serangga. Tema serangga ini digabung dengan tema karakter wisdom atau hikmat. Nantinya setiap anak akan mencoba mempresentasikan serangga yang mereka coba amati, baik secara langsung ataupun melalui mbah google.

Serangga adalah binatang yang paling banyak kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dari yang bentuknya menarik dan yang kurang menarik. Ternyata serangga sangat penting dalam kehidupan kita. Ada serangga memberikan kita madu, ada serangga yang memberikan kita sutra untuk dibuat pakaian, ada serangga yang menjadi makanan bagi binatang lainnya, dan sebagainya. Ada juga sih yang membuat rumah menjadi kotor dan menggigit kita. Hehehe

Serangga sering disebut insecta, dari bahasa latin insectum, yang artinya terpotong menjadi beberapa. Dalam pelajaran biologi dulu, serangga termasuk salah satu kelas vertebrata di filum arthropoda (hewan berbuku-buku). Apa saja sih ciri-ciri serangga? 
- Tubuh serangga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Untuk bahasa yang sederhana bagi anak-anak, thorax adalah dada, abdomen adalah perut. 
- Serangga, saat dewasa, mempunyai 3 pasang kaki yang pangkalnya menyatu. Dengan kata lain, ada 6 kaki. Itulah sebabnya laba-laba bukan serangga, karena laba-laba mempunyai 8 kaki. Bagaimana dengan ulat? Ulat adalah serangga yang belum bermetamorfosis. Saat sudah bermetamorfosis, maka ulat berubah dan kakinya hanya 6.
- Serangga mempunyai mata majemuk (mata faset) dan sepasang antena.
- Sebagian serangga mempunyai sayap, dan sebagian lagi tidak mempunyai sayap.
- Ukuran serangga kecil, tetapi daya adaptasinya sangat besar.
- Setiap serangga mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah proses perubahan bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi. Metamorfosis pada serangga ada dua bentuk, yaitu metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Pada metamorfosis sempurna, tahapan yang akan dilalui adalah telur, larva, pupa, imago. Pada metamorfosis tidak sempurna, tahapan yang akan dilalui adalah telur, nimfa, imago. Dengan kata lain, perbedaan yang paling terlihat adalah tahap pembentukan kepompong atau pupa yang hanya ada pada metamorfosis sempurna. 

Penjelasan mengenai serangga ini dilakukan di rumah, dengan bahasa yang sangat sederhana. Dan karena serangga sering ditemukan oleh anak-anak, mereka bersemangat untuk mempelajarinya lebih lagi. Seiring dengan materi serangga ini, kami melakukan observasi bersama tentang wisdom atau hikmat dari beberapa serangga yang pernah kami bahas di pelajaran science kakak. Seperti semut yang rajin, kupu-kupu yang bertekad, dan sebagainya.

Saat harus memilih serangga yang akan mereka presentasikan, anak-anak ingin memilih kupu-kupu. Tetapi karena K sudah memilihnya, maka mama kakak memilih ladybug atau kumbang koksi dan adik memilih moth atau ngengat. Semangatnya sih sudah dari seminggu sebelumnya, tetapi karena kesibukan kami, maka kami baru mulai mengamatinya 2 hari sebelum pertemuan. Apa saja yang kami dapatkan?

Ladybird, atau sebagian orang di Amerika menyebutnya ladybug, sering dikenal sebagai kumbang koksi di Indonesia. Beberapa orang menyebutnya kepik, tetapi sebetulnya ladybug termasuk keluarga kumbang. Kumbang koksi, dengan nama latin coccinellidae, merupakan kumbang berukuran yang kecil, sekitar 0.8 sampai 18 mm atau kurang dari 2 cm. Kumbang koksi terlihat cantik dengan warnanya yang berwarna-warni seperti kuning, oranye, merah dan spot hitam yang tersebar di sayapnya menambah kecantikan hewan ini. Walaupun demikian, beberapa koksi ada yang tidak mempunyai spot hitam atau spotless, dan beberapa koksi berwarna putih. Jumlah spot hitam pun bervariasi, ada yang 7, 9, dan 12. Kumbang koksi mempunyai dua pasang sayap. Yang pertama sayap warna-warni dengan spot hitam yang disebut elytra. Elytra ini tidak dapat dikepakkan, hanya dapat dibentangkan. Sedang sepasang sayap yang lainnya yang dapat dikepakkan, sehingga koksi dapat terbang.  
Ladybug yang diberi nama Mary oleh kakak.
Sebagian ladybug termasuk hewan karnivora. Mereka memakan kutu tanaman seperti afid. Oleh sebab itu ladybug disukai petani karena membantu petani menyingkirkan kutu tanaman. Tetapi sebagian lagi adalah herbivora, mereka memakan daun-daunan. Ladybug terkenal sebagai hewan yang mengeluarkan cairan kuning jika mereka dalam bahaya. 
Berbagai macam ladybug dan catatan kakak tentang makanan ladybug
Kumbang koksi mengalami metamorfosis sempurna, yang artinya mereka mengalami tahapan pupa atau kepompong. Koksi termasuk hewan ovipar, yaitu hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur. Apa yang dapat dipelajari dari ladybug? Kakak menyimpulkan bahwa ladybug adalah hewan yang baik hati karena ladybug membantu petani menyingkirkan kutu tanaman.  
Siklus metamorfosis dari ladybug.
Serangga berikutnya yang akan dipresentasikan oleh adik adalah moth atau ngengat. Ngengat merupakan sepupu dari kupu-kupu. Mereka sama-sama berordo lepidoptera. Apa saja perbedaan kupu-kupu dan ngengat? 
1. Kupu-kupu berwarna lebih menarik. Warna ngengat lebih monoton, biasanya coklat muda. 
2. Antena ngengat lebih tebal daripada kupu-kupu. 
3. Ngengat hanya keluar di malam hari, sedang kupu-kupu di siang hari. 
Ngengat dan angka 6 yang berarti kakinya ngenat ada 6.
Kuda pony yang diberi temannya langsung ditempel.
Apakah makanan ngengat? Sebagian besar ngengat makan nektar dari bunga. Tetapi sebagian ngengat tidak makan apapun sampai mereka mati. Tujuan ngengat yang ini hanyalah bereproduksi. 
Bulan sebagai tanda ngengat keluar di malam hari.
Bunga sebagai pengingat bahwa makanan ngengat adalah nektar.
Ngengat berkembang biak dengan cara bertelur dan mengalami metamorfosis sempurna. Apa yang dapat dipelajari oleh adik dari ngengat? Tekad atau determination. Saat ngengat memasuki tahap kepompong pasti tidak enak terus menerus berada di dalam kepompong. Tetapi mereka harus bertahan dan keluar dengan sendirinya untuk menjadi ngengat. 
Telur yang berarti ngengat adalah hewan ovipar dan siklus metamorfosis ngengat.
Untuk memperlengkapi presentasi, Duo Lynns membawa tas mereka yang bermotif ladybug dan kupu-kupu beserta replika ladybug dan ngengat yang pernah mereka buat. Kok kupu-kupu? Karena masih mirip dengan ngengat (daripada ada drama saat presentasi). Bagi kakak, bercerita mengenai ladybug sangat menarik. Saya hanya mencari gambar yang berhubungan dan kakak tinggal merangkai sendiri menjadi suatu cerita tanpa harus diberi petunjuk. Sedangkan untuk adik, harus dibuat outline dengan petunjuk gambar-gambar yang sederhana yang memudahkan adik bercerita.

Yang kami senang dari pertemuan bulanan ini adalah anak-anak belajar bukan hanya serangganya, tetapi mereka belajar untuk mengenal karakter apa yang dapat mereka pelajari dari serangga-serangga ini. Diawali dengan ayat hapalan, kemudian presentasi mengenai serangga, dan diakhiri dengan membuat aktivitas Timothy's scroll. Tentunya seru melihat anak-anak mencoba mempresentasikan materi mereka. Bagi saya, anak-anak mau maju sudah termasuk bagus loh.
Isi dari scroll hari ini. 
Saat pulang, anak-anak tidak sabar untuk acara bulan depan. Duo Lynns sibuk bertanya tanggal berapa dan apa temanya. Sabar ya sayang ;)
Keceriaan anak-anak setelah membuat Timothy's scroll :)

Jumat, 17 Februari 2017

Playdate di Kidzoona MAG



Ingat postingan saya yang lalu tentang milikilah komunitas? Nah, kali ini kami anggota komunitas yang tinggal di area Kelapa Gading dan sekitarnya berkumpul dan mengadakan playdate. Dapat dikatakan ini adalah playdate pertama kami, karena jadwal kami sibuk sekali. Setelah janjian untuk playdate, yang direncanakan jauh-jauh hari, akhirnya kami dapat berkumpul. 

Apa sih playdate? Playdate, biasanya orang luar yang menggunakan istilah ini, berarti kegiatan bermain bersama yang dilakukan oleh anak-anak kecil. Kalau bahasa kita namanya main bareng. Mungkin bagi kita yang lahir sebelum tahun 2000, kesannya kita seperti orang prasejarah nih, kegiatan main bersama teman adalah hal yang biasa. Tetapi bagi anak zaman sekarang, main bareng itu merupakan kegiatan yang sangat berharga. Mengapa? Anak sekarang sekolahnya sampai siang atau bahkan sore, ditambah lagi jadwal les ini itu, jangankan mau main bersama teman-temannya, ketemu orang tua saja hanya beberapa jam dalam sehari. Apalagi di era serba gadget ini, terkadang playdate mereka hanya diisi kegiatan berkumpul dimana tiap-tiap anak sibuk dengan gadget masing-masing. Kebayang dong betapa berharganya playdate bagi anak-anak.

Menurut saya, playdate sangat bermanfaat bagi anak-anak. Dengan bermain bersama teman, mereka belajar untuk berinteraksi dengan yang lainnya. Di saat berinteraksi ini, si kecil dapat mengembangkan imajinasi mereka bersama-sama, belajar berbagi dan mendengarkan temannya, melakukan aktivitas yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan bersama dengan teman mereka, dan sebagainya. Terlebih lagi untuk homeschooler, playdate merupakan hal yang penting. Selain anak dapat bersosialisasi, mama-mamanya dapat saling sharing tentang apa yang mereka alami saat mengajar anak-anak, dapat saling menguatkan juga. 
Bermain peran bersama teman tentunya lebih seru:)
Playdate bisa saja dilakukan di dalam ruangan, di luar ruangan, di rumah salah satu teman, atau di tempat lain. Intinya, asalkan tempatnya menyenangkan dan waktunya pas, playdate dapat dilakukan di mana saja. Nah, kali ini kami memutuskan untuk playdate ke Kidzoona MAG. Sebelumnya kami pernah dua kali main di Kidzoona. Yang pertama kami bermain di Kidzoona Aeon Mall bersama sahabat papa dan keluarganya, dari Surabaya, yang sedang berlibur di Jakarta. Yang kedua, kami bermain di Kidzoona Puri bersama komunitas homeschool kami.

Kidzoona, tempat bermain indoor pertama yang dibuat oleh PT Aeon Fantasy Indonesia, dibuka pertama kali pada April 2015 di Pluit Village. Karena PT Aeon Fantasy merupakan Japan-based company, maka secara kualitas mainan dan kebersihan tempat ini sangat bagus. Tetapi lokasi Kidzoona terlalu jauh dari kami. Saat kami mengetahui Kidzoona akan dibuka di Mall Artha Gading, kami semangat sekali untuk playdate dengan keluarga homeschool di daerah Kelapa Gading dan Sekitarnya. Saat Kidzoona MAG dibuka November yang lalu, kami mencoba mencari waktu yang pas untuk mengunjungi tempat ini.

Akhirnya setelah ditimbang-timbang, seperti wakil rakyat gitu loh, diputuskan untuk melakukan playdate di akhir bulan Desember kemarin. Tetapi mohon maaf liputannya baru jadi sekarang, berhubung jadwal anak-anak dan kerjaan mamanya yang makin padat, agak susah untuk mencuri meluangkan waktu untuk mengetik. Kami janjian bertemu di depan Kidzoona. Karena masih musim liburan anak-anak, tentu saja tempat ini ramai. Cuma untungnya karena kami datang pagi, keadaan tidak terlalu crowded

Secara luas tempat, Kidzoona di Puri merupakan yang terluas dari tiga tempat yang pernah kami kunjungi. Tetapi mainannya tetap lengkap kok. Sama seperti di Kidzoona yang lain, di Kidzoona MAG ini juga dibagi beberapa bagian. Ada bagian bermain peran seperti menjadi kasir, sushi cafe, flower shop, pemadam, polisi, postman, dan sebagainya. 
Berbagai macam corner di play pretend
Ada juga bagian seperti playground, lengkap dengan perosotan dan bola-bolanya,. Perosotannya memang tidak setinggi di Puri, tetapi cukup seru. Di sini ada terowongan bola-bola yang dapat mereka lalui, yang seingat saya tidak ada di tempat lainnya. Di sini juga ada lintasan untuk melatih motorik kasar seperti lintasan untuk melompat, bermain roda besar dan menggelinding di dalamnya, dan sebagainya. 
Playground dan ball pool.
Ball pool, thanks to D's dad for taking the picture.
Di Kidzoona juga ada blocks besar dari bahan yang empuk, saya lupa namanya, yang dapat digunakan untuk membangun suatu benda, permainan asah otak, permainan untuk motorik halus, dan juga pasir kinetik.  
Permainan asah otak
Di jam-jam tertentu akan ada aktivitas yang dipandu oleh petugas di sana. Di Kidzoona MAG disediakan bagian untuk bermain gadget. Mereka menyediakan tab atau ipad untuk anak-anak bermain. Seingat saya, saya tidak menjumpai area gadget di Kidzoona Puri dan Aeon. Bagi saya, yang kurang di sini adalah pencahayaannya. Mungkin karena masih pagi, jadi lampu di bagian ball pool belum dinyalakan semuanya.

Senangnya kami karena melihat Duo Lynns dan teman-temannya yang berusia dari 6 tahun sampai 2 tahun seru bermain bersama. Bukan hanya dengan orang yang mereka kenal, ada beberapa teman yang ternyata juga sedang mengisi hari liburnya di Kidzoona ini, tetapi juga dengan anak-anak yang tidak mereka kenal sama sekali. 

Cuma, namanya juga orang bermacam-macam sifatnya, terkadang peraturan yang ada dengan sengaja mereka langgar. Bisa ada nenek, atau sus, atau ibu yang sibuk menyuapi anak saat bermain di area main. Padahal sudah ditekankan agar makan di area yang disediakan. Sampai ditegur oleh petugas pun mereka merasa cuek. Sepertinya orang-orang tersebut merupakan tipe orang yang berpikir asal mereka sudah membeli tiket masuk, mereka bebas melakukan yang mereka mau. Kami sampai kasihan melihat mbak-mbaknya yang sibuk membersihkan bekas susu tumpah, makanan tumpah,dan sebagainya. 

Karena kami membeli tiket untuk satu hari, maka kami boleh keluar untuk makan siang, dan nanti masuk lagi. Tangan kami diberi cap sebagai tanda kami keluar. Pilihan kami adalah lamian, mie tentunya favorit anak-anak dan harapannya makannya jadi cepat. Acara makan siang menjadi lebih seru karena makannya ramai-ramai. Adik sudah bersemangat untuk membagi cookies yang mereka buat kepada teman-temannya. Setelah makan siang kami boleh masuk kembali ke Kidzoona. Saat kami masuk kembali, suasana jauh lebih crowded. Buat kami sebagai orang tua, rasanya sudah males main lagi. Tetapi tidak demikian dengan anak-anak. Mereka masih tetap bersemangat untuk bermain. Walau mungkin sebetulnya mereka sudah mulai teler, tetapi mereka tetap ngotot untuk main. Efek sampingnya tentu ada. Si kakak sempat beberapa kali bete karena saat sedang bermain ada suster yang sibuk duduk main HP di bagian mainan sushi dan tidak mau beranjak. Ternyata oh ternyata dia sedang menunggu anak asuhnya main di mainan yang lain. Lagi reserved ya sus? =D 
charging sebentar sebelum bermain lagi ah....
Bukan hanya itu, kakak mulai sebal lagi karena saat sedang bermain jadi apoteker bersama anak lain, ada satu orang ibu yang mendadak masuk ke bagian kakak dan duduk di kursi tempat kakak sedang main. Yah...terkadang status sosial dan pendidikan tidak menjamin orang tersebut punya karakter dan tingkah laku yang baik, benar begitu saudara-saudara? Tetapi hal ini menjadi diskusi kami para mama. Kami semakin menyadari bahwa karakter itu sangat penting. Well, ini salah satu alasan kami melakukan homeschool bukan? :D 

Kesimpulan kami setelah melakukan playdate di Kidzoona:
1. Jika memang akan bermain lebih dari 1 jam, saya menyarankan untuk membeli tiket 1 hari. Lebih puas dan lebih murah (prinsip emak-emak).
2. Di Kidzoona wajib menggunakan kaos kaki, baik anak-anak maupun pendampingnya. Dengan demikian, bawalah kaos kaki. Jika tidak membawa atau lupa, bisa juga sih beli di Kidzoona. 
3. Bermain ke Kidzoona akan lebih menarik dengan teman. Jadi bisa juga playdate bersama teman-teman yang lain.
4. Siapkan baju ganti, jaga-jaga kalau si kecil keringetan.
5. Jangan lupa bawa air minum, mencegah dehidrasi.
6. Kalau sudah waktunya pulang, tetapi si kecil masih belum mau, dan rasanya tidak mau pulang, saran saya bilang pada si anak boleh main sampai mbak petugasnya memanggil namanya. Kemudian 5 menit kemudian kita meminta ke petugas yang ada untuk memanggil nama si anak dan memberitahu bahwa waktu bermain sudah selesai. Agak tricky sih, tetapi melihat adegan nangis dan teriakan anak-anak orang lain yang tidak rela pulang, mungkin cara ini bisa sedikit mengurangi tangisan (mungkin ya). Kalau saya, dari di rumah sudah diberi tahu kalau papa datang, berarti waktunya pulang. Jadinya tidak ada drama berlebih saat harus pulang.=D
tiduran setelah lelah bermain
Setelah kami pulang, Duo Lynns menanyakan kembali kapan bisa bermain kembali dengan teman-temannya. Hmm....tunggu mama-mamanya sempat membuat jadwal untuk playdate lagi ya nak =D

Kidzoona MAG
Mall Artha Gading lantai 3
Website: www.aeonfantasy.co.id
Harga tiket: 
Weekday: Rp 60.000,00 (1 jam) dan Rp 90.000,00 (satu hari)
Weekend: Rp 90.000,00 (1 jam) dan Rp 150.000,00 (satu hari).
Gratis 1 pendamping per 1 anak.

Sabtu, 11 Februari 2017

Bermain dengan Kertas Krep


Siapa sih yang tidak tahu kertas krep? Rasanya kita semua tahu kertas krep. Apa lagi saat kita SD, kertas ini jadi alat utama untuk menghias kelas saat acara 17an, lomba menghias kelas, acara ulang tahun teman, dan sebagainya. Warnanya yang beraneka ragam membuat kita semangat untuk menggunakannya. Tetapi saat saya masih SD, saya paling tidak suka kalau secara tidak sengaja tangan saya terkena air dan memegang kertas krep. Warnanya akan menempel di tangan saya dan saya geli melihat tangan yang ada warnanya. Memang sih bisa hilang setelah cuci tangan berkali-kali. 

Siapa sangka warna pada kertas krep ini dapat digunakan untuk menghias kertas? Ide ini datang dari Duo Lynns setelah menonton Mr. Maker. Waktu itu saya bilang, nanti ya buatnya. Lalu mereka bilang kita sudah ada perjanjian ya ma. Namanya juga anak kecil, semua harus ada perjanjian =D.  Hampir setiap saat mereka menagih kapan kita buat mama. Masalahnya mamanya belum sempat beli kertas krep. Setelah sempat membeli kertas krep, mereka menagih, kan mama sudah berjanji (dengan logat bule). Sekarang waktunya yang tidak ada. Tetapi janji adalah janji, harus ditepati. Dan kami pun mencoba membuatnya.

Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Karton manila, sebaiknya berwarna putih.
2. Kertas krep aneka warna
3. Spons cuci piring
4. Wadah berisi air
Bahan yang diperlukan: kertas krep, karton, spons, air.

Saya pikir saya punya karton putih, ternyata yang ada karton merah muda dan kuning muda. Terpaksa kami menggunakan karton kuning. 

Langkah-langkahnya:
1. Gunting kertas krep yang ada sesuai maunya kita, lalu remas-remas kertasnya. 
2. Basahi spons dengan air, peras sedikit supaya tidak terlalu 'banjir' airnya. 
3. Basahi semua bagian kertas karton dengan spons tadi, seperti sedang mencuci piring. 
4. Letakkan kertas krep yang sudah diremas tadi secara sembarangan. 
5. Celupkan spons ke wadah air lalu peras airnya sedikit. Kemudian peras spon tadi diatas kertas krep yang sudah disusun diatas karton. Pastikan semua kertas krep basah dan menempel pada karton. 
6. Biarkan hingga kering. Kami membiarkan karton tersebut semalaman.


Saat melakukan aktivitas kemarin, saya alasi karton tersebut dengan koran, karena namanya anak-anak, bisa terjadi kebasahan sana sini. Jadinya mengurangi 'kecelakaan' saat beraktivitas. Bagaimana hasilnya setelah kering?
Motif abstrak dengan kertas krep.
Mungkin karena kartonnya kuning dan warna kertas krep pilihan anak-anak kurang gelap, hasilnya tidak sebagus ekspektasi kami. Tetapi cukup untuk membuat warna campur-campur pada karton tersebut. Nah, karton yang sudah warna-warni itu dapat digunakan atau tidak? Tentu saja dapat digunakan untuk membuat kartu, membuat bentuk-bentuk yang lucu dengan warna campur-campur, atau dibingkai karena motifnya yang abstrak, dan sebagainya.

Akhirnya janji saya sebagai orang tua dapat saya tepati. Intinya adalah jangan membuat janji yang tidak mungkin ditepati dan setelah berjanji jangan lupa menepatinya. Untung aktivitas dengan kertas krep ini mudah dilakukan dan tidak mengawang :)

Aktivitas yang simple ini dapat juga dilakukan bersama dengan anak balita ataupun preschool. Saat malam hari, kakak berkata kepada saya bahwa ia ingin menggunakan sisa kertas krep yang ada untuk membuat fish tank. Adik pun bersemangat membuat kura-kura. Hmmm.....Boleh, kok nak, tapi nanti dulu ya :)

Kamis, 02 Februari 2017

Saat Homeschool Tidak Berjalan Seperti yang Diharapkan


"Rasanya kok homeschool tidak seperti yang kubayangkan ya."

"Kok bahan pelajaran kami tidak habis-habis ya, anak-anak seperti tidak belajar apapun."

"Aduh, waktu belajar yang enak bagaimana sih. Susah nih ngatur waktu anak-anak."

"Kok saya merasa bimbang ya, betul tidak ya pilihan saya untuk mengajar anak saya sendiri."

"Kenapa setelah liburan anak-anak lupa semua yang sudah mereka pelajari ya?"

Mungkin pertanyaan-pertanyaan di atas pernah menjadi bagian dari pertanyaan kita saat memulai homeschool atau bahkan sekarang saat kita menjalankan homeschool. Apalagi saat melihat teman sesama homeschool yang anaknya sudah besar, kita mungkin ngebatin kok mereka bisa bertahan dalam menjalani homeschool.

Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah pertanyaan-pertanyaan yang wajar bagi setiap homeschooler. Saat orang tua melihat perkembangan anaknya, terkadang ada ketakutan, keraguan dan kebimbangan. Apalagi saat teman-teman yang anaknya sekolah di sekolah umum selangkah lebih maju dibanding anak-anak kita. Ada beberapa tips yang mungkin bisa membantu untuk mengatasi kebingungan-kebingungan saat menjalani homeschool.

1. Saat keadaan tidak seperti yang diinginkan, ingatkan diri kita sendiri bahwa saat kita memilih melakukan homeschool kita tahu bahwa ini adalah panggilan kita. 
Seperti kata-kata yang kami gunakan saat kami memulai homeschool, homeschool adalah panggilan. Kami melakukan homeschool bukan untuk membuktikan kepada sekeliling kami, tetapi kami memilih homeschool sebagai cara kami mendidik anak-anak kami karena kami tahu ini adalah panggilan bagi kami. Ada masa-masa homeschooler merasa ingin kabur, terutama kalau yang lagi diajar lagi tidak mau bekerja sama, situasi rumah yang tidak kondusif, dan sebagainya. Tetapi saat kita mengingat panggilan kita dan visi kita saat memilih homeschool, maka perasaan tidak aman (insecure), kebimbangan, dan keraguan yang muncul dapat kita hadapi. Kita akan tetap dapat berdiri jika kita tahu dengan pasti kita melakukan panggilan kita. Dengan kata lain, fokus pada tujuan dan panggilan kita.
Salah satu quote favorit saya :)
2. Berani bersikap tegas pada anak agar anak-anak tahu otoritas dalam keluarga ada pada orang tuanya. 
Anak-anak ingin memegang kendali dalam segala hal, termasuk dalam hal belajar. Ada kalanya mereka lagi tidak mood belajar, lalu seribu satu alasan akan keluar untuk tidak belajar. Bagi kami, bersikap tegas adalah kunci menghadapi hal seperti ini. Seperti di salah satu ayat hapalan mereka: obey them that have the rule over you and submit yourself, maka anak-anak belajar untuk tahu siapakah otoritas di atas mereka saat mereka di rumah, di sekolah, di tempat bermain, di tempat les, dan sebagainya. Sehingga saat mereka sedang 'kambuh', kami hanya mengingatkan bahwa saat belajar mereka harus taat pada kami sebagai guru dan orang tua mereka. Dengan demikian, keluhan saat belajar dapat dikurangi. Kami pun berusaha untuk membuat proses belajar mengajar semenarik mungkin dan akhirnya walau dimulai dengan cemberut, di tengah-tengah mereka dapat tersenyum dan diakhir pelajaran kami memuji ketaatan mereka dan menunjukkan saat mereka taaat dan tidak grumpy, semua berjalan dengan baik.

3. Temukan ritme homeschool yang tepat untuk keluarga kita. 
Kita boleh bertanya kepada siapa saja mengenai rutin mereka saat melakukan homeschool. Tetapi yang harus kita ingat adalah setiap keluarga unik sehingga ritme yang sesuai dengan keluarga A belum tentu sesuai dengan keluarga kita. Atau bisa juga rutin keluarga A membantu kita menemukan ritme yang tepat bagi kita. Menemukan ritme yang tepat tentu saja tidak instan. Bisa jadi kita menemukan dalam 1 bulan, atau 1 semester, atau bahkan 1 tahun. Tetapi hal itu wajar. 
Sama seperti orang kerja, biasanya ada yang namanya masa penyesuaian. Akan aneh rasanya jika baru mencoba kerja selama 1 minggu tetapi sudah berhenti bekerja karena merasa tidak dapat melakukan. Demikian juga dengan masa penyesuaian kita dalam menemukan ritme yang tepat. Jangan menyerah dengan cepat dan merasa tidak mampu. 

4. Jangan menduplikat sistem di sekolah. 
Sering kali teman-teman bercerita kepada saya sistem di sekolah yang sedemikian kompleks dan terkadang tidak masuk akal membuat mereka ingin menarik anak dari sekolah. Tetapi mereka berkata mereka tidak mampu untuk mengajar anak mereka di rumah. Nah ironisnya, terkadang homeschooler berusaha membuat proses belajar di rumah sama seperti di sekolah dengan PR, kuis, dan jam yang padat. Hal ini wajar karena kita terbiasa dengan sistem seperti ini. Hal ini pun tidak salah karena pasti ada hal-hal yang menarik yang dapat kita terapkan di rumah. Tetapi jangan sampai kita hanya berpaku pada duplikasi sistem sekolah dan lupa bahwa salah satu keistimewaan homeschool adalah kita bebas (tetapi tidak semaunya) membuat sistem yang dapat membuat anak mengerti materi yang ingin diajarkan dan mempersiapkan anak menghadapi dunia nyata dengan karakter dan pengetahuan. Jika kita akhirnya menduplikat sistem di sekolah, pastilah kita stres karena fasilitas di rumah kita tidak sama seperti di sekolah.

5. Fleksibel dengan jam yang ada. 
Sebagai orang yang perfeksionis, saya adalah tipe orang yang senang membuat jadwal. Dengan adanya jadwal, list keperluan, dan segala macam yang berbau sistematis (termasuk saat jalan-jalan), saya akan merasa lebih tenang. Tetapi terkadang jadwal yang ada bisa jadi tidak dapat terpenuhi karena satu dan lain hal. Saat hal ini terjadi, diperlukan fleksibilitas menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Bersyukurnya sebagai homeschooler, kita punya waktu 24 jam untuk bersama anak-anak. Yang artinya kita bisa memanfaatkan waktu yang ada dengan maksimal, walaupun terkadang 24 jam ini juga berarti kepusingan yang tiada henti. Jadi jika jadwal sedikit tidak seperti yang seharusnya, kita dapat sesekali mengatur dan merubah jadwal yang ada dan menyesuaikannya dengan kebutuhan. 

6. Ambil waktu untuk beristirahat sejenak. 
Saya akui saat proses belajar mengajar pasti akan ada yang namanya senewen, apalagi bagi para mama-mama yang terkadang berurusan dengan namanya hormon. Anak-anak pun ada yang namanya mood. Terkadang kita sudah sampai sakit kepala menjelaskan sesuatu dan si anak tidak mengerti. Atau kita tahu bahwa si anak dapat mengerjakan tugasnya tetapi karena pikiran si anak sedang melanglang buana dan memikirkan hal lain, dia membuatnya salah-salah. Jika kita sudah sampai ke titik seperti ini, mungkin kita perlu untuk beristirahat sejenak (ditambah dengan minum dan pergi ke kamar mandi). Atau jika kita sudah mulai mau meledak, mungkin bisa juga menutup materi pelajaran hari itu dan menggantinya dengan buku mengenai karakter. Biasanya setelah rehat sejenak, baik kita maupun si anak sudah lebih tenang dan semua dapat berjalan lebih lancar. In conclusion, It's okay to take a break if you or they need it.

7. Temukan kekuatan dan kelemahan si anak. 
Biasanya jika kita menganalisa kekuatan dan kelemahan seseorang, kita akan berfokus pada kelemahannya saja. Ada juga sih yang sebaliknya, kekuatannya diperhatikan, kelemahannya dibiarkan. Saat saya mengajar pun banyak sekali anak-anak yang kuat di satu bidang, tetapi lemah di bidang lain. Bagi saya, penting bagi kita mengetahui kekuatan dan kelemahan anak. Kekuatan atau kelebihan anak dapat dipertajam, tetapi kelemahan atau kekurangannya diperkuat. Saat memperkuat kekurangannya, karena kita tahu itu adalah kelemahannya, tentunya kita tidak perlu menggunakan emosi :)

8. Temukan mentor atau komunitas untuk berbagi. 
Kami bersyukur kami mengenal homeschooling dari teman-teman, yang sudah seperti kakak kami sendiri. Kami melihat dari mulai anak-anaknya masih kecil hingga saat si anak sudah kuliah dan bahkan bekerja. Melihat perjuangan mereka untuk tetap konsisten dalam mendidik anak-anak mereka (anak-anaknya homeschool dari TK sampai SMA), walaupun dengan tangisan dan kegalauan di tengah-tengahnya, membuat kami bersyukur mempunyai mentor yang baik. Bukan hanya karena kami melihat kami mempunyai nilai-nilai dan prinsip yang sama, tetapi kami melihat prinsip-prinsip itu bukan hanya teori tetapi juga dipraktekan dengan tepat (bukan dipraktekkan dengan cara yang berlawanan). Kami boleh melihat anak-anak mereka tumbuh dewasa dengan karakter yang baik dari sejak mereka kecil.
Dan tentunya berjalan seorang diri tentu tidak menyenangkan. Kita tidak dapat menjalani ini sendiri dan memang kita tidak harus melakukan ini sendiri. Dengan adanya komunitas, kita mempunyai teman untuk berbagi, teman untuk mengingatkan kita, teman untuk menangis dan tertawa bersama, teman yang dapat ditanya ini itu dan dicontoh, mentor yang dapat diteladani, mentor yang dapat memberi nasihat, dan sebagainya. Selain itu, komunitas ini dapat menjadi media bagi anak-anak kita bersosialisasi, baik secara vertikal dan horisontal.

Sebagai penutup artikel ini, sebagai homeschooler terkadang kita kuatir akan banyak hal. Kita kuatir apakah anak-anak kita mampu bertahan di dunia nyata. Kita kuatir kita tidak memberikan yang terbaik bagi mereka. Kita kuatir penilaian orang di luar akan anak-anak kita. Kita kuatir mereka tidak menikmati ini dan itu. Dan sejuta kekuatiran dalam pikiran kita. Itu wajar, karena setiap orang tua ingin memberi yang terbaik untuk anak-anaknya. Tetapi satu hal yang paling harus dimiliki dalam homeschool adalah kita sebagai orang tua content dengan apa yang ada dan fokus dengan panggilan kita. Saat kita content, kita dapat melakukan segala hal dengan lebih tenang dan menikmati setiap proses yang ada, walau kadang ada tangisan di tengah-tengah proses tersebut. Dan untuk menjadi content ini, tidak ada cara lain selain mencari Sumber yang bisa membuat kita menjadi content :)