Sabtu, 17 Desember 2016

Christmas Tree and Wreath Fingerprint


It's December.... Ada sukacita dan kebahagiaan tersendiri bagi Duo Lynns jika kita sudah sampai di bulan Desember. Mereka sudah bawel mau membeli pohon natal, buat kartu dan kesibukan lainnya. Maklum, dari sejak kami menikah, kami tidak punya pohon natal. Dulu mikirnya kalau mau lihat pohon natal, tinggal ke Ace Hardware atau ke mall saja. Bagus-bagus kan. Tetapi seiring bertambahnya umur anak-anak, sudah waktunya kami membeli pohon natal. Acara menghias pohon natal merupakan acara kebersamaan keluarga, walau terkadang diselingi teriakan awas jatuh =))

Setelah ada pohon natal, Duo Lynns mulai sibuk mau buat kartu. Akhirnya, kami pun mengerjakan aktivitas yang seharusnya dikerjakan tahun lalu, tetapi tidak sempat karena tahun lalu kami sudah sibuk dengan shooting untuk natal gereja dan di otak hanya ada winter holiday dan liburan ke rumah tantenya Duo Lynns.

Kami membuat hiasan kartu natal dari fingerprint. Kami membuat pohon natal dan wreath. Kok tidak ada santa? Hmm...santa ataupun topi santa bukan berarti natal, bagi kami santa hanya salah satu keceriaan saat natal dan tradisi tutup tahun. But Christmas is not about santa. Christmas begins with Christ :)

Bahan apa saja yang diperlukan?
1. Cat warna hijau dan merah
2. Glitter
3. Payet bintang
4. Kertas.

Cara membuatnya mudah sekali kok. Untuk membuat pohon natal:
1. Capkanlah ibu jari pada cat warna hijau.
2. Capkan ibu jari tadi pada kertas sebanyak tujuh kali. Jika warna di ibu jari sudah berkurang, boleh ditambahkan lagi catnya.  
3. Diatas tujuh cap ibu jari tadi, tempelkan lagi sebanyak 6 kali. 
4. Lanjutkan proses sampai cap ibu jari hanya 1 dan terbentuk segitiga seperti pohon cemara. 
5. Jika mau, celupkan jari kelingking ke cat warna merah dan tempelkan di atas pohon natal tadi sebagai hiasan. 
6. Setelah cat tadi kering, tempelkan manik-manik, glitter, pom-pom, atau apapun sesuai keinginan. 
Pohon natal buatan Duo Lynns
Bagaimana dengan wreath? Wreath berarti lingkaran. Jadi lebih gampang lagi, seharusnya =D
1. Buatlah lingkaran dengan cap ibu jari berwarna hijau. 
2. Jika mau, capkanlah warna merah dengan kelingking.
3. Setelah kering, buatlah gambar pita dibagian bawahnya. 
Fingerprint Wreath 
Sambil membuat, kita juga dapat menjelaskan makna kenapa pohon cemara yang digunakan untuk pohon natal. Karena pohon cemara, evergreen tree, selalu hijau apapun musimnya. Seperti kasih Tuhan yang selalu sama, dulu sekarang dan selamanya. Dan bagi saya, kita juga harusnya selalu bertumbuh dan setia di segala macam keadaan. 
Pohon natal dari origami yang dibuat dan dihias sendiri oleh Duo Lynns.
Apa makna wreath bagi kami? Seperti lingkaran yang tidak ada awal dan akhir, ini melambangkan kekekalan dan kasih Tuhan yang utuh bagi kita. He is the Alpha and Omega, the first and the last. Dan sebagian orang melambangkan wreath seperti mahkota duri, bukti kasihNya bagi kita. 

Tetapi terlepas dari pohon natal dan dekorasinya, makna natal bagi kami, selain liburan kalau kata kakak, adalah seperti lirik lagu dari Josh Wilson ini:

Noel, noel, Jesus is alive 
Emanuel, hope is here tonight 
So go and tell the world that death has died 
'Cause Jesus is alive 

Selamat menyiapkan natal semuanya :) 
God bless us ;)




Rabu, 07 Desember 2016

Karena Kami Memang Berbeda :)


Entah muka saya ini begitu teduh ataukah muka saya cocok untuk menjadi teman curhat, saya seringkali menjadi tempat orang curhat. Saat saya masih sekolah, sering teman saya curhat akan kekesalan hatinya yang selalu dibandingkan dengan saudaranya, temannya, dan juga tetangganya. Saat saya masih mengajar dulu, seringkali anak-anak murid saya bercerita bahwa orang tuanya memaksa dia les ini itu supaya dia tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Jadi yang saya lihat anak ini dari kecil sudah les ini itu dan tidak boleh kalah dengan temannya. Saat itu saya masih belum menikah, jadi empati saya terhadap mereka lebih besar, karena saya sendiri tidak pernah dipaksa untuk mengalahkan teman oleh orang tua saya, walau saya selalu dibanding-bandingkan dengan saudara saya yang memang luar biasa hebat (ups curcol).

Saat saya menjadi ibu, saya melihat kecenderungan ini sangat sering dimiliki oleh ibu-ibu muda. Diawali oleh ketakutan anaknya tidak dapat bersaing di dunia nyata, bahkan dari saat mereka masih bayi, maka banyak ibu muda yang memasukkan anaknya ke les ini itu dari bayi. Tidak heran banyak les-les yang isinya anak baru lahir, dan terkadang les-les yang berjudul mom and me jadi berisi nanny and me, walau mamanya si anak tidak bekerja.

Salah tidak sih? Menurut saya sih tidak salah, tergantung cara pandang, kesepakatan dan budget masing-masing keluarga. Tetapi jika alasannya adalah habis si ini sudah bisa itu sedangkan anak saya belum bisa, atau dulu kakaknya bisa ini masak adiknya tidak bisa, atau kalau alasannya dulu papanya umur segitu sudah jago baca masak anaknya tidak bisa; tentu saja tidak baik.

Setiap anak diciptakan unik, tidak ada yang sama loh. Bahkan anak kembar identik pun dapat memiliki sifat yang berbeda. Oleh sebab itu kasihan sekali kalau anak-anak ini harus menjadi seperti si ini atau si itu. Apalagi bagi anak-anak, masa kecil mereka tidak dapat terulang. Akan sangat kasihan jika mereka harus sibuk berlomba demi orang tua mereka.

Duo Lynns, walaupun sama-sama perempuan, mempunyai sifat yang berbeda. Seperti selayaknya anak pertama dan anak kedua, akan ada tantangan tersendiri saat mengurus. Terkadang saya mau meledak juga menghadapi tingkah mereka. Kalau misalkan si kakak mudah sekali diberi tahu, maka si adik terkadang memerlukan teriakan tambahan untuk membuat dia menghentikan aktifitas yang berbahaya. Cara belajarnya pun berbeda, kami tidak mungkin melakukan pola yang sama kepada si adik. Tetapi kami berusaha untuk tidak membandingkan adik dengan kakak karena bagi kami mereka sama-sama istimewa. Membandingkan pun dilakukan untuk menemukan cara pendekatan yang sesuai dengan masing-masing anak dan tidak di depan anak.

Satu hal yang saya lihat adalah setiap anak akan dapat mencapai atau melakukan sesuatu, hanya saja waktunya yang berbeda. Contoh yang gampang adalah seperti ini. Ada anak yang umur 2,5 bulan sudah tengkurap, ada anak yang umur 3 bulan baru tengkurap, dan ada anak yang umur 5 bulan baru tengkurap. Pada dasarnya semua anak itu bisa tengkurap, hanya saja waktunya yang berbeda-beda. Dengan kata lain, masalah kesiapan setiap anak berbeda dan itu memang tahapan yang harus dilalui dalam perjalanan hidupnya. Jadi, tidak perlu dipaksa.

Beda lagi dengan bakat. Setiap orang mempunyai bakat yang berbeda dan rasanya si anak akan menderita jika dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai bakatnya ataupun minatnya. Oleh sebab itu, daripada menyuruh anak ikut ini itu karena si anu bisa ini itu, lebih baik memasukkan anak-anak sesuai bakat dan minatnya. Memang kalau anak masih kecil terkadang kita harus memasukkan mereka ke berbagai les keterampilan untuk melihat minat, tetapi sebaiknya jangan sampai membuat mereka stres.  

Jadi, mari kita ingat bahwa setiap anak istimewa dan masa kecil mereka tidak akan terulang. Mari kita isi memori masa kecil mereka dengan hal yang indah dan bukan dengan perlombaan terhadap saudara, teman, atau bahkan diri kita sendiri. Saya jadi teringat lagu berikut.

I am very special
There's no one just like me
God has made me special
There's no one just like me