Sabtu, 17 Desember 2016

Christmas Tree and Wreath Fingerprint


It's December.... Ada sukacita dan kebahagiaan tersendiri bagi Duo Lynns jika kita sudah sampai di bulan Desember. Mereka sudah bawel mau membeli pohon natal, buat kartu dan kesibukan lainnya. Maklum, dari sejak kami menikah, kami tidak punya pohon natal. Dulu mikirnya kalau mau lihat pohon natal, tinggal ke Ace Hardware atau ke mall saja. Bagus-bagus kan. Tetapi seiring bertambahnya umur anak-anak, sudah waktunya kami membeli pohon natal. Acara menghias pohon natal merupakan acara kebersamaan keluarga, walau terkadang diselingi teriakan awas jatuh =))

Setelah ada pohon natal, Duo Lynns mulai sibuk mau buat kartu. Akhirnya, kami pun mengerjakan aktivitas yang seharusnya dikerjakan tahun lalu, tetapi tidak sempat karena tahun lalu kami sudah sibuk dengan shooting untuk natal gereja dan di otak hanya ada winter holiday dan liburan ke rumah tantenya Duo Lynns.

Kami membuat hiasan kartu natal dari fingerprint. Kami membuat pohon natal dan wreath. Kok tidak ada santa? Hmm...santa ataupun topi santa bukan berarti natal, bagi kami santa hanya salah satu keceriaan saat natal dan tradisi tutup tahun. But Christmas is not about santa. Christmas begins with Christ :)

Bahan apa saja yang diperlukan?
1. Cat warna hijau dan merah
2. Glitter
3. Payet bintang
4. Kertas.

Cara membuatnya mudah sekali kok. Untuk membuat pohon natal:
1. Capkanlah ibu jari pada cat warna hijau.
2. Capkan ibu jari tadi pada kertas sebanyak tujuh kali. Jika warna di ibu jari sudah berkurang, boleh ditambahkan lagi catnya.  
3. Diatas tujuh cap ibu jari tadi, tempelkan lagi sebanyak 6 kali. 
4. Lanjutkan proses sampai cap ibu jari hanya 1 dan terbentuk segitiga seperti pohon cemara. 
5. Jika mau, celupkan jari kelingking ke cat warna merah dan tempelkan di atas pohon natal tadi sebagai hiasan. 
6. Setelah cat tadi kering, tempelkan manik-manik, glitter, pom-pom, atau apapun sesuai keinginan. 
Pohon natal buatan Duo Lynns
Bagaimana dengan wreath? Wreath berarti lingkaran. Jadi lebih gampang lagi, seharusnya =D
1. Buatlah lingkaran dengan cap ibu jari berwarna hijau. 
2. Jika mau, capkanlah warna merah dengan kelingking.
3. Setelah kering, buatlah gambar pita dibagian bawahnya. 
Fingerprint Wreath 
Sambil membuat, kita juga dapat menjelaskan makna kenapa pohon cemara yang digunakan untuk pohon natal. Karena pohon cemara, evergreen tree, selalu hijau apapun musimnya. Seperti kasih Tuhan yang selalu sama, dulu sekarang dan selamanya. Dan bagi saya, kita juga harusnya selalu bertumbuh dan setia di segala macam keadaan. 
Pohon natal dari origami yang dibuat dan dihias sendiri oleh Duo Lynns.
Apa makna wreath bagi kami? Seperti lingkaran yang tidak ada awal dan akhir, ini melambangkan kekekalan dan kasih Tuhan yang utuh bagi kita. He is the Alpha and Omega, the first and the last. Dan sebagian orang melambangkan wreath seperti mahkota duri, bukti kasihNya bagi kita. 

Tetapi terlepas dari pohon natal dan dekorasinya, makna natal bagi kami, selain liburan kalau kata kakak, adalah seperti lirik lagu dari Josh Wilson ini:

Noel, noel, Jesus is alive 
Emanuel, hope is here tonight 
So go and tell the world that death has died 
'Cause Jesus is alive 

Selamat menyiapkan natal semuanya :) 
God bless us ;)




Rabu, 07 Desember 2016

Karena Kami Memang Berbeda :)


Entah muka saya ini begitu teduh ataukah muka saya cocok untuk menjadi teman curhat, saya seringkali menjadi tempat orang curhat. Saat saya masih sekolah, sering teman saya curhat akan kekesalan hatinya yang selalu dibandingkan dengan saudaranya, temannya, dan juga tetangganya. Saat saya masih mengajar dulu, seringkali anak-anak murid saya bercerita bahwa orang tuanya memaksa dia les ini itu supaya dia tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Jadi yang saya lihat anak ini dari kecil sudah les ini itu dan tidak boleh kalah dengan temannya. Saat itu saya masih belum menikah, jadi empati saya terhadap mereka lebih besar, karena saya sendiri tidak pernah dipaksa untuk mengalahkan teman oleh orang tua saya, walau saya selalu dibanding-bandingkan dengan saudara saya yang memang luar biasa hebat (ups curcol).

Saat saya menjadi ibu, saya melihat kecenderungan ini sangat sering dimiliki oleh ibu-ibu muda. Diawali oleh ketakutan anaknya tidak dapat bersaing di dunia nyata, bahkan dari saat mereka masih bayi, maka banyak ibu muda yang memasukkan anaknya ke les ini itu dari bayi. Tidak heran banyak les-les yang isinya anak baru lahir, dan terkadang les-les yang berjudul mom and me jadi berisi nanny and me, walau mamanya si anak tidak bekerja.

Salah tidak sih? Menurut saya sih tidak salah, tergantung cara pandang, kesepakatan dan budget masing-masing keluarga. Tetapi jika alasannya adalah habis si ini sudah bisa itu sedangkan anak saya belum bisa, atau dulu kakaknya bisa ini masak adiknya tidak bisa, atau kalau alasannya dulu papanya umur segitu sudah jago baca masak anaknya tidak bisa; tentu saja tidak baik.

Setiap anak diciptakan unik, tidak ada yang sama loh. Bahkan anak kembar identik pun dapat memiliki sifat yang berbeda. Oleh sebab itu kasihan sekali kalau anak-anak ini harus menjadi seperti si ini atau si itu. Apalagi bagi anak-anak, masa kecil mereka tidak dapat terulang. Akan sangat kasihan jika mereka harus sibuk berlomba demi orang tua mereka.

Duo Lynns, walaupun sama-sama perempuan, mempunyai sifat yang berbeda. Seperti selayaknya anak pertama dan anak kedua, akan ada tantangan tersendiri saat mengurus. Terkadang saya mau meledak juga menghadapi tingkah mereka. Kalau misalkan si kakak mudah sekali diberi tahu, maka si adik terkadang memerlukan teriakan tambahan untuk membuat dia menghentikan aktifitas yang berbahaya. Cara belajarnya pun berbeda, kami tidak mungkin melakukan pola yang sama kepada si adik. Tetapi kami berusaha untuk tidak membandingkan adik dengan kakak karena bagi kami mereka sama-sama istimewa. Membandingkan pun dilakukan untuk menemukan cara pendekatan yang sesuai dengan masing-masing anak dan tidak di depan anak.

Satu hal yang saya lihat adalah setiap anak akan dapat mencapai atau melakukan sesuatu, hanya saja waktunya yang berbeda. Contoh yang gampang adalah seperti ini. Ada anak yang umur 2,5 bulan sudah tengkurap, ada anak yang umur 3 bulan baru tengkurap, dan ada anak yang umur 5 bulan baru tengkurap. Pada dasarnya semua anak itu bisa tengkurap, hanya saja waktunya yang berbeda-beda. Dengan kata lain, masalah kesiapan setiap anak berbeda dan itu memang tahapan yang harus dilalui dalam perjalanan hidupnya. Jadi, tidak perlu dipaksa.

Beda lagi dengan bakat. Setiap orang mempunyai bakat yang berbeda dan rasanya si anak akan menderita jika dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai bakatnya ataupun minatnya. Oleh sebab itu, daripada menyuruh anak ikut ini itu karena si anu bisa ini itu, lebih baik memasukkan anak-anak sesuai bakat dan minatnya. Memang kalau anak masih kecil terkadang kita harus memasukkan mereka ke berbagai les keterampilan untuk melihat minat, tetapi sebaiknya jangan sampai membuat mereka stres.  

Jadi, mari kita ingat bahwa setiap anak istimewa dan masa kecil mereka tidak akan terulang. Mari kita isi memori masa kecil mereka dengan hal yang indah dan bukan dengan perlombaan terhadap saudara, teman, atau bahkan diri kita sendiri. Saya jadi teringat lagu berikut.

I am very special
There's no one just like me
God has made me special
There's no one just like me

Rabu, 30 November 2016

Eksperimen (lagi) Dengan Telur


Masih dalam rangka rasa penasaran kami terhadap telur, kali ini kami mencoba lagi membuat eksperimen telur dan cuka. Kali ini di air cuka diberikan tetesan pewarna makanan. Tujuan eksperimen kali ini adalah ingin mengetahui apakah yang terjadi pada telur yang direndam dilarutan cuka yang berwarna merah. Akankah telur menjadi merah?

Bahan-bahan yang diperlukan masih sama seperti eksperimen kemarin, yaitu
1. Telor ayam yang masih mentah, saya cari yang ukuran sedang. 
2. Cuka masak. 
3. Botol kaca, saya pakai botol bekas selai. 
4. Pewarna makanan.

Prosesnya pun masih sama seperti kemarin. Cuka yang ada dituang ke dalam botol dan berikan beberapa tetes pewarna makanan ke dalam botol tersebut. Biarkan cuka dan pewarna makanan larut. Setelah itu masukkanlah telur ke dalam botol tersebut. Kali ini kami tidak memfoto proses hari demi harinya, karena rasanya warnanya merah semua  =D Lalu, apakah hasilnya setelah direndam selama 2 x 24 jam?

Setelah 48 jam perendaman, kami keluarkan telur dari cuka tersebut. Kulitnya pun sudah tidak ada. Dan telurnya sudah bewarna merah. Kekenyalannya pun masih sama seperti saat eksperimen petama. Yang membedakan hanyalah warnanya. 

Bagaimana jika disinar dengan senter? Saat disinari dengan senter, warna merahnya terlihat seperti merah transparan. Dapat dibayangkan jika ada beberapa telur berwarna-warni pastinya cahayanya akan seperti pelangi. 

Kali ini kami tidak membelahnya secara langsung. Mengapa? Karena tidak seperti eksperimen pertama yang hanya berbau cuka, telur ini berbau cuka yang menyengat dan berbau busuk. Berarti memang telur ini sudah busuk dari awalnya tetapi tidak tercium karena tertutup kulit telur. Jadi kami tidak membelahnya secara langsung. Hanya saja saya mencoba untuk menusuk dengan tusuk gigi dan mencoba mencari tahu apakah si putih telur ini juga matang dan berwarna merah ataukah tetap putih. Ternyata telur sudah menjadi telur setengah matang dan bagian dalamnya tetap berwarna putih. Dengan kata lain, pewarna yang ada tidak membuat putih telur berubah warna.

Ok, rasa penasaran kami sudah terjawab. Dengan adanya pewarna makanan, hasil eksperimen tetaplah sama hanya saja bagian luarnya berubah warna, seperti pewarna makanan yang digunakan. Selesai sudah eksperimen kami dengan telur :)

Kamis, 24 November 2016

Tips Untuk Menyiasati Anak yang Aktif


Apakah ada yang merasa mempunyai anak yang tidak dapat diam? Rasanya di pantat anak itu ada pakunya sampai susah sekali disuruh duduk. Dan saat disuruh belajar si anak aktif satu ini punya seribu satu macam alasan untuk menjawab. Nah, si adik agak seperti ini jika dibandingkan dengan si kakak. Akibatnya, saya harus banyak memodifikasi cara mengajar saya saat berhadapan dengan adik. Bahkan jika dibandingkan saat saya menjadi guru les anak TK saat SMA, trik yang saya pakai dulu pun terkadang tidak dapat diterapkan ke adik. Lalu bagaimana cara menyiasati supaya anak aktif dapat mengikuti pembelajaran dengan baik? Berikut beberapa hal yang pernah saya coba berdasarkan pengalaman saya baik saat mengajar anak-anak atau menghadapi anak orang lain.

1. Perbanyak alat bantu saat mengajar. 
Prinsipnya adalah The more the merrier. Semakin banyak alat bantu untuk mengajar, semakin menarik untuk anak yang aktif. Seperti saat adik belajar matematika. Alat-alat yang ada untuk mengajar matematika benar-benar membantu saya saat mengajar adik. Setidaknya membuat dia diam sejenak.

2. Gunakan sesuatu yang disukai si kecil saat belajar.
Ok, point ini dapat menjadi siasat yang baik tetapi juga dapat menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Sebetulnya jika diamati, pasti ada waktunya anak yang aktif pun bisa anteng atau diam saat melakukan sesuatu. Misal, si kecil dapat tenang saat bermain blocks, atau dapat tenang saat bermain mobil-mobilan, atau dapat tenang saat bernyanyi, dan sebagainya. Mengapa? Karena hal-hal tersebut menarik dan menyenangkan bagi si kecil. Karena menarik dan menyenangkan, maka perhatiannya terpusat pada hal tersebut. Kita dapat menyiasati dengan membuat pembelajaran menarik. Salah satunya dengan menggunakan hal-hal yang dapat menarik perhatiannya. Mungkin bisa jadi setelah itu akan rebutan untuk memegang barang yang dia suka. Untuk menghindari drama seperti ini, buatlah kesepakatan di awal. Misalkan setelah belajar, dia boleh memegang alat yang kita pakai.

3. Selingi istirahat saat mengajar. 
Biasanya anak yang aktif tidak bisa fokus terhadap sesuatu dalam waktu yang lama. Dan memang anak kecil kecenderungannya hanya dapat fokus sebentar saja. Itulah sebabnya kalau kita melihat film anak-anak di luar, durasinya hanya 10 sampai 20 menit. Oleh sebab itu, saat mengajar, berikan break atau istirahat agar si kecil juga lebih mudah fokus dan mamanya juga bisa menarik napas sebentar. Berdasarkan kondisi kesibukan kami, maka biasanya ada break untuk mereka makan pagi dan saya memasak. Setelah break biasanya kondisi jadi sama-sama fresh bagi kami.

4. Jangan memberikan standard yang terlalu tinggi. 
Ini berlaku untuk mamanya. Jika sudah tahu anaknya aktif dan tidak betah lama-lama belajar, maka jangan membuat standard yang terlalu tinggi. Yang ada kita frustasi karena anak tidak bisa diam dan standard tidak tercapai. Misal kita tahu bahwa si kecil tidak betah duduk manis. Lalu kita set waktu belajar 1 jam. Bukan saja si kecil yang bertingkah ini itu, tapi kita sebagai pengajar pun bisa frustasi. Apalagi dalam waktu 1 jam tersebut, alat yang digunakan hanya satu atau dua macam. Akibatnya setelah mengajar, kita rasanya mau menangis bombay (lebay dikit).
Oleh sebab itu, kita boleh menentukan apa yang mau dicapai dalam setiap pembelajaran, tetapi taruhlah sewajar mungkin. Dulu sering sekali orang tua murid berpikir bahwa jika si kakak dulu bisa, harusnya adik pun bisa. Atau lebih parahnya anak tetangga bisa, masa anak kita tidak bisa. Ingatlah setiap anak berbeda-beda. Kalau di sekolah mungkin hasilnya orang tua seperti ini memaksa guru melakukan lebih untuk anaknya atau memberi anaknya berbagai les pelajaran setiap hari. Tetapi kalau homeschooling, gurunya ya kita sendiri =D

5. Berikan tugas yang bisa memancing kepercayaan diri mereka.
Saya sering memberi tugas yang sebelumnya sudah dipelajari kepada anak-anak, dari buku anak-anak sendiri. Tujuannya adalah melatih mereka terhadap soal yang ada, melihat kemampuan mereka dan juga membuat mereka merasa ternyata mereka dapat melakukannya. Saat mereka dapat melakukannya, saya biasanya menunjukkan bahwa ternyata tugas yang mereka kerjakan tidak sesusah yang mereka pikir. Hasil dari aktivitas ini adalah mereka menjadi lebih percaya diri dan membuat mereka jadi tertarik untuk belajar lagi. Dan dibanding memberikan pelajaran atau tugas sampai mereka tidak mampu, saya lebih suka menyudahi pembelajaran di saat mereka lagi 'peak' (dan sesuai dengan lesson plan yang sudah dibuat). Tujuannya supaya besoknya mereka jadi penasaran dan pengen belajar lagi. Dan, terkadang berhasil loh :)

6. Tentukan aturan main dan pastikan anak tahu konsekuensinya. 
Sama seperti proses pendisiplinan, aturan main dan konsekuensi jika melanggar saat belajar pun harus disampaikan di awal. Dan mereka harus tahu siapa yang mempunyai otoritas saat belajar. Ada waktunya bagi mereka berbicara, dan ada waktunya bagi saya berbicara. Tentunya hal ini berguna bagi kita dan juga si anak. Dan jangan takut, penetapan aturan main saat belajar tidak mengurangi kreatifitas anak ataupun kepintaran anak =D

7. Berikan aktivitas yang dapat dilakukan untuk membuang energinya.
Anak yang aktif biasanya mempunyai energi berlebih yang harus disalurkan. Oleh sebab itu, berikan aktivitas yang membuat dia membuang energi. Jika punya taman di dekat rumah, biar dia bermain-main dahulu dan membuang tenaga. Atau masukkan si kecil ke les yang berhubungan dengan motorik kasar. Atau bisa juga dimasukkan aktivitas fisik saat mengajar, seperti melompat sambil menghitung ataupun bernyanyi dengan gaya saat belajar phonics.

8. Perhatikan makanannya.
Faktor yang kesannya sepele, tetapi penting bagi saya. Ada anak yang akan menjadi lebih aktif jika bertemu gula atau kafein. Maka hindarilah makanan yang terlalu manis sebelum belajar. Berikan anak makanan yang secukupnya dan bergizi sehingga si kecil punya cukup energi untuk belajar.

Terlepas semua tips diatas, tidak ada jaminan bahwa si aktif ini dapat langsung 'dijinakkan' dengan cara ini atau itu. Faktor kesiapan dan kedewasaan juga berlaku terhadap anak yang aktif. Jadi, jika semua usaha sudah dicoba dan belum begitu efektif, mungkin kita perlu menunggu kesiapan umurnya dan sambil berdoa semoga dia segera siap. 

Jumat, 18 November 2016

Mengenalkan Tumbuhan pada Anak-Anak

Eksperimen dengan kacang merah. Lebih lama dibanding dengan kacang hijau.
Daunnya pun lebih kasar dibanding daun kacang hijau.
Dua bulan lalu, kakak baru saja membahas tentang tumbuh-tumbuhan. Apa saja sih yang dipelajari anak kelas satu SD mengenai tumbuh-tumbuhan? Namanya juga masih pengenalan, jadi pengenalannya pun sederhana stekali. Di materi pelajaran kakak, anak-anak belajar mengenai bagian-bagian tumbuhan dan fungsinya. Sebetulnya hal ini sudah didapatkannya saat membaca 4000 words book, tetapi kali ini anak-anak melihat sendiri setiap bagian tumbuhan dengan cara yang sederhana.

Ada dua eksperimen yang kami lakukan. Yang pertama adalah eksperimen dengan kacang hijau dan yang kedua adalah eksperimen dengan seledri yang sudah hampir layu.

1. Kacang Hijau
Tujuan dari eksperimen ini adalah mengenalkan anak dengan bagian-bagian tumbuhan. Saya rasa waktu kita SD eksperimen ini sudah sering dilakukan, tetapi seingat saya, saya melakukan eksperimen ini saat saya kelas tiga atau empat.

Bahan-bahan yang diperlukan:
- Kacang hijau kering sebanyak 15 butir.
- Wadah transparan (saya menggunakan gelas air mineral) sebanyak 2
- Kapas secukupnya

Caranya adalah sebagai berikut.
- Rendam 15 butir kacang hijau kering tersebut semalaman.
- Keesokan harinya, letakkan kapas hingga menutupi alas gelas. Lakukan di kedua wadah.
- Isi wadah pertama dengan air hingga kapas terendam. Dan isi wadah yang kedua dengan sedikit air, yang penting kapas basah saja. Beri tanda ya supaya tidak tertukar.
- Tiriskan kacang hijau yang sudah direndam semalaman. Tanyakan kepada anak apakah ada perbedaan antara kacang hijau yang belum direndam dan yang sudah direndam.
- Letakkan 5 butir kacang hijau di setiap wadah. Tentunya masih sisa 5 kan? Nah, yang 5 ini saya letakkan di piring kecil yang tidak diberi apa-apa.
- Berilah air di wadah (yang satu asal basah dan yang satu sampai terendam) setiap hari.
- Lakukan pengamatan selama beberapa hari.

Kami mengamati selama beberapa hari dan anak-anak dengan semangat mengisi air di gelas tersebut, tentunya diiringi dengan kepanikan mamanya (adik mau mengisi air langsung dari keran). Yah, namanya juga proses. Apa saja yang terjadi?

Kacang hijau yang diletakkan di piring dalam hitungan 30 menit sudah menciut dan ukurannya menjadi sama dengan kacang hijau yang tidak direndam air. Sedangkan kacang hijau yang diletakkan di dalam wadah ukurannya tetap sama.
Atas: day 0, sebelah kiri adalah yang air sedikit dan sebelah kanan yang airnya banyak.
Bawah: day 1, sebelah kiri baru keluar sedikit, sebelah kanan sudah agak tinggi.
Kacang hijau yang diletakkan dalam wadah yang kapasnya terendam air lebih cepat bertumbuh dibanding kacang hijau yang diletakkan dalam wadah yang kapasnya hanya basah biasa saja.
Atas: day 2, yang diberi air sedikit baru mulai bertumbuh.
Bawah: day 3, yang diberi air lebih banyak tumbuh hampir 2 kali dari yang diberi air sedikit.
Pada hari keempat, kami memindahkan gelas-gelas ini ke tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Tujuannya untuk mengetahui apakah mereka akan bertumbuh sesuai arah yang seharusnya ataukah akan mencari sinar matahari. Dalam satu jam saja, arah tanaman yang awalnya ke kiri menjadi agak ke tengah. Tentu saja anak-anak norak dan mereka dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa tanamannya mau Mr.Sun =))
Atas: day 4, tanaman sudah mulai tinggi.
Bawah kiri: day 5, saat tanaman diletakkan ke sisi yang tidak ada cahaya.
Bawah kanan: day 5, dalam 1 jam, arah tanaman menjadi lurus.
Atas: day 5, dalam 2 jam tanaman sudah ke arah kanan.
Bawah: day 6, tanaman sudah memanjang menuju cahaya matahari
Kami mencoba menyimpulkan eksperimen kami, dan saat mengamati hari demi hari, tiba-tiba saya mendapat pencerahan dari eksperimen ini. Kami mencoba membahasnya dengan bahasa yang mudah bagi anak-anak.
1. Untuk membuat tanaman ini bertumbuh, diperlukan 'makanan' yaitu air. Demikian juga saat kita ingin roh kita bertumbuh, diperlukan 'makanan rohani' yaitu firman Tuhan. Makanan ini akan membuat kita bertumbuh semakin baik.
2. Fungsi akar adalah untuk mencari 'makanan'. Saat kami melihat bagian bawahnya, akarnya panjang dan melingkar (karena wadahnya). Dan untuk mencabut tanaman ini tentu saja susah, karena akarnya begitu kuat. Saat kami mencoba mencabut, yang ada kapas yang basah tersebut ikut terangkat. Demikian juga kita, jika 'akar' kita begitu dalam, maka kita tidak akan mudah tercabut dari sumber makanan tersebut.
3. Fungsi batang adalah mengalirkan air menuju daun dan daun akan 'memasak' air tersebut.
4. Karena daun akan memasak makanan, sama seperti kita memasak makanan di kompor yang ada apinya (panas), maka daun butuh panas. Dari mana panas tersebut didapatkan? Dari cahaya matahari.
5. Karena daun membutuhkan cahaya matahari, maka saat diletakkan ke arah yang tidak ada cahaya matahari, daun akan bertumbuh menuju tempat yang ada cahaya matahari. Demikian juga kita, dimanapun kita berada, kita seharusnya bertumbuh menuju 'terang', bukan menuju kegelapan.

2. Eksperimen dengan seledri layu
Eksperimen selanjutnya yang kami lakukan adalah dengan seledri yang dibeli di pasar dalam keadaan layu. Kami akan mengamati apakah yang terjadi jika seledri layu ini diberi air.
Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Seledri layu yang sudah dipotong bagian akarnya.
2. Wadah berisi air.

Untuk menambah keseruan, airnya kami beri pewarna makanan sedikit. Caranya hanyalah dengan meletakkan seledri layu tersebut ke dalam air. Dan dalam waktu sekitar 30 menit, seledri yang tadinya layu, warna hijaunya tidak segar menjadi tegak dan segar.
Kiri: Seledri yang layu. Kanan: seledri yang berdiri tegak dan daunnya segar.
Kesimpulan yang kami dapatkan adalah batang berfungsi mengalirkan makanan ke seluruh bagian tubuh. Saat bagian tubuh yang layu ini mendapatkan makanan, maka semuanya akan segar. Aplikasi rohani yang kami dapatkan adalah saat kita merasa layu, segeralah datang ke 'air yang hidup' maka kita akan disegarkan kembali.

Saya tidak menyangka kegiatan sederhana seperti ini malah memberkati kami yang dewasa. Kami dapat mengajarkan kepada anak-anak bagaimana aplikasi rohani yang dapat diterapkan oleh mereka. Walaupun mereka masih kecil, tetapi tidak ada yang percuma saat kebenaran tersebut dinyatakan. Tentunya namanya juga anak-anak, kadang ingat dan kadang lupa. Tetapi dengan melihat langsung percobaan ini, akan lebih mudah mengingatkan mereka.

Dan ternyata yang semangat saat kami melakukan eksperimen bukan hanya kami loh, tetapi oma dan opa. Oma sampai berkata kita tidak usah beli toge, buat sendiri saja =)) Sedangkan opa yang demen berkebun berkata tanam saja di luar, di sisi yang ada temboknya biar merambat. Alhasil kacang merahnya dipindahkan keluar dan ditanam di tanah =D

Senin, 07 November 2016

Gluten Free Banana Cake


Pembuatan kue ini awalnya karena terjadi kesalahan stock tepung beras di rumah. Waktu itu, setiap bulan puasa saya membuat bubur sumsum dan biji salak untuk dibawa saat acara buka puasa bersama dengan keluarga saya (Ya, keluarga kami cukup dapat mewakili prinsip bhineka tunggal ika di Indonesia). Tiba-tiba opa semangat membeli tepung beras sebanyak 2kg. Jreng-jreng. . . . Mau diapakan ya? Si papa tidak pernah membuat kue dari tepung beras. Akhirnya saya googling, mencari kue yang dapat dibuat dengan tepung beras. 

Tidak banyak orang yang tahu kalau tepung beras merupakan salah satu pengganti tepung terigu bagi orang-orang yang alergi gluten. Saya pun mencoba membuat kue ini dan ternyata disukai anak-anak dan oma opa. Walau kami tidak ada yang alergi gluten, namun tidak ada salahnya membuat kue yang sehat ini. Selain gluten free, kue ini tidak menggunakan ragi, atau pengembang lainnya. 

Kue ini sering sekali kami buat karena termasuk kesukaan anak-anak. Minggu lalu, adik bilang mau buat banana Cake lagi. Pas kebetulan ada pisang ambon yang sudah sangat matang. Kami pun membuat  kembali. 

Bahan:
150 gr tepung beras, ayak terlebih dahulu
100 gr gula jawa
20 gr gula pasir
75 ml minyak goreng
3 butir telur ayam
2 buah (200 gr) pisang matang, haluskan dengan blender (kalau malas, pake alat penghalus kentang)
1/4 sdt vanili bubuk
sedikit garam

Cara Membuat
1. Panaskan dandang terlebih dahulu dengan tutup dibungkus pake kain serbet.
2. Kocok telur, gula, garam dan vanili hingga lembut dan mengembang.
3. Masukkan tepung beras sedikit demi sedikit bergantian dengan minyak goreng dan pisang. Aduk rata dengan spatula.
4. Lakukan sampai semua habis dan tercampur rata.
5. Tuang ke dalam cetakan yang sudah dioles margarin.(bisa juga dengan menggunakan kertas minyak untuk melapisi) 
6. Kukus sampai matang. 

Kali ini kakak yang memegang mixer, sementara saya mengawasi dia. Lumayan lama juga kakak memegang mixer tersebut, latihan supaya terbiasa. Biasanya saya mengukus sekitar 30 menit dan setelah itu mencoba menusuk kue tersebut dengan tusuk gigi. Jika tidak ada yang menempel pada tusuk gigi, berarti matang.

Tips membuat kue ini adalah carilah pisang yang sudah matang sekali sehingga wangi pisang lebih keluar. Yang kami suka adalah rasa gula jawa yang bercampur dengan pisang, hmmm. . . .enak sekali loh. Kalau punya loyang persegi sebetulnya lebih bagus lagi penampilannya. Sayangnya loyang persegi saya tidak muat ke dalam kukusan. 

Selamat mencoba, moms;)

Jumat, 04 November 2016

Trick or Treat?

Pumpkin carve. Sumber foto: livescience.com
Dimulai dari laporan kakak kemarin sore kalau mulai Jumat kemarin Doc Mc Stuffin akan agak seram karena sudah mau Halloween. "Ih, seram tuh!" Kata kakak. Lalu saya iseng bertanya jadi dia mau nonton apa. Memang anak-anak di rumah tahu kalau kami tidak merayakan Halloween ataupun menonton film yang horror. Kakak pun berkata dia mau menonton film tentang pet atau hewan peliharaan saja, kan tidak ada halloweennya. Adik pun menambahkan menonton Barney saja deh. Saya tertawa sambil menunggu pertanyaan mereka selanjutnya. Dan betul saja, mereka bertanya Halloween itu apa sih. Saya mencoba menjawab mereka dengan bahasa yang sederhana, yaitu Halloween merayakan tentang kematian dan roh-roh. Tetapi pertanyaan ini menggelitik saya dan membuat saya ingin mencari tahu lebih lagi tentang Halloween.

Menurut saya, terlepas kita termasuk golongan yang menolak Halloween, menerima Halloween ataupun netral di antaranya, sebagai orang tua kita harus tahu asal-usul mengenai Halloween. Tanpa mengetahui latar belakangnya, seringkali kita akan merasa si A terlalu ekstrim atau si B terlalu bebas. Tetapi dengan mengetahuinya, maka kita pun menjadi lebih bijak dan lebih obyektif dalam segala hal (puitis bener deh bahasanya).

Asal Usul Halloween
Berdasarkan hasil googling, hampir semua orang berkata bahwa perayaan Halloween berasal dari festival yang dirayakan oleh orang Celtic (penduduk Eropa Tengah seperti Irlandia, Scotlandia, British) zaman kuno di abad ke 5 SM. Festival ini bertujuan untuk perayaan akhir tahun musim panen, atau disebut dengan Tahun Baru. Pada masa itu, orang Celtic menganut Paganisme, yaitu kepercayaan yang menyembah dewa-dewa, menggunakan kesempatan ini untuk melakukan festival dengan menyembelih hewan ternak serta menimbun makanan untuk musim dingin.

Orang Gael (orang Irlandia kuno, bagian dari orang Celtic) merayakan perayaan ini juga sebagai hari dimana pembatas antara dunia orang hidup dan orang mati terbuka. Orang mati akan membawa sakit penyakit dan merusak hasil panen yang tentu saja akan membahayakan orang yang hidup (hasil panen rusak berarti mereka tidak akan ada makanan selama musim dingin dan sakit akan membuat mereka juga meninggal). Oleh sebab itu, orang Gael akan membuat api unggun untuk mengusir roh jahat dan membakar tulang-tulang hewan yang mereka potong dan memakai kostum seram agar tidak diganggu oleh orang-orang mati disaat perayaan ini. Perayaan setiap tanggal 31 Oktober ini disebut juga festival Samhain. Festival ini terus berlanjut dan pada abad ke 1 M, orang Romawi mengadopsi festival ini dan juga merayakannya. 

Pada abad ke 7 M, Paus Bonifasius IV menetapkan tanggal 1 November sebagai hari perayaan semua orang kudus untuk menghormati para martir. Perayaan ini bertujuan untuk menghormati mereka yang sudah meninggal dan yang dinyatakan sebagai santo ataupun santa. Pada abad 11 M, ditetapkan bahwa tanggal 2 November adalah hari perayaan semua jiwa umat beriman yang telah meninggal dunia. Sejak saat itu umat Katolik, dan juga gereja Anglican di Inggris, merayakan dua hari tersebut dengan pergi ke pemakaman untuk menyalakan lilin bagi kerabat mereka yang telah meninggal. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ini adalah cara untuk merubah tradisi paganisme yang dilakukan orang Celtic, perayaan akhir musim panen dan perayaan orang meninggal, dan mengarahkan menjadi lebih positif.

Di abad ke 18 orang-orang mulai mengenal istilah Halloween, all hallow eve atau Hallowe'en, yang berarti all hallow evening yang artinya malam hari kudus, yang bertujuan menyambut tanggal 1 November (all saints day) dan 2 November (all soul day). Di malam ini secara tidak resmi mereka mengenang kenyataan tentang kematian. Walaupun perayaan Halloween mulai bergeser dari festival Samhain, tetapi prakteknya pada masyarakat adalah mereka lebih merayakan Halloween dengan cara seperti pada abad ke 5 SM, masa all saints day dan all soul day belum ditetapkan.

Pada tahun 1846, saat orang Irlandia ini bermigrasi ke Amerika Serikat, tradisi ini dibawa oleh mereka dan akhirnya menjadi bagian kebudayaan orang Amerika Serikat. Sekarang Halloween dirayakan di berbagai negara dan lebih dikenal dengan nilai bisnisnya (kostum, makanan, dekorasi yang banyak dijual).

Makna Kostum Seram
Seperti dikatakan di atas bahwa selama Samhain, pembatas antara dunia orang hidup dan orang mati terbuka, maka roh-roh dari orang yang sudah meninggal dapat berada di tengah manusia. Roh ini dapat mengganggu orang-orang yang hidup, bahkan membawa roh si orang yang hidup. Oleh sebab itu dimulailah penggunaan kostum yang menyeramkan agar roh yang datang menganggap si pengguna kostum adalah temannya dan tidak mengganggu si pengguna kostum.  
Kostum tukang sihir, kostum favorit saat Halloween.
Sumber foto: hallowencostumeforall.itsthebuzz.com 
Pumpkin dan Jack o Lantern
Halloween identik dengan pumpkin. Bahkan sebagian orang mengatakan Halloween bukanlah Halloween jika tidak ada pumpkin yang dihias. Simbol Halloween yang diketahui secara universal adalah pumpkin yang diukir membentuk wajah menyeramkan, yang biasanya disebut dengan Jack-o'-lantern. Di dalam Jack-o'-lantern tersebut biasanya diletakkan lilin yang menyala atau lampu agar terlihat lebih seram jika di tempat gelap. Tetapi tidak banyak orang yang mengetahui sejarah dari Jack-o'-lantern. 

Kisah ini dimulai dari seorang petani yang gemar mabuk yang bernama Jack. Suatu ketika, dalam keadaan mabuk ia berniat menipu setan namun apa daya senjata makan tuan. Singkat cerita, saat Jack meninggal, ia ditolak untuk masuk ke neraka ataupun ke surga. Jack hanya dapat berkeliaran di alam kegelapan, di sekitar wilayah api penyucian. Jack membuat lentera dari lobak dengan api yang didapatkan dari batu bara yang dilemparkan iblis dari neraka. Jack menggunakan lentera lobak ini untuk memandu jiwanya. Oleh sebab itu ia disebut Jack of the Lantern, yang disingkat Jack-o'-Lantern. 

Sejak saat itu, bangsa Celtic membuat ukiran lobak, mengisinya dengan lilin, dan ditemparkan di luar rumah setiap tanggal 31 Oktober. Tujuannya adalah untuk membantu arwah-arwah yang tersesat di malam itu untuk kembali pulang. Selain itu lobak diukir menyeramkan juga untuk menakut-nakuti roh-roh agar segera pergi dari rumah tersebut. Ada yang beranggapan bahwa Jack mencari anak-anak untuk menemaninya. Sehingga saat senja, setiap rumah akan menaruh lobak yang berisi cahaya agar Jack tidak mencari anak di rumah tersebut.

Ketika kelaparan melanda Irlandia tahun 1846, banyak orang yang mengungsi ke Amerika. Tradisi Halloween tetap mereka bawa ke benua baru ini. Karena lobak sulit didapat di Amerika, maka mereka menggunakan pumpkin sebagai pengganti. Siapa sangka, pumpkin menjadi lebih populer dibanding lobak saat ini. Mungkin karena warnanya yang menarik dibanding lobak.

Trick or Treat dan permen
Di masa dahulu, saat festival Samhain, roh-roh yang datang menyamar menjadi pengemis ataupun muncul dalam rupa yang tidak sedap dipandang. Mereka akan mengetok rumah dan meminta uang ataupun makanan. Jika mereka pergi dari rumah tersebut dengan tangan kosong, maka si pemilik rumah beresiko mendapatkan kutukan atau dihantui oleh roh jahat.  

Di masa sekarang, tradisi tersebut muncul dalam bentuk kunjungan anak-anak ke rumah orang-orang di lingkungan mereka. Mereka akan berkata trick or treat yang maksudnya adalah meminta permen dan snack yang ada saat Halloween. Jika pemilik rumah memilih treat, maka mereka akan mendapatkan goodies. Terkadang mereka diminta untuk menyanyikan lagu 'soul cakes'  sebelum mendapatkan goodies. Tetapi jika pemilik rumah tidak memberikan, maka rumah atau pekarangan si pemilik rumah akan diberi 'peninggalan' seperti kaca jendela yang diberi air sabun ataupun trick lainnya. Konon katanya dahulu permen itu digunakan untuk menenangkan roh yang datang tersebut. Ternyata permen bukan hanya disukai oleh anak-anak, tetapi juga oleh roh-roh. 

Warna Hitam dan Orange
Ciri khas lainnya dari Halloween adalah dekorasi dengan dominasi warna orange dan hitam. Orange melambangkan akhir dari musim panen (saat musim gugur rata-rata daun berwarna orange), sedangkan hitam melambangkan kematian. 

Perkembangan Halloween di Indonesia
Halloween awalnya sangat terkenal di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Belakangan Halloween juga mulai masuk ke negara-negara di Asia, walau tidak dalam bentuk anak-anak yang datang ke rumah-rumah. Halloween akan dirayakan di mall ataupun di kawasan tertentu. Mereka merayakan dengan menggunakan kostum-kostum seram. Bahkan di Jepang, kostum seram ini disesuaikan dengan hantu Jepang, karena drakula dan vampir kurang terkenal di Jepang mungkin.

Bagaimana dengan di Indonesia? Kurang lebih sama seperti di negara Asia lainnya. Halloween dirayakan di mall, ataupun mungkin komunitas tertentu merayakan di function hall. Kami pernah melihat sekumpulan orang-orang menyewa suatu restoran dan menggunakan kostum aneh-aneh. Dan beberapa waktu lalu, saya membaca salah satu artis yang menikah dengan anak konglomerat Indonesia pun menghias rumahnya dengan dekorasi orange hitam ala Halloween dan mengadakan perayaan dengan teman-temannya. Dengan kata lain, perayaan Halloween di Indonesia lebih sekedar latah dibanding mengerti arti dari Halloween tersebut.

Pandangan Kami terhadap Halloween
Ok, bagian ini masuk ke sisi yang lebih subyektif. Hal ini bukan untuk diperdebatkan karena setiap keluarga mempunyai nilai dan pakem masing-masing. Bagi keluarga kami, kami tidak merayakan Halloween karena asal usulnya. We celebrate the living, not the death. Mengenang keluarga yang sudah meninggal, martir-martir pun boleh, karena dengan mengenang dan menghormati mereka kita pun diingatkan kembali akan perjalanan iman mereka, tetapi bukan dengan kostum yang seram ataupun dekorasi yang menyeramkan.

Beberapa teman saya yang Katolik pun merayakan all saints day dan all soul day tanpa menggunakan kostum aneh-aneh. Sedangkan beberapa teman yang lain merayakan tanggal 31 Oktober sebagai hari reformasi gereja, hari dimana Martin Luther memakukan protesnya yang terkenal sebagai 95 Dalil. Tetapi mereka juga tidak merayakan dengan kostum aneh-aneh. 
Ilustrasi Martin Luther saat memakukan protesnya.
Terlepas dari boleh atau tidak boleh, kita dapat juga menggunakan pilihan berguna atau tidak bagi anak-anak kita. Walau ada yang berkata kan cuma pakai kostum, lucu-lucuan aja. Tetapi menurut kami membiasakan anak memakai kostum seram hanya akan membiasakan si anak berhubungan dengan yang seram-seram tersebut.

Lalu boleh tidak pakai kostum? Boleh saja kok, apalagi di bulan Oktober ini juga dirayakan hari PBB. Nah, bukankah ini lebih seru, menggunakan kostum yang mewakili persatuan? Sedangkan di luar negeri, bagi keluarga yang tidak merayakan Halloween, mereka juga merayakan costume festival bagi anak kecil, dengan kostum yang lucu-lucu. Buat saya lebih baik sih daripada kostum yang seram-seram. 

Sekali lagi, ini adalah opini pribadi, yang berarti masing-masing orang dapat berbeda :) 


Kamis, 27 Oktober 2016

Berkenalan dengan Dokter Moewardi

Minggu lalu kami berkesempatan untuk hadir dalam acara pembukaan pameran mengenai dokter Moewardi. Acara ini diadakan di Museum Sumpah Pemuda. Ini adalah pertama kalinya kami mengunjungi museum ini, walau kami selalu melewati tempat ini. Kali ini dalam rangka menyambut hari Sumpah Pemuda, diadakanlah pameran mengenai dokter Moewardi dari tanggal 20 Oktober - 20 November 2016
Pameran selama sebulan
Pameran ini diadakan di bagian belakang, dan Duo Lynns semangat mau melihat isinya. Walau mereka belum mengenal siapakah dokter Moewardi dan mungkin mereka tidak mengerti juga, tetapi saya cukup senang melihat mereka begitu antusias. 

Mungkin tidak banyak yang pernah mendengar nama dokter Moewardi dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Bagi saya pun nama ini seakan jarang didengar. Tetapi bagi orang daerah Solo nama ini pastilah sering didengar sebagai nama RS di sana. Berikut ringkasan kisah mengenai dokter Moewardi yang kami baca selama pameran.

Dokter Moewardi merupakan salah satu tokoh pergerakan kepanduan di Indonesia. Awalnya saya pun hanya mengetahui nama K.H. Ahmad Dahlan ataupun Sri Sultan sebagai bapak pandu Indonesia. Tetapi ternyata peran Dokter Moewardi dalam dunia kepanduan Indonesia sangatlah besar.

Dokter Moewardi lahir di dusun Randukuning pada 30 Januari 1907 wilayah kotamadya Pati, Jawa Tengah. Beliau merupakan anak ke tujuh dari tiga belas bersaudara. Anak dari pasangan Mas Sastrowardoejo dan Roepeni ini memang cerdas sehingga orang tuanya memasukkan Moewardi muda ke ELS (Europeesche Lagere School). Moewardi melanjutkan kuliahnya di STOVIA (Sekolah kedokteran pada masa itu) dan mengambil spesialis telinga hidung dan kerongkongan (THK). Kalau zaman sekarang disebutnya THT.
Silsilah keluarga Moewardi
Selain kepintarannya dalam bidang akademis, dari masa kecilnya Moewardi menunjukkan kesukaannya pada dunia kepanduan. Bahkan saat dia masih duduk di kelas 5 dan 6 di ELS, Moewardi kecil bergabung dengan organisasi kepanduan Spoorzoeker yang merupakan bagian dari NIPV (Nederlandsche Indische Padvinders Vereniging). Bahkan karena kedisiplinannya, Moewardi sampai diangkat menjadi kepala pasukan. Tetapi karena jiwa nasionalisnya yang tinggi, Moewardi mengundurkan diri karena dia tidak mau bersumpah setia kepada ratu Belanda. 
Kiri: lambang Pramuka Indonesia.
Kanan atas: Lambang kepanduan saat masa Belanda
Kanan bawah: lambang kepanduan dunia
Perlengkapan kepanduan milik Moewardi
Karena ketertarikannya pada dunia kepanduan, maka Moewardi bertekad untuk bergabung dan mendirikan organisasi kepanduan, karena kepanduan mampu membangun watak dan kepribadian pemuda menjadi pribadi yang berjiwa sosial, bergotong royong, dan bermental baja. Moewardi pun bergabung dengan Jong Java. Keterlibatannya dalam Jong Java pun membawa Moewardi menjadi ketua kepanduan di Jong Java dan akhirnya membawanya terlibat dalam Kongres Pemuda pada tahun 1928. Hasil dari kongres Pemuda ini adalah tercetusnya Sumpah Pemuda dan juga persatuan gerakan kepanduan yang selama ini berada dalam bendera masing-masing golongan. 
Kepengurusan Kepanduan saat itu. Dokter Moewardi ditandai dengan x.
Topi Pramuka masa itu.
Selain dalam bidang kepanduan, Moewardi sangat berdedikasi dengan pekerjaannya sebagai dokter. Dokter Moewardi lebih tertarik untuk menjadi dokter dan menolong orang-orang yang tidak mampu dan beliau sering disebut sebagai dokter gembel. Kecintaannya akan dunia kedokteran pun mendorong beliau dan teman-teman mendirikan sekolah kedokteran di Solo.
Peralatan kedokteran untuk memeriksa pendengaran
Peralatan kedokteran dan buku milik dokter Moewardi
Sesudah kemerdekaan, dokter Moewardi pun tetap aktif mempertahankan kemerdekaan walau beliau masih seorang dokter yang aktif membantu orang-orang yang tidak mampu. Tahun 1948, di saat kondisi di Jakarta sangat tidak stabil dan terjadi pertentangan ideologi di dalam negeri, sehingga muncullah pemberontakan-pemberontakan dalam negeri. Saat itu dokter Moewardi merupakan salah satu target penculikan. Pada tanggal 12 September 1948, anak buah dokter Moewardi mendesak dokter Moewardi untuk menetap di Kartasura agar mendapat perlindungan penuh. Tetapi beliau merasa tidak dapat meninggalkan tugasnya sebagai dokter THT. Beliau sangat yakin bahwa tidak akan ada orang Indonesia yang mau membunuh dia. Pada tanggal 13 September 1948, setelah makan pagi bersama dengan keluarganya, beliau bercerita tentang anak buahnya yang diculik dan ditemukan meninggal di Solo. Setelah selesai, beliau pun pamit pada istrinya dan pergi untuk bekerja. Tetapi siapa yang menyangka bahwa setelah itu tidak ada yang dapat menemukan beliau. Besar kemungkinannya beliau diculik dan sampai sekarang tidak ada yang mengetahui kabar beritanya.
Kata-kata dokter Moewardi
Kisah di pameran hanya sampai saat beliau diculik, dan sampai saat ini tidak diketahui siapa yang menculiknya. Ada yang mengatakan dokter Moewardi diculik orang luar, tetap ada juga yang mengatakan beliau diculik oleh para pemberontak dalam negeri. Sedih sekali membacanya. Betapa tidak, sosok yang begitu luar biasa hilang begitu saja tanpa kabar sampai sekarang. Mungkin jika beliau tidak diculik, beliau yang akan disebut bapak pandu Indonesia, mengingat sumbangsihnya dalam dunia kepramukaan.
Rumah dinas dokter Moewardi dan bagian RS yangsekarang menjadi mall Paragon Solo.
Apakah anak-anak mengerti kisah mereka? Belum tentu juga, tetapi mengenalkan sejarah dari kecil tentunya merupakan hal yang penting. Yang saya lihat, mereka menikmati melihat alat-alat kedokteran, kepanduan, dan gambar Hoka-Hoka Bento =D

Museum Sumpah Pemuda
Jl. Kramat Raya No. 106
Jakarta 10420 Indonesia
Telp. (62-021) 3103217, 3154546
Fax. (62-021) 3154546
e-mail : museumsumpahpemuda@yahoo.com
http://www.museumsumpahpemuda.com
Jam operasional: 08.00 - 15.00, tutup di hari Senin.
HTM: Rp 2.000 - Rp 3.000,00

Jumat, 21 Oktober 2016

Mari Bermain Tie Dye dengan Tisyu

Tie Dye
Beberapa waktu lalu, saat kami mengikuti Habibie Festival, anak-anak senang sekali mendatangi corner Batik Keris dan membatik di sana. Karena senang sekali, anak-anak pun bertanya dimana mereka dapat mempelajari mengenai cara membatik. Memang membatik merupakan kegiatan menyenangkan. Mereka bisa berkreasi sesuka mereka dan memadukan warna yang ada.

Melihat minat mereka, akhirnya kami memutuskan untuk membuat batik sederhana dengan cara mencelup. Cara pembuatan ini sering digunakan dalam Tie Dye. Tie Dye sebenarnya adalah teknik pembuatan motif sekaligus pewarnaan dengan teknik ikat celup. Biasanya sering kita lihat pada baju-baju batik. Cara membuat batik seperti ini sering dikenal sebagai batik jumputan di daerah Jawa, sasirangan di daerah Banjarmasin, dan pelangi di daerah Palembang. Biasanya pembuatannya menggunakan kelereng ataupun koin logam yang diletakkan di salah satu bagian lalu diikat.
Batik jumputan. Sumber foto: kencanabatik.com
Untuk memudahkan anak-anak, saya hanya menggunakan tisyu saja dan hanya dengan mencelup saja. Tujuannya untuk mengenalkan pembuatan batik secara sederhana dan membuat mereka melihat penyerapan air di tisyu. Apa saja sih yang dibutuhkan?

Alat dan Bahan:
- Kertas tisyu warna putih, kalau bisa pilihlah kertas tisyu yang agak tebal (seperti tisyu untuk makan).
- Pewarna makanan, bisa tiga atau empat.
- Wadah-wadah sesuai kebutuhan.
- Koran untuk alas.
Bahan yang diperlukan.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Siapkan wadah-wadah yang ada dan isilah dengan air secukupnya.
2. Teteskan pewarna makanan secukupnya, aduk hingga rata.
3. Lipat tisyu yang ada sampai membentuk segitiga yang kecil.
4. Celupkan salah satu sudut yang ada ke dalam wadah yang ada, kemudian celupkan sudut yang lain ke wadah dengan warna berbeda, dan seterusnya.
5. Jika sudah, bukalah tisyu tersebut, dan letakkan di atas koran.
6. Biarkan hingga mengering.
Motif yang ada sesudah kering.
Saat menunggu proses pengeringan, anak-anak dapat melihat warna yang berjalan pada tisyu dan merubah tisyu yang tadinya putih menjadi ada warnanya. Kami waktu itu meletakkan tisyu di bawah AC dengan harapan cepat kering, tetapi jadinya ada beberapa bagian yang masih putih. Anak-anak bahkan sempat membuat bentuk bujur sangkar juga. Hasilnya lucu juga sih. Dan karena sudah bagian terakhir, saya membebaskan mereka mencelupkan ke dua warna yang berbeda, hijau dan kuning yang menjadi hijau kekuning-kuningan dan merah dan kuning yang menjadi orange muda.
Dua motif di atas adalah bujur sangkar.
Cukup mudah bagi anak-anak dan motifnya pun bermacam-macam. Selamat mencoba ya moms....:)
Seperti bunga ya jadinya :)

Jumat, 14 Oktober 2016

Another Day Off

Day off lagi? Kenapa tidak? Kan waktu dalam homeschooling fleksibel. Hehehe. Kali ini giliran kami day off karena kakak mau membuat kue ulang tahunnya sendiri? Agak antik bukan? Saat saya mendengar request ini pun saya agak terheran-heran. Sebulan sebelum kakak ulang tahun, dia melihat gambar-gambar di buku masak, lalu mendekati saya dan berkata: "Mom, I want you to make the castle cake for my birthday and I want to decorate it. And I want to make my birthday card." 

Seketika itu juga, pusinglah kepala saya. Pada dasarnya saya bukan penggemar kue karena saya tidak begitu suka makanan manis. Membuatnya sih masih senang, tapi kan tidak mungkin membuat tapi tidak dimakan. Dan sejujurnya yang suka makan kue itu adalah papanya anak-anak, dan yang lebih duluan suka membuat kue adalah si papa. Saya lebih suka membuat kue yang tidak manis atau yang ada keju. Maka saya mencoba membujuk kakak dengan kue yang lain ataupun beli kue kesukaan semua orang di rumah, yaitu fruit fair dari Eaton. Tapi sayangnya si kakak keukeuh harus castle cake, made by mom, decorated by us.

Akhirnya mamanya mengalah, sambil berkata kepada kakak kalau dekorasinya tidak sama seperti yang digambar. Kakak berkata ok. Bagi dia yang penting dia dapat mendekorasi kuenya.

Pas hari ulang tahun, karena perut kakak sedang lucu, maka aktivitas membuat kue ditunda. Jadi dia hanya membuat kartu ulang tahun sendiri, yang juga antik buat saya. Intinya sih buat kakak adalah dia ingin membuat sendiri yang berhubungan dengan ulang tahunnya.

Berhubung ulang tahun kakak jatuh di bulan yang sama dengan si papa, maka castle cake itu dibuat saat papa ulang tahun. Dari urusan mengayak tepung, menggunakan mixer, semua dilakukan oleh Duo Lynns (sambil mamanya mengawasi tentunya). 
Pose dengan cream
Setelah kuenya dingin, saya melapisi dengan cream dan anak-anak menghias kue mereka. Acara menghias kue ini pun dipenuhi dengan ocehan teriakan-teriakan kecil karena adik iseng menoel creamnya. Bahkan mereka sibuk bertanya kapan mereka boleh makan. Akhirnya jadi juga kuenya.

Mungkin castle cake ini tidak seindah yang lain, tetapi saya cukup berbahagia karena ide ini muncul dari anak-anak, walau membuat mamanya pusing. Apa harapan kami untuk kakak yang berulang tahun? Bagi kami, kami bahagia jika anak-anak dapat melakukan segala sesuatu dengan excellent, mandiri dan sukses, tapi kami lebih berharap anak-anak ini bertumbuh dalam kasih karuniaNya dan memiliki karakter Ilahi :)
Castle cake, hasil kerjasama Duo Lynns dan mama. I'm a blessed mom.
Melihat kue ini, adik tidak mau ketinggalan. Dari sekarang dia sudah bilang di ulang tahunnya nanti, dia mau buat castle cake seperti punya kakak. Walah.....=))

Kamis, 06 Oktober 2016

10 Tips Homeschool Anak-Anak yang Berbeda Umur


Bulan lalu, saat mengantar anak les balet, ada seorang oma yang bertanya kepada saya dimana Duo Lynns sekolah. Si oma bertanya karena menurut oma anak-anak begitu manis, well behave, dan pintar (oma...oma kan tidak melihat kalau mereka sedang berulah :D). Saya mengatakan kepada si oma bahwa anak-anak belajar di rumah. Si oma dengan muka kaget dan bingung bertanya bagaimana caranya mengurus rumah dan juga mengajar anak. Lalu si oma juga bercerita bahwa jika anaknya (ibu dari cucunya oma) pulang kerja dan mendapati cucunya si oma belum selesai PR atau tidak mengerti pelajaran langsung emosi. Padahal si cucu sudah les sama orang lain, anak si oma masih tidak perlu mengajar lagi. Itu saja masih marah-marah saat pulang ke rumah (mungkin emosi karena sudah bayar les pelajaran mahal-mahal tetapi kok anaknya tidak mengerti juga, oma). Apalagi kalau mengajar anak sendiri, tidak terbayang repotnya dan senewennya, kata si oma. Hmm....kadang-kadang rasanya kepala ini juga mau meledak kok oma =)) Lalu saya menceritakan bagaimana saya mengurus semua hal sekaligus, apalagi saat kakak baru mulai dan adik masih umur 1 tahun yang pecicilan tingkat tinggi. 

Lalu beberapa minggu lalu, saat les juga, ada ibu-ibu yang bertanya Duo Lynns sekolah di mana. Saya jawab lagi kalau mereka homeschool. Lalu ibu-ibu ini berkata bahwa mereka salut pada orang tua yang berani memilih homeschool. Mereka sendiri ingin tetapi merasa tidak sanggup untuk mengajar anak-anaknya, padahal anak mereka hanya satu. Mereka tidak dapat membayangkan kalau anak mereka dua, beda umurnya dekat pula, dan harus mengajar kedua anak mereka. 

Memang sih mengajar dua orang yang jaraknya dekat, apalagi kalau saat mulai usia adiknya masih 1 tahun lebih yang lagi nelitis kalau kata orang Jawa, alias tidak bisa diam, merupakan suatu tantangan tersendiri. Apalagi masih ditambah lagi harus mengurus rumah dan anggota keluarga yang lain. Tetapi karena saya merasa ini adalah panggilan saya, dengan pertolonganNya, semua dapat berjalan (walau terkadang ada drama di tengah perjalanan).

Tetapi menyadari homeschooling adalah panggilan saja tidaklah cukup. Kita perlu manajemen yang baik, strategi, dan juga perencanaan yang sesuai dengan keadaan kita. Bagaimana caranya supaya orang tua, khususnya mamanya, tidak mabok dengan urusan mengajar anak dan urusan rumah, terutama jika anak yang diajar berbeda usia yang dekat? Berdasarkan pengalaman saya, dan juga hasil mengamati keluarga yang anaknya lumayan banyak, saya menyimpulkan beberapa hal berikut.

1. Buatlah rutin yang jelas setiap harinya.
Saat kakak mulai homeschool, saya membuat rutin yang jelas setiap harinya. Dengan adanya rutin ini, anak-anak terbiasa untuk mengetahui kegiatan apa yang akan ada selanjutnya. Dimulai dengan doa pagi bersama, urusan sarapan pagi (mamanya sibuk masak), lalu waktunya untuk belajar. Belajar pun dimulai dari morning devotion bersama, sehingga adik yang saat itu masih 1 tahun lebih dapat ikut terlibat. Pernah suatu hari, saat liburan, kakak sibuk meminta untuk belajar, karena sudah terbiasa dengan rutin yang ada. Berarti rutin yang ada cukup membantu.

2. Buatlah kesepakatan dengan anak dan jika ada perubahan, beritahukan terlebih dahulu.
Namanya juga anak-anak, pastilah unsur mood itu ada pada mereka. Kita saja yang sudah dewasa bisa tergantung mood juga. Untuk mencegah drama dalam proses belajar mengajar, saya lebih suka membuat kesepakatan atau aturan di awal. Dengan demikian, jika tiba-tiba ada drama untuk mengambil kekuasaan (anak-anak pada umumnya senang merasa mereka punya power atas orang lain), saya dapat berkata bahwa kita sudah ada kesepakatan dari awal yang harus ditaati.
Hal ini berlaku juga jika kami ada urusan atau kami merencanakan untuk pergi keesokan harinya sehingga anak-anak tidak belajar atau hanya mengerjakan aktivitas tertentu, saya lebih suka untuk menginformasikan di awal. 

3. Libatkan saudaranya yang masih kecil dalam proses pembelajaran.
Saat kami memulai homeschooling, usia adik saat itu adalah 15 bulan. Tentunya usia dimana anak sangat pecicilan. Karena kakak memulai homeschooling dengan cerita karakter, buku pengetahuan dasar, dan lagu-lagu yang membantu dia mengenal phonics dan number, maka saya mengajak adik untuk mendengarkan cerita bersama kakak dan mendengarkan kakak bernyanyi. Jika adik lagi rewel dan tidak mau diam, terkadang saya memberikan mainan yang dapat dimainkan adik tetapi tidak membuat kakak ingin ikut main. Prinsip saya adalah adik ikut mendengarkan cerita dan tidak memegang gadget apapun. Karena gadget untuk membuat diam anak kecil dapat menjadi senjata makan tuan di kemudian hari.

4. Buat aktivitas yang dapat dilakukan bersama
Hal yang paling sering saya lakukan adalah membuat aktivitas yang dapat dilakukan bersama-sama. Terkadang standard untuk kakak jadi diturunkan dan standard untuk adik jadi dinaikkan supaya dapat melakukan suatu aktivitas. Terkadang dengan aktivitas yang sama, kegiatan yang dilakukan atau bobotnya disesuaikan dengan umurnya. Misal kakak diminta menggunting gambarnya dan menempel, sedang adik tinggal menempel. Karena saat itu saya mengurus semua sendiri, maka sebisa mungkin saya mencari aktivitas yang visible, bukan hanya untuk anaknya tetapi juga untuk mamanya.
Kapan menyiapkannya? Saya terbiasa menyiapkannya di malam hari, setelah anak-anak tidur. Lebih tenang dan tidak banyak gangguan.

5. Get organized.
Perencanaan itu perlu. Kita tidak dapat mengatakan kegiatan belajar mengajar harus sealami mungkin dan mengalir sesuai keadaan. Buatlah jadwal apa saja yang ingin kita bagikan kepada anak-anak dan juga apa saja yang harus kita urus di rumah dan di tempat lainnya. Jadwal membantu kita saat kita sedang hectic dengan anak-anak dan ulahnya yang selangit. Kalau sedang hectic kan tiba-tiba kita bisa lupa, dengan adanya jadwal, kita tetap tahu apa yang harus dilakukan setelah ini.Biasanya saya juga membuat list things to do. Jadi setiap teringat hal apa yang harus dilakukan, saya akan langsung membuka notes di handphone dan mencatatnya. Lumayan membantu loh, apalagi kesibukan dengan anak dapat membuat kita lupa hal-hal kecil.

6. Sediakan waktu sedikitnya 10 menit dengan setiap anak untuk menjelaskan dan berilah 'pekerjaan' kepada anak yang lainnya.
Saat adik sudah masuk usia untuk belajar, homeschooling yang sesungguhnya mulai berjalan. Dengan dua anak yang berbeda umur belajar bersama, kita berarti mempunyai tanggung jawab tambahan untuk membuat mereka menangkap semua yang kita sampaikan. Biasanya, saya akan memulai pelajaran dengan devotion (lagi) dari flash card CCC mereka. Setelah itu, saya akan meminta kakak atau adik mengerjakan lembar soal (dari materi sebelumnya atau materi hari ini jika mudah) ataupun daily drill yang ada terlebih dahulu, sementara saya menjelaskan yang satunya lagi mengenai konsep yang harus ditangkap olehnya, inti suatu pelajaran, atau pertanyaan yang agak sulit selama kurang lebih 10 - 15 menit. Jika sudah menangkap konsepnya, maka gantian anak yang tadi mengerjakan lembar soal mendapatkan penjelasan tentang konsep yang harus ditangkap. 

7. Ajar anak supaya menghargai satu dengan yang lain.
Saya terbiasa mengajarkan anak-anak untuk menghargai saudaranya dengan cara yang sederhana. Yang sedang mengerjakan soal atau belajar harus belajar untuk tetap fokus, apapun yang terjadi. Sedang yang sudah selesai harus belajar menghargai orang yang sedang belajar dengan tidak membuat keributan. Dengan demikian mereka belajar untuk tidak mengganggu dan tidak terganggu dengan keadaan.
Nah, biasanya yang namanya kakak senang membantu adiknya. Jadi kalau saya bertanya kepada adik, kakak suka ingin memberi tahu jawabannya dengan alasan dia mau membantu adiknya. Saya berkata bahwa hal yang baik jika kita membantu yang lain. Tetapi saya mengingatkan kakak bahwa bantuan yang tidak pada waktunya dan tidak pada tempatnya bukannya menolong tetapi membuat adik menjadi tidak bisa. Biasanya sih saya ceritakan kisah kupu-kupu yang berada di dalam kepompong dan ada manusia yang tidak sabar atau kasihan melihat kupu-kupu tersebut dan berusaha membantu membuka kepompong tersebut. Akibatnya kupu-kupu tidak dapat terbang. Dengan kata lain, kita juga harus belajar bersabar menunggu saudara yang lain saat belajar :)

8. Untuk urusan rumah, bekerja samalah dengan anak-anak dan suami.
Urusan rumah merupakan pekerjaan yang tidak ada habisnya. Apalagi kalau punya anak kecil. Bersyukurnya kami karena kami mengajarkan anak-anak untuk merapikan mainannya sendiri dari sejak mereka kecil. Diawali dengan membereskan mainan saat mereka belum dapat berjalan. Jika mereka ingin bermain yang lain, saya mengajak anak-anak untuk memasukkan mainan ke kotaknya terlebih dahulu baru mengambil mainan yang baru. Dengan demikian mereka tahu kalau mau ganti mainan, harus membereskan yang sebelumnya. Demikian juga dengan urusan seperti mencuci piring, menyapu dan sebagainya. Sedang untuk urusan yang besar, bekerja sama dengan suami cukup membantu. Saya sebetulnya tipe orang yang lebih suka tidak merepotkan orang lain. Sebisa mungkin mengerjakan urusan rumah sendiri. Bersyukurnya si papa termasuk tipe yang suka membantu urusan rumah.

9. Akhiri hari dengan doa dan me-review kegiatan hari ini.
Kami terbiasa berdoa bersama sebelum tidur di malam hari. Dan biasanya kami me-review kegiatan kami dalam doa kami, bersyukur kalau kami boleh jalan-jalan (walau cuma ke supermarket ataupun ke toko buku) dan bersyukur untuk semua yang kami lakukan bersama-sama (walau kadang anak-anak akan bilang sorry God because I did that before). Ternyata hasil dari me-review kegiatan saat berdoa itu membantu anak-anak untuk lebih bekerjasama di keesokan harinya. Apa manfaatnya untuk kita sebagai mama yang seharian berkutat dengan rumah dan anak? Review di dalam doa mengingatkan kita walau saat menjalankan seluruh kegiatan hari ini terkadang kita lelah, tapi ternyata kelelahan hari ini selesai juga dan walau saya merasa tidak mampu, tetapi kasih karuniaNya cukup bagi saya. Setidaknya saya merasa begitu sih =))

10. Belajar untuk fleksibel.
Saya termasuk tipe orang yang perfeksionis terhadap diri sendiri dan mudah fleksibel terhadap orang lain. Akibatnya, di saat adik mulai homeschooling, terkadang saya pusing karena hal yang saya lakukan tidak sesuai dengan ekspektasi yang saya inginkan. Bersyukurnya saya pun ikut belajar bersama kakak mengenai kualitas karakter flexibility. Saya belajar untuk lebih fleksibel dengan diri sendiri. Salah satu contohnya adalah waktu belajar.
Kalau biasanya belajar dimulai setelah makan pagi, tetapi sejak adik ikutan belajar dan kakak kelas satu, maka sekarang waktu belajar kami dipecah. Setelah kakak dan adik morning devotion, maka kakak mengerjakan latihan soal. Sementara adik melakukan aktivitas lainnya. Setelah selesai, mereka ada break dan saya mengurus dapur. Setelah selesai dengan urusan dapur, maka kami kembali belajar atau melakukan aktivitas seperti membuat craft atau memasak.
Bagaimana jika sudah menjelaskan, tetapi rasanya kok anaknya tidak mengerti juga? Ingatlah bahwa setiap anak dewasa pada umur-umur yang berbeda-beda. Terkadang mereka belum mengerti bukan karena mereka malas sehingga tidak dapat, tetapi karena masalah kurang memperhatikan atau masalah kesiapan atau readiness issue. Dengan demikian, kita sebagai pengajar harus mencoba fleksibel dengan si anak. Entah mungkin metode kita yang harus dirubah atau menunggu hingga anak sudah siap dan cukup umurnya untuk betul-betul menangkap materi ataupun nasihat yang disampaikan.

Tentunya mengajar anak yang usianya bervariasi sambil mengurus rumah, dan anggota keluarga yang lain, cukup menyita waktu. Tetapi yakinlah setiap kerepotan yang ada membuat anggota keluarga menjadi lebih erat. Salah satu penghibur saya saat merasa lelah adalah menyanyikan lagu Roman 8:28 :)

And we know that in all things God works for the good of those who love Him, who have been called according to His purpose~Roman 8:28


Sumber foto: chdrc.ucd.ie