Rabu, 22 November 2017

Monthly meeting: What Will You See at the Zoo?

Bulan yang lalu pertemuan komunitas homeschool kami bertemakan binatang. Berbicara tentang binatang, rasanya tempat yang paling sering dikunjungi oleh anak-anak adalah kebun binatang. Walau rasanya yang dilihat hanya ya itu itu saja, namun anak-anak tetap semangat melihat binatang-binatang di kebun binatang. Bahkan di beberapa negara empat musim, salah satu atraksi saat musim dingin adalah Zoo Light

Acara bertemu binatang pun sudah beberapa kali kami lakukan bersama dengan komunitas ini, seperti jalan-jalan ke Taman Safari, memberi makan binatang di kuntum nursery dan melihat hewan laut di Seaworld.  Kunjungan kami yang terakhir adalah ke Batu Secret Zoo. Namun saat mendengar tentang tema binatang, anak-anak dengan semangat bertanya apakah kita akan ke kebun binatang kembali. Memang awalnya PIC bulan lalu, auntie T, sempat memberikan ide untuk jalan-jalan ke kebun binatang. Namun mengingat bulan Desember CCHC mau pentas drama, maka kami memutuskan tidak kelayapan dan menggunakan waktu pertemuan untuk berlatih. 

Di hari pertemuan, kami datang telat. Entah mengapa, tiba-tiba jalan yang biasanya kami lewati semuanya macet dan jalan yang kami lalui pun sempat ditutup karena ada pejabat lewat. Untuk mengalihkan perhatian anka-anak dari macet, kami sempat membahas hewan apa saja yang menunjukkan karakter patience atau sabar, sesuai dengan karakter yang kami pelajari bulan lalu. Kami membahas kupu-kupu, kura-kura, dan juga menyanyikan lagu tentang siput yang sabar. Akhirnya kami berhasil tiba di tempat tujuan kami. Saat kami tiba di sana, pertemuan sudah dimulai. Anak-anak diajak untuk menebak hewan-hewan apa saja yang ada di kebun binatang. 
Auntie T sedang menjelaskan tentang apa saja yang ada di kebun binatang.
Setelah itu, anak-anak diajak untuk membuat buku tentang apa yang mereka lihat di kebun binatang. Setiap anak mendapatkan kertas bergambar binatang-binatang yang ada di kebun binatang. Mereka diminta untuk mewarnai semua gambar tersebut. Setelah itu mereka akan menggunting dan menempelkannya di buku yang sudah disediakan. 
Keseruan anak-anak mewarnai, menggunting, dan menempel.
Acara mewarnai cukup seru karena imajinasi anak-anak yang bervariasi. Ada monyet warna pink, ada gajah warna hijau, dan sebagainya. Setelah selesai membuat buku, kami pun mempersiapkan diri untuk latihan. Tentunya latihan ini bukan hal yang mudah karena banyaknya anak yang bervariasi umur dan sifatnya. Tetapi seperti karakter yang kami pelajari, ini adalah salah satu cara kami melatih kesabaran :)
Buku tentang binatang :)



Senin, 13 November 2017

Emma Poeradiredja, Pejuang Emansipasi Wanita


Bulan Oktober diperingati sebagai bulan peringatan Sumpah Pemuda. Biasanya di bulan ini Museum Sumpah Pemuda mengadakan pameran mengenai tokoh-tokoh yang terlibat dalam perumusan Sumpah Pemuda, yang tidak terlalu dikenal oleh semua orang. Tahun lalu, Museum Sumpah Pemuda membahas tentang dokter Moewardi. Tahun ini, Museum Sumpah Pemuda memilih Emma Poeradiredja sebagai tokoh wanita tiga zaman yang memberikan sumbangsih bagi bangsa Indonesia. 

Awalnya kami diundang untuk menghadiri acara pembukaan pameran ini. Namun apa daya karena ada pertemuan bulanan homeschool dan kesibukan anak-anak dalam pentas balet mereka, kami tidak dapat hadir saat pembukaan. Setelah meluangkan waktu, dan pertanyaan anak-anak kapan ke Museum Sumpah Pemuda, kami pun mengunjungi museum seminggu setelah pameran dibuka. 

Siapakah Emma Poeradiredja? Tokoh yang mempunyai nama asli Raden Rachmat'ulhadiah Poeradiredja merupakan tokoh yang terlibat dalam perumusan Sumpah Pemuda dan berperan dalam pergerakan emansipasi wanita dan aktivis sosial. Beliau lahir di Cilimus, Kuningan Jawa Barat pada tanggal 13 Agustus 1902. Emma merupakan putri pertama empat bersaudara. Ayahnya bernama Raden Kardata Poeradiredja dan ibunya bernama Siti Djariyah. Nama Emma digunakan karena Emma sangat menyukai ratu Emma.

Masa Penjajahan Belanda
Tidak seperti anak perempuan pada zamannya, Emma berkesempatan mendapatkan pendidikan yang terbaik. Awal pendidikannya, Emma bersekolah di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada tahun 1910 sampai 1917 di Tasikmalaya. Selanjutnya, Emma sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Bandung pada 1918 kemudian pindah ke MULO Salemba di Batavia.
Barang-barang peninggalan Emma, dari medali, perlengkapan pribadi, baju, piagam, dan rapot sekolah.
Ketika masih duduk di kelas satu MULO, Emma sudah masuk menjadi anggota Bond Inlandsche Studeerend (BIS), kemudian pada tahun 1918 Emma menjadi anggota Jong Java. Setelah lulus dari MULO pada 1921, Emma mengikuti ujian dinas Staatspoorwegen (SS) kemudian mulai bekerja di perusahaan kereta api tersebut. Walaupun sudah bekerja, Emma masih aktif mengikuti kegiatan organisasi. Pada tahun 1925 Emma menjadi anggota Jong Islamiten Bond (JIB) dan menjadi ketua JIB cabang Bandung. Saat Kongres Pemuda Pertama pada 30 April 1962 sampai 2 Mei 1926, Emma hadir sebagai wakil dari JIB. Emma pun hadir saat Kongres Pemuda II yang dilaksanakan di Gedung Khatolieke Jongelingen Bond pada tanggal 27 Oktober 1928. Bahkan saat perumusan Sumpah Pemuda pun Emma hadir.
Bendera JIB
Selain aktif berorganisasi, Emma pun aktif dalam gerakan memajukan kaum perempuan. Emma  aktif di kegiatan kepanduan putri dari tahun 1925 - 1940. Emma mendirikan organisasi wanita Dameskring pada tahun 1927. Emma juga mendirikan Pasundan Istri (PASI) pada 30 April 1930. Ia menjadi penggagas undang-undang perkawinan untuk melindungi para perempuan.
Salah satu bagian dalam pameran, kuiz untuk pengunjung.
Masa Penjajahan Jepang
Memasuki masa penjajahan Jepang, setiap kegiatan organisasi mulai dibatasi. Semua organisasi politik ataupun organisasi sosial harus dibubarkan, termasuk PASI. Pada masa itu hanya organisasi yang berguna bagi kepentingan pemerintahan Jepang yang boleh ada. Salah satunya adalah Fujinkai yang merupakan organisasi pertahanan khusus perempuan. Emma Poeradiredja pun terjun ke dalam organisasi ini dan menjabat sebagai wakil. 

Masa Setelah Merdeka
Emma aktif di dalam berbagai kegiatan sosial. Pada tahun 1949, Emma mendirikan organisasi pekerja Kereta Api yaitu Yayasan Fonds Kecelakaan Pegawai Kereta Api (YFKPKA), yang kemudian berubah nama menjadi Yayasan Kematian Warga Kereta Api (YKWKA). Bentuk kepedulian Emma tidak berhenti sampai situ saja. Pada tahun 1951 Emma membentuk Yayasan Badan Sosial Pusat Buruh Kereta Api. Pada tahun 1952, Emma terpilih sebagai Wakil Kongres Wanita Indonesia pada seminar tentang "The Status of Women in South East Asia". Pada tahun 1956, Emma mendirikan Rumah Sakit Bersalin yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Kartu anggota yang dimiliki Emma.
Pada tahun 1958 Emma mendapatkan kesempatan untuk belajar selama enam bulan di School For Workers The University of Wisconsin di negara paman Sam, Amerika Serikat. Disana Emma mempelajari administrasi kesejahteraan pegawai, terutama yang berhubungan dengan perkoperasian. Setelah menyelesaikan kursusnya, ia mendapatkan Certificate of Achievement di bidang Cooperative Administration.
Certificate of Achievement
Pada tahun 1967 Emma mendirikan Yayasan Bina Kerta Raharja Karyawan Kereta Api dan menjadi direktur yayasan tersebut sampai tahun 1976. Selain itu, Emma menjadi penasihan dan pelindung di organisasi Ikatan Wanita Kereta Api.
Kiri atas: Emma dengan Presiden Soeharto. Kiri bawah: Emma saat belajar di Amerika Serikat.
Kanan: Emma dengan sahabatnya.
Berfoto dengan penghargaan-penghargaan yang diterima Emma.
Perjalanan kami di pameran Museum Sumpah Pemuda hampir selesai, yang berarti kisah Emma yang kami baca pun sudah hampir selesai atau mendekati akhir hidupnya. Pada tanggal 13 April 1976, Emma jatuh sakit. Emma meninggal pada tanggal 19 April 1976 pada pukul 13.20 di RS Hasan Sadikin. Beliau dikebumikan pada tanggal 20 April 1976 di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.
Prosesi pemakaman Emma Poeradiredja.
Di akhir pameran terdapat dinding yang boleh ditempel post-it yang berisi pesan dan kesan. Awalnya Duo Lyyns ingin menulis. Namun kertas post-it habis sehingga kami hanya dapat melihat apa saja pesan dan kesan pengunjung yang datang. Cukup unik juga. Karena museum ini didatangi oleh anak-anak dari sekolah-sekolah juga, maka pesannya pun bervariasi, dari yang bermakna sampai yang versi anak zaman now.
Kesan Pesan pengunjung yang melihat pameran.
Saat kami datang, museum sedang penuh dengan anak SD yang mengadakan kunjungan. Kami cukup terkaget-kaget karena anak-anak kecil ini hampir semuanya membawa smartphone. Mereka asyik selfie, berfoto bersama, streaming menonton boyband Indonesia, main game, dan bahkan menggunakan boomerang. Padahal sepertinya mereka masih kelas 4. Memang anak zaman now =D Bagaimana dengan pengajarnya? Hampir sebagian besar guru mereka sedang bersantai dengan handphone dan leyeh-leyeh di bawah pohon. Mungkin memang sudah waktu bebas bagi anak-anak ini, dan juga gurunya.
Anak SD yang sibuk bermain game dan menonton.
Kunjungan kami di museum ini diakhiri dengan melihat biola WR Soepratman dan kisah heroik dibalik penyimpanan CD lagu Indonesia Raya oleh Yo Kim Tjan. Senang rasanya melihat perjuangan kemerdekaan Indonesia ini tidak hanya dilakukan oleh salah satu suku, namun oleh berbagai suku dan etnis yang ada di Indonesia yang merasa sebagai warga negara Indonesia, apapun warna kulit dan agamanya. Kunjungan ke sini selalu dipenuhi dengan cara sederhana mengajarkan sejarah Indonesia kepada anak-anak melalui tokoh-tokoh yang selama ini jarang dibahas di buku sejarah Indonesia.
Goodie Bag yang kami dapatkan, walau tidak hadir di pembukaan pameran. Terima kasih :)
Pameran mengenai Emma Poeradiredja akan berlangsung sampai 26 November 2017. Tentunya setiap hari museum ini ramai dengan sekolahan-sekolahan yang mengadakan kunjungan ke sini.

Museum Sumpah Pemuda
Jl. Kramat Raya No. 106
Jakarta 10420 Indonesia
Telp. (62-021) 3103217, 3154546
Fax. (62-021) 3154546
e-mail : museumsumpahpemuda@yahoo.com
http://www.museumsumpahpemuda.com
Jam operasional: 08.00 - 15.00, tutup di hari Senin.
HTM: Rp 1.000 - Rp 2.000,00
Bangga menjadi anak Pramuka :)

Kamis, 09 November 2017

Craft Patience: Kupu-Kupu yang Sabar


Pembahasan karakter kami bulan lalu adalah patience atau sabar. Patience atau sabar didefinisikan sebagai menerima segala situasi sulit yang Tuhan izinkan terjadi tanpa mengeluh. Hal ini tentu tidak mudah, karena secara lahiriah, kita ingin setiap keadaan yang sulit segera berlalu. Kesabaran berarti kita mampu menghadapi semuanya tanpa mengeluh karena kita tahu persoalan akan membuat kita sabar, dan buah dari kesabaran ini adalah pengalaman untuk menghadapi suatu keadaan, dan saat kita sabar, kita belajar berharap hanya pada Tuhan.  

Dalam membahas karakter ini, ada dua kegiatan yang kami lakukan. Pertama kami melakukan kegiatan tea time. Di kegiatan ini kami menikmati sore hari kami dengan minum hot chocolate. Hot chocolate ini dibuat dengan air baru mendidih. Anak-anak diminta untuk mengaduk coklat panas mereka. Tentu saja mereka melakukannya dengan semangat, membayangkan akan meminum coklat panas ini. Namun setelah selesai mengaduk, mereka sedikit kecewa karena tidak dapat langsung menikmati coklat panas tersebut.
Tea time kami :)
Mengapa? Karena air yang mendidih ini akan susah untuk diminum. Saya pun menjelaskan bahwa sabar sangat diperlukan. Jika mereka memaksa untuk meminum sekarang juga, akibatnya tenggorokan mereka akan sakit, lidah mereka juga akan sakit karena air yang sangat panas tersebut. Tetapi kalau mereka mau menunggu, maka mereka dapat menikmati coklat hangat. Untuk kesabaran mereka menunggu coklat panas ini menjadi coklat hangat, saya memberikan reward kepada mereka untuk makan cemilan saat minum coklat panas. 

Kegiatan kedua kami adalah membuat hiasan dan jepit rambut kupu-kupu. Kupu-kupu adalah salah satu serangga favorit anak perempuan. Warna sayap yang berwarna-warni membuat kita semua melihat kupu-kupu begitu indah. Namun untuk menjadi seindah itu, pastilah dibutuhkan proses dan waktu. Dari ulat menjadi kupu-kupu membutuhkan waktu dimana ulat tersebut berada di dalam kepompong. Jika tidak sabar, maka alih-alih menjadi kupu-kupu yang cantik, maka ulat tersebut tidak akan mungkin menjadi kupu-kupu.

Bahan apa saja yang diperlukan? 
1. Kain flannel warna - warni. 
2. Pipe cleaner, potong jadi dua. 
3. Pita. 
4. Manik-manik untuk menghias. 
5. Lem fox. 
6. Glue gun.
Bahan-bahan yang diperlukan.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. 
1. Cetaklah dua lingkaran dengan diameter berbeda ke atas kain flannel. Gunting lingkaran-lingkaran tersebut. 
2. Kita akan membuat sayap kupu-kupu. Kerutkan lingkaran yang besar dan lingkaran yang kecil. Jadikan satu dan pegang dengan erat. 
3. Lilitkan pita di tengah-tengah kedua kerutan lingkaran tersebut, lalu rekatkan dengan glue gun
Sayap kupu-kupu.
4. Untuk membuat antena, ambil pipe cleaner yang ada, lalu tekuk di tengahnya. Tekuk sedikit kedua ujungnya. 
5. Rekatkan pipe cleaner tersebut ke bagian atas pita. 
6. Hiaslah sayap kupu-kupu tersebut dengan manik-manik yang ada. Kami menggunakan lem fox supaya lemnya tidak berbekas.
Kupu-kupu yang sudah terpasang antenanya.

Karena menggunakannya glue gun, bagian merekatkan dengan glue gun menjadi bagian saya. Bagian yang melatih kesabaran mereka adalah saat menghias sayap kupu-kupu. Mereka harus menempelkan manik-manik yang sangat kecil. Untuk membuat jepit, hanya tinggal merekatkan sayap kupu-kupu ke atas jepit. Bagian antenanya tidak kami pasang supaya tidak repot saat mengenakannya.
Jepit rambut kupu-kupu ala Duo Lynns.
Kegiatan membahas kesabaran kami selesai di sini. Namun pada prakteknya, kesabaran akan digunakan setiap saat. Bukan hanya untuk anaknya, tetapi juga untuk orang tuanya. Semakin kita mengandalkan kekuatan kita sendiri, semakin kita merasa susah untuk sabar. Kesabaran hanya akan didapat saat kita mempunyai akar yang kuat dalam Tuhan. Selama kita berjalan bersama Tuhan, Ia akan menumbuhkan kesabaran di dalam hidup kita. 

Jumat, 03 November 2017

Cheese Workshop: Cream Cheese dan Mozarella


Kami sekeluarga adalah cheese lovers. Setiap kali sarapan, apapun makanannya, pasti Duo Lynns akan memilih keju untuk dimakan bersama makanannya. Maklum, papa mamanya juga doyan keju. Bahkan saat papanya masih kecil, masa dimana papa susah makan, papa akan makan nasi dengan keju dan telur orak arik. Sayapun demikian. Saat valentine, teman kos saya akan bahagia karena banyak coklat yang saya dapatkan bisa dimakan mereka, karena buat saya valentine bukan say it with chocolate but say it with cheese =D

Bulan lalu kami bersama dengan teman-teman homeschool dari berbagai komunitas, yang waktu lalu ramai-ramai ke Galery Indonesia Kaya, mengikuti workshop yang diadakan oleh miss Ines Setiawan. Miss Ines Setiawan adalah pengajar sains, biologi, dan fisika di German International School  dan juga pendiri dari SHINE. SHINE yang merupakan kepanjangan dari Sustainable Hyber-platform of Indonesian Network of Educators adalah sebuah organisasi sosial dan kewirausahaan yang bermitra dengan institusi-institusi pendidikan dan juga organisasi-organisasi pendukung lainnya di seluruh dunia untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia. Bertempat di Lippo Karawaci, maka kami pun berkumpul pukul 15.00 untuk mempelajari cara pembuatan cream cheese dan mozarella. Dua jenis keju ini merupakan keju yang sering kami pakai karena kami senang membuat cheese cake dan pizza sendiri.

Setelah membuka workshop dengan doa, Miss Ines memperkenalkan diri dan membuka workshop dengan menanyakan apakah anak-anak mengetahui apa saja yang terdapat di dalam keju. Dalam pembuatan keju, hanya diperlukan empat bahan saja, yaitu susu, bakteri, enzim, dan garam. Manakah yang lebih banyak? Tentu saja susu. Bahkan berdasarkan wikipedia, keju didefinisikan sebagai sebuah makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat dari susu melalui proses pengentalan atau koagulasi. Namun kami cukup terkejut karena ternyata komposisi keju yang terkenal di Indonesia hanya mengandung 5.6% susu dan 94,4 % campuran yang seharusnya tidak ada dalam pembuatan keju. Sedangkan merk yang sama di negara asalnya mengandung komposisi susu minimal 51%. Ini disebabkan oleh pengawasan di Indonesia yang tidak seketat FDA di luar. Dapat terbayangkan betapa jauhnya kualitas keju di Indonesia dengan di negara lain. Tidak heran jika keju semakin banyak yang membeli namun peternak sapi yang menjual susu tidak semakin kaya. Wong susu yang dipakai hanya sedikit.

Pertanyaan berikutnya yang ditanya oleh Miss Ines adalah apakah anak-anak tahu keju berasal dari mana. Anak-anak dengan semangat menyebut Amerika, Eropa, Belanda, dan negara-negara sekitarnya. Saya sempat berpikir dari India, karena dulu waktu kecil ada kisah tentang pembuatan keju di film Mahabarata. Keju berasal dari wilayah Timur Tengah, lebih tepatnya di wilayah sekitar perbatasan antara Irak, Syria, dan Turki pada masa sekarang. Keju ditemukan secara tidak sengaja dan bukan pada susu sapi melainkan susu kambing. Susu yang terlalu lama disimpan dalam kantong-kantong yang terbuat dari lambung domba atau hewan ternak lain yang dikeringkan dan terkena matahari langsung berubah menjadi air yang pucat dan gumpalan-gumpalan putih. Enzim rennet, enzim yang terdapat dalam lambung, berkombinasi dengan panas dan goncangan membuat susu berubah menjadi keju.

Berdasarkan tekstur dan lama pembuatan, keju terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Keju lunak atau soft cheese. Keju jenis ini mempunyai kadar air yang lumayan banyak. Bentuk kejunya pun hampir seperti gumpalan dan kental. Biasanya keju jenis ini sering dipakai untuk pembuatan kue ataupun pasta. Contoh keju lunak adalah cream cheese, mozarella, ricotta, dan mascarponne.
2. Keju semi keras atau firm cheese. Keju jenis ini mempunyai tekstur lebih padat daripada soft cheese. Untuk membuatnya pun memerlukan waktu lebih lama daripada pembuatan soft cheese. Contoh keju jenis ini adalah cheddar yang banyak kita temui di supermarket.
3. Keju keras atau hard cheese. Keju jenis ini bertekstur keras, dan aromanya pun khas. Waktu pembuatannya pun lebih lama dibanding kedua jenis keju sebelumnya. Untuk penggunaannya pun harus diparut. Contohnya adalah parmesan dan edam.

Setelah mengenalkan tipe-tipe keju, dimulailah kegiatan yang dinanti anak-anak. Karena susu yang digunakan adalah susu segar, maka susu yang ada tersedia dalam kantong-kantong. Susu ini masih dingin karena baru dibeli pagi tadi dan diletakkan di kulkas supaya tidak rusak. Anak-anak diizinkan untuk membantu Miss Ines menuangkan susu. Mereka pun seru mandi menuangkan susu sampai penuh. Sekarang susu yang ada akan dipanaskan sehingga mencapai suhu ruangan. Yang akan dibuat pertama kali adalah cream cheese.
Suasana saat workshop
Cream cheese merupakan salah satu jenis keju yang sering dibuat untuk kue. Kue-kue yang sedang booming saat ini menggunakan keju jenis ini. Kalau kami sih daripada antri untuk beli dan rasanya hanya begitu saja, kami lebih suka menggunakan cream cheese untuk membuat cotton cheese cake, green tea cheese cake ataupun New York cheese cake. Apa saja yang diperlukan?

Bahan yang diperlukan dalam membuat cream cheese adalah susu, bakteri mesophilic (dapat digantikan dengan yogurt plain merk Yummy), enzim rennet, dan garam non yodium. Bagaimana cara membuatnya? Berikut adalah langkah-langkah yang diberikan oleh miss Ines.
1. Panaskan 1 liter susu baru perah sampai 65 derajat C (hangat-hangat kuku) dan pertahankan di suhu ini selama 3 menit. Atau gunakan susu segar yang beredar di pasaran dengan cara memanaskan 1 liter susu segar seperti Indomilk plain, Diamond plain, Susu Nasional plain, atau Green Fields plain sampai mencapai suhu 32 derajat Celcius (tidak dingin atau panas di jari).
2. Setelah susu mencapai suhu 32 derajat Celcius, pindahkan ke meja dan tambahkan ¼ sachet serbuk bakteri mesophilic ATAU 1 sdm yogurt merk Yummy yang plain. Tutup panci dan diamkan selama 2 jam di suhu ruangan.
3. Setelah 2 jam tambahkan 1/20 sdt rennet yang dilarutkan dalam 1 sdm air aqua. Tutup panci selama 20 menit - 1 jam atau sampai susu menggumpal sempurna yaitu saat curd(susu yang menggumpal) terpisah dari whey (cairan)-nya.
4. Biarkan susu terfermentasi selama 14-16 jam.
5. Tiriskan curd yang sudah asam menggunakan cheese cloth. Kemudian ikat cheese cloth dan gantung selama 12 jam untuk melanjutkan fermentasi. Jangan diperas.
6. Setelah 12 jam tambahkan garam keju secukupnya dan simpan di wadah tertutup di kulkas.
Proses pembuatan cream cheese.
Saat pelatihan, kami hanya melakukan pelatihan sampai dengan membuat fermentasi. Selanjutnya miss Ines mengajarkan anak-anak cara membuat mozzarella. Jika mendengar kata mozarella, pastilah kita terbayang negara yang mempunyai negara Eiffel. Mozarella memang berasal dari Italia. Aslinya mozarella itu dibuat dari susu kerbau air atau water buffalo. Keju ini biasanya digunakan saat membuat pizza atau risotto. Teksturnya yang lunak membuatnya mudah dicabik-cabik dan saat masih hangat, mozarella akan seperti karet yang elastis dan bisa melar. Berbeda dengan cream cheese, mozzarella tidak memperlukan bakteri namun menggunakan asam sitrun atau citric acid.

Bahan-bahan yang diperlukan adalah susu, citric acid, enzim rennet, dan garam. Enzim rennet berfungsi untuk membantu proses koagulasi dan memisahkan antara bagian padat pada susu (curd) dengan bagian yang cair (whey). Asam sitrun berfungsi untuk mengasamkan susu. Jika habis, dapat diganti dengan menggunakan lemon atau jeruk nipis.

Cara membuat:
1. Panaskan 1 liter susu baru perah sampai 65 derajat C (hangat-hangat kuku). Pertahankan di suhu ini selama 3 menit. Proses ini adalah proses pasteurisasi yang tujuannya adalah membunuh bakteri bakteri lain yang tidak diinginkan. Apabila suhunya terlalu panas maka protein susu akan rusak dan mozzarella tidak bisa elastis.
2. Setelah susu dingin (suhunya sekitar 32 derajat Celcius) tambahkan 1/2 sdt citric acid yang sudah dilarutkan ke dalam 2 sdm air aqua dan tunggu sekitar 5 menit.
3. Larutkan 1/20 sdt rennet ke dalam 1 sdm air aqua. Lalu campurkan ke dalam larutan susu diatas. Tunggu sekitar 30 menit-3 jam (tergantung pemberian rennet nya terlalu sedikit atau terlalu banyak)
4. Susu akan menggumpal dan bagian padatnya (curd) terpisah dari bagian cairnya (whey).
5. Potong-potong curd menggunakan pisau bersih. Semakin kecil potongannya semakin baik.
6. Letakkan panci berisi potongan curd dan whey di atas api kecil selama 5 menit (sampai mencapai 42 derajat C/seperti suhu badan saat demam). Curd akan tenggelam, menyatu, dan sedikit lengket.
7. Tiriskan curd menggunakan cheese clothLetakkan di baskom atau mangkok.
8. Rebus 500ml air sampai mencapai 90 derajat C (sesaat sebelum mendidih)
9. Tuangkan air panas ini ke baskom atau mangkok yang berisi curd dan aduk curd sampai kalis dan elastis. Kalau untuk anak-anak disarankan dengan menggunakan sendok.
10. Setelah itu hasil yang sudah didapatkan sebelumnya direndam ke dalam 500 ml air es atau air aqua dingin atau air whey yang sudah diberi 2 sdm garam non yodium.
11. Biarkan mozarella terfermentasi selama 8 jam di suhu ruangan atau di kulkas.

Proses pembuatan mozarella
Miss Inese sempat menerangkan cara membuat beberapa jenis keju lainnya, seperti ricotta dan brie. Ricotta digunakan untuk membuat lasagna. Bentuknya yang seperti gumpalan ternyata tidak susah untuk dibuat. Sedangkan brie merupakan keju yang berasala dari Perancis. Brie berbentuk bulat rata dengan lapisan luar berwarna putih (jamur). Rasanya gurih, creamy, dan agak asin. Untuk rasa yang lezat, brie harus dihidangkan pada suhu ruang untuk langsung dimakan begitu saja.
Atas: brie. Bawah: cream cheese
Dari pelatihan pembuatan keju ini, ada beberapa hal yang dapat kami simpulkan.
1. Kondisi keju di Indonesia tidaklah sama dengan keju di luar. Pengawasan yang tidak ketat menghasilkan keju yang hanya memuat paling banyak 5,6% susu di dalam keju. Oleh sebab itu jika kita melihat komposisi keju di Indonesia, maka kita akan melihat banyak bahan tambahan.
Komposisi keju Belanda, hanya terdiri dari 4 macam.
2. Tidak susah untuk membuat keju yang sehat. Yang dibutuhkan adalah 4 hal, yaitu susu, enzim, bakteri, dan garam. Satu catatan penting dalam pembuatan keju adalah semua peralatan harus dalam kondisi bersih dan kita pun bersih. Kalau bisa, jangan menggunakan peralatan dari aluminium berkerak. Cheese cloth harus dicuci bersih dengan sabun, dibilas dengan air panas dan ditiriskan.
3. Garam yang digunakan harus garam non yodium. Garam yodium akan meninggalkan rasa yang tidak enak. Saya sempat mencoba membuat ricotta dengan garam dapur yang mengandung yodium. Hasilnya agak aneh jika dimakan begitu saja. Namun jika dicampur dengan masakan sudah tidak terasa yodiumnya.
4. Dengan membuat keju, kita membantu para peternak dengan membeli susu dari mereka. 
5. Cara membersihkan keju dari jamur ternyata sangat mudah. Potong dan buang bagian yang tercemar dan berjamur. Setelah itu gosok saja bagian yang dipotong dengan garam non yodium. Keju sudah aman dimakan kembali. Andai perut kita tidak kuat, bahaya terbesarnya adalah diare. 

Saat pulang kami mendapatkan goodie bag yang berisi perlengkapan dan bahan untuk membuat keju. Tinggal mencari waktu untuk mempraktekkannya. Kalau sudah berhasil, rasanya kami tidak perlu membeli cream cheese saat akan membuat cheese cake

Mozarella yang kami buat. Yummy