Selasa, 17 Oktober 2017

Craft: DIY Thoroughness Puzzle


Bulan lalu, kami membahas karakter thoroughnessThoroughness, atau cermat, didefinisikan sebagai mengetahui faktor yang jika diabaikan akan mengurangi efektifitas dari pekerjaan atau perkataan saya. Dengan kata lain, jika kita cermat maka kita akan memperhatikan setiap hal detil yang diperlukan. Topik ini pas dengan anak-anak karena mereka, dan bukan hanya mereka tetapi kita juga, terkadang suka tidak cermat dalam mengerjakan sesuatu. Bahkan kakak pun yang suka mengurusi hal-hal detil pun mengalami penurunan dalam hal yang namanya cermat.

Mengerjakan sesuatu dengan cermat berarti juga kita mengerjakan secara menyeluruh dan menyelesaikan pekerjaan kita dengan baik. Untuk memelajari karakter ini, kami melakukan beberapa aktifitas yang berhubungan dengan kecermatan dan menyelesaikan sesuatu dengan menyeluruh.

Salah satunya adalah bermain puzzle. Puzzle merupakan mainan yang menarik bagi semua orang. Namun memang puzzle belum tentu digemari semua orang, apalagi kalau kepingannya banyak. Kami mengeluarkan kembali puzzle 50 dan 100 keping dan meminta mereka untuk menyusun. Hal ini merupakan suatu perjuangan bagi adik, namun saya cukup terkejut bahwa sekarang adik sudah bisa lebih melihat setiap detil dengan baik.
Kecermatan diperlukan dalam menyusun puzzle yang warnanya mirip semua
Selanjutnya kami bermain puzzle kembali tetapi dengan cara yang berbeda. Kali ini yang kami lakukan adalah puzzle DIY atau Do It Yourself. Tema pembuatan puzzle kali ini adalah Setiap Bagian Berharga. Apa saja yang dibutuhkan?

Bahan-bahannya adalah sebagai berikut:
1. Gambar pemandangan, bisa print sendiri, bisa juga dari kalender.
2. Gunting.
3. Kertas sebagai alas.
4. Lem.
Gambar pemandangan dari kalender
Langkah-langkahnya:
1. Berikan gambar pemandangan kepada anak. Berikanlah instruksi untuk menggunting gambar tersebut menjadi beberapa bagian, sebaiknya paling sedikit 8.
2. Setelah digunting, mintalah anak-anak untuk menyusun kembali gambar yang mereka gunting. Tanpa diketahui mereka, ambillah satu bagian dari masing-masing puzzle dan sembunyikan.
3. Saat anak-anak hampir selesai, mereka akan menyadari satu bagian terhilang. Saat itu barulah kita menjelaskan bahwa satu bagian puzzle yang terhilang membuat gambar ini tidak menjadi utuh atau gambar ini tidak lengkap dan tugas kita membuat puzzle menjadi tidak selesai. Tidak lengkap atau tidak utuh atau tidak selesai merupakan lawan dari cermat.
Biasanya anak-anak akan merasa aneh dan mulai protes karena gambarnya tidak sempurna. Apalagi bagi anak-anak yang perfeksionis. Hal ini dapat kita gunakan untuk menjelaskan perasaan kecewa atau frustasi karena gambar yang tidak lengkap memang tidak menyenangkan. Oleh sebab itu cermat dibutuhkan di dalam setiap hal dan kecermatan akan memimpin kita kepada perasaan puas dan merasa lengkap, dan tentunya kita akan senang dengan hal tersebut.
4. Setelah itu berikan bagian yang hilang, dan biarkan mereka letakkan di puzzle mereka.
5. Berikan kertas dan lem, lalu minta mereka untuk memindahkan puzzle mereka ke atas kertas dan minta mereka untuk membuat puzzle tersebut menempel pada kertas. Jangan lupa memuji kerapian mereka saat menempelkannya menjadi satu gambar yang utuh.
Atas: DIY puzzle kakak. Bawah: DIY puzzle adik.
Pada saat kami melakukan aktifitas tersebut, saya membuat juga gambar yang dipotong menjadi beberapa bagian, jaga-jaga saja. Namun akhirnya gambar saya terpakai oleh adik karena adik kebingungan dengan potongan gambarnya sendiri (ada yang melengkung, ada yang kecil sekali). 

Sepanjang menyusun puzzle, kami sibuk bernyanyi tentang buaya, hewan yang hidupnya penuh dengan detil. Dan bukan hanya buaya, hidup kita pun penuh dengan hal-hal yang detil, dan setiap hal tersebut pastilah penting. Karakter cermat memastikan setiap detil, bahkan yang terkecil sekalipun, tidak boleh dilupakan. Walau terkadang mudah untuk stress dengan setiap detil, atau bahkan kita jadi ingin mengambil jalan pintas untuk melupakan setiap hal detil, namun kecermatan membuat kita memastikan tugas kita itu bukan hanya selesai tetapi selesai dengan baik.

Selesaikan semua detil-detil =)
Puzzle adik (dengan 23 potongan berbagai bentuk) yang akhirnya dikerjakan oleh mamanya.

Rabu, 11 Oktober 2017

Papercraft di Galeri Indonesia Kaya

Tidak banyak yang tahu bahwa di Grand Indonesia ada suatu ruangan yang disebut Galeri Indonesia Kaya (GIK). Selama ini kami hanya mengetahui alun-alun Indonesia, tempat menjual pernak-pernik kerajinan anak bangsa. Salah satu teman sempat menghubungi pihak GIK dan pihak GIK mengatakan jika yang berkunjung minimal 15 anak, maka mereka akan mengadakan workshop bagi anak-anak. Dengan semangat kami pun mengumpulkan keluarga-keluarga homeschool yang berminat untuk mengikuti kegiatan ini. Singkat kata, acara pengumpulan pun berhasil. Kali ini bersama dengan teman-teman homeschool lainnya, dari berbagai pelosok di Jakarta, kami beramai-rama mengunjungi GIK. 

Galeri Indonesia Kaya berada di West Mall lantai 8, satu lantai dengan CGV. GIK merupakan ruang edutainment budaya persembahan Bakti Budaya Djarum Foundation. Saat datang, kami mengira akan melihat banyak benda-benda yang menunjukkan budaya Indonesia. Namun ternyata sebagian besar display, seperti alat musik tradisional, mainan tradisional, baju adat, dan semua informasi lainnya, dikemas secara digital dan interaktif.

Kami disambut oleh putra-putri Indonesia dalam pakaian daerah dari tiap-tiap daerah, namun secara digital. Kakak sibuk mencari yang mana Jawa Tengah. Sedangkan adik, karena sempat manortor di pentas baletnya, sibuk menunggu sampai Ucok dan Butet muncul di layar. Setelah itu kami melangkah menuju area video mapping. Area ini berisi bentuk wayang kulit dengan tokoh-tokoh dalam Mahabarata, baik Pandawa maupun Kurawa. Siapa yang seru kali ini? Bukan anaknya, tetapi mamanya (mamanya penggemar cerita Mahabarata).
Putra-putri Indonesia dengan baju adat daerah yang menyambut kami
Video Mapping mengenai Pandawa dan Kurawa
Masuk lebih dalam lagi, kami dihadapkan dengan banyaknya monitor touch screen. Yang pertama adalah Melodi Alunan Daerah. Monitor ini menampilkan gambar alat musik tradisional Indonesia. Anak-anak pun seru dengan acara menyentuh, membuat aransemen sendiri dan mendengarkan bunyinya. Di sebelah Melodi Alunan Daerah, terdapat monitor touch screen yang berjudul Kaca Pintar Indonesia. Di sini terdapat kumpulan objek budaya di seluruh nusantara, mulai dari pariwisata, kuliner, kesenian, dan tradisi. Saat disentuh, muncullah papeda, makanan khas orang Maluku yang terbuat dari sagu. Di sebelah Kaca Pintar Indonesia terdapat Jelajah Indonesia. Jika tadi kita mengenal Indonesia dari segi budaya, maka monitor yang satu ini membahas seluk beluk budaya Indonesia dari banyak sisi, seperti dari sisi geografis, kebiasaan, dan asal usul. 
Searah jarum jam dari kiri atas: Pakaian adat interaktif, Jelajah Indonesia,
Melodi Alunan Daerah dan Kaca Pintar Indonesia.
Setelah puas melihat segala hal yang berhubungan dengan kekayaan Indonesia melalui monitor, anak-anak diperkenalkan dengan tokoh-tokoh perwayangan. Cara memperkenalkannya pun cukup menarik, melalui media interaktif mengenai pakaian yang dipakai mereka. Anak-anak bergerak maju dan mundur untuk menyesuaikan kostum dengan badan mereka. Agak susah memang karena badan mereka kecil, namun mereka tetap berusaha agar pas di badan mereka. 

Sementara sebagian anak mengantri, sebagian anak lagi menikmati virtual reality di Selasar Santai. Di sini terdapat beberapa tablet yang bebas dipakai, dan juga sofa, lumayan mama-mamanya dapat mengamati anak-anak sambil duduk manis. Beberapa anak-anak yang sudah besar mencoba permainan interaktif di Jelajah Indonesia. 

Akhirnya kegiatan yang dinanti anak-anak tiba juga. Kami diajak memasuki auditorium untuk memulai acara papercraft. Auditorium ini memang tidak begitu luas, tapi dapat menampung 150 orang. Auditorium ini sering digunakan untuk tontonan budaya, mulai dari senin panggung, musik, pemutaran film, diskusi budaya, seminar dan workshop. Itu semuanya gratis. Kali ini pihak GIK memberikan workshop tentang pembuatan ondel-ondel dari kertas.
Papercraft Ondel-Ondel Betawi
Ondel-ondel merupakan boneka besar yang tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah +80 cm. Boneka ini biasanya dibuat dari anyaman bambu yang ditutupi baju yang besar. Biasanya ondel-ondel laki-laki mempunyai muka berwarna merah sedangkan ondel-ondel perempuan mukanya warna putih. Ondel-ondel merupakan ciri khas Jakarta, yang biasanya ada pada peresmian-peresmian. Kendati demikian, kita dapat menjumpai ondel-ondel di pinggir jalan, yang sedang ngamen.
Kakak dan adik dengan ondel-ondel perempuan 
Acara workshop ini dipimpin oleh tim dari paper-replika.com. Tim dari paper replika menjelaskan sedikit bahwa kali ini anak-anak akan diajak membuat replika dari kertas. Kalau biasanya anak-anak mengenal origami, yaitu seni melipat kertas, kali ini anak-anak akan diajak melakukan kirigami. Kirigami (kiru artinya memotong, gami artinya kertas) merupakan kegiatan menggunting dan membuat benda, baik 2D maupun 3D. Apa manfaat membuat kirigami? Membuat kirigami dapat melatih motorik anak dan juga kesabaran anak. Kesabaran orang tua juga dilatih loh. Orang tua dilatih untuk sabar menunggu si anak menyelesaikan pekerjaannya dan tidak menyelesaikan pekerjaan anaknya =D.
Sebagian anak-anak yang mau difoto =D
Setelah selesai workshop, anak-anak mendapatkan goodie bag dari pihak GIK. Anak-anak keluar dari auditorium dengan wajah bahagia karena dapat tentengan. Di bagian akhir di GIK terapat kerajinan-kerajinan yang dapat dibeli. Tetapi yang menarik perhatian kami adalah buku besar dengan tulisan honocoroko dan artinya dalam bahasa Jawa. Tulisannya adalah seperti ini.
ngelmu iku kalakone kanthi laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekese durangkara. 
Ini merupakan bahasa Jawa yang halus. Saya bertanya ke teman-teman yang lumayan jago bahasa Jawa. Ada dua arti yang dapat menggambarkan kalimat diatas. Jika diterjemahkan, artinya kurang lebih seperti ini: "Ilmu itu hanya dapat dicapai dengan laku, dimulai dengan niat yang teguh, arti kas menjadikan sentosa. Iman yang teguh untuk dapat mengatasi segala godaan rintangan kejahatan". Terjemahan berikutnya yang saya dapatkan adalah: "Untuk dapat memahami ilmu harus dengan cara, cara penyampaiannya dengan cara yang khas, artinya khas berusaha keras memperkokoh karakter, kokohnya budi (karakter) akan menjauhkan diri dari watak angkara".
Buku besar dengan tulisan Jawa
Bagi kami, kalimat yang penuh dengan hikmat tersebut berarti tanpa adanya iman dan karakter, maka ilmu yang didapat bisa disalahgunakan. Itulah sebabnya iman dan karakter harus mendahului pengetahuan bukan?
Kerajinan-kerajinan yang dapat dibeli 
Kami pun berpisah dengan setiap homeschooler lainnya. Apa saja yang kami dapat? Selain workshop, kami mendapatkan pengalaman berkumpul dengan para homeschooler lainnya.
Isi goodie bag yang didapatkan anak-anak.
Galeri Indonesia Kaya
http://www.indonesiakaya.com
Grand Indonesia, West Mall lantai 8
Telepon: 021-23580701
Jam buka: 10.00 - 22.00

Ondel-Ondel yang kami buat.

Selasa, 03 Oktober 2017

Ayo Ke Kantor Pos :)


Pernah mengalami masa-masanya sahabat pena? Jika ya, berarti kita masih berada di angkatan yang sama =D Zaman saya kecil, kami diminta mengirim surat kepada orang-orang yang belum kami kenal melalui program sahabat pena. Masa itu, yang namanya kantor pos ada dimana-mana. Namanya ke kantor pos merupakan hal yang lumrah dan mengirimkan surat pun sudah menjadi kebiasaan anak-anak zaman itu. Menunggu surat balasan dari sahabat pena pun terasa begitu seru, karena bisa jadi balasannya seminggu, sebulan, bahkan dua bulan.

Namun di zaman yang sudah maju ini, orang sudah jarang mengirim surat. Sekarang sudah jamannya email, whatsapp, video call, dan segudang kecanggihan zaman ini. Bahkan Duo Lynns juga tahu kalau mau bertanya ke temannya bisa whatsapp ke mamanya teman mereka. Berhubung salah satu bagian dari pelajaran kakak adalah membuat surat, bahkan sampai cara melipat surat, maka kakak pun penasaran mengenai cara mengirim surat zaman dulu. Akhirnya kami berencana untuk mengunjungi kantor pos. 

Berdasarkan website posindonesia.co.id, ternyata keberadaan Pos Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu. Kantor pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda. Sejak itulah pelayanan pos telah lahir mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik. Dalam perkembangannya, Pos Indonesia sudah mengalami perubahan sebanyak enam kali. Pada tanggal 20 Juni 1995, Pos Indonesia berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).
Kantor Pos masa dulu. Sumber foto posindonesia.co.id
Karena banyaknya pilihan kantor pos yang dapat kami kunjungi, papa mengusulkan untuk mengunjungi kantor pos yang di Pasar Baru. Kantor pos ini merupakan kantor pos tertua di Jakarta. Walaupun gedung yang digunakan sudah diperbaharui, namun secara fisik bentuk bangunan gedung yang dirancang oleh arsitek JF Hoytema dengan gaya arsitektur Art Deco (dipengaruhi oleh aliran Art and Craft pada detail interiornya) masih menunjukkan ciri khas gedung dengan gaya Belanda. Gedung ini terlihat megah. Di salah satu bagian terdapat club filateli yang senang mengkoleksi perangko.
Kantor Pos masa sekarang. Sumber foto: wikipedia.org 
Saat kami datang, kami mengira akan kantor pos ini akan sepi, namun ternyata tidak sesepi yang kami bayangkan. Masih banyak orang yang menggunakan jasa kantor pos dalam pengiriman surat dan juga barang. Masuk akal sih, karena untuk menjangkau daerah-daerah terpencil, rasanya banyak orang yang masih mengandalkan pak pos. Kali ini kakak membawa dua surat yang akan dikirim kepada teman-temannya dan adik membawa satu surat yang ingin dikirimkan kepada dirinya sendiri.

Kami sengaja membiarkan Duo Lynns bertanya dan membeli perangko sendiri. Awalnya mereka merasa susah untuk bertanya karena meja petugasnya lumayan tinggi. Namun mbak yang bertugas di situ ramah terhadap anak-anak. Kepada anak-anak disarankan untuk membeli perangko Rp 3.000,00. Kata si mbak, kalau surat biasa, perangko Rp 3.000,00 sudah cukup. Setelah mengucapkan terima kasih, anak-anak segera menempel perangko yang ada. Berhubung kami tidak membawa lem, karena mamanya berasumsi pasti ada lem di kantor pos, maka kami meminjam lem dari satpam yang ada. Setelah menempelkan perangko, mereka memberikan suratnya kepada mbak di bagian pengecapan perangko. Alat untuk mengecapnya cukup besar sehingga membuat anak-anak norak. Setelah dicap, mbak yang bertugas menunjukkan surat dengan perangko yang sudah dicap dan setelah itu memasukkan surat tersebut ke kotak yang memang khusus untuk surat yang telah dicap.
Surat yang sudah ditempel perangko
Kami beranjak keluar dari kantor pos. Saat kami turun, kami melihat banyak kotak-kotak surat di bagian bawah kantor pos. Papa menjelaskan kepada anak-anak itu adalah PO BOX. Apakah PO BOX? PO BOX adalah singkatan dari Post Office Box. Ini merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh kantor Pos Indonesia kepada instansi-instansi atau yayasan-yayasan tertentu yang menyewa kotak surat ini. Seperti saat saya kecil, setiap surat yang dikirim untuk undian berhadiah selalu menggunakan PO BOX. Biasanya perusahan-perusahaan memberikan PO BOX kepada orang-orang yang mau melamar pekerjaan di sana. Tujuannya apa sih? Tujuannya adalah untuk menyembunyikan alamat penerima seperti ketika mengirim surat lamaran kerja. Kalau diberi tahu alamatnya, bisa jadi banyak pelamar yang datang mengantar sendiri ke kantor tersebut. Untuk efisiensi, biasanya perusahaan yang menyewanya tidak mengambil setiap saat. Ada hari-hari atau jam-jam tertentu dimana pihak penyewa dapat datang untuk mengambil.

Setelah melihat PO BOX dari kejauhan, karena petugas di dekat PO BOX sedang merokok, kami pun menunjukkan Bis Surat. Bis Surat merupakan kotak surat untuk umum ini berfungsi untuk mempermudah pengirim surat untuk mengirimkan surat. Daripada repot memasukkan ke kantor pos, pengirim surat dapat memasukkan ke dalam bis surat ini. Nantinya pak pos akan mengambil surat pada jam-jam tertentu.
Bis Surat
Setelah puas melihat setiap hal di kantor Pos ini, kami melanjutkan acara kami untuk menaiki Mpok Siti, CityTour Bus Jakarta.
Menunggu Mpok Siti di halte Kantor Pos
PS: surat yang kami kirim tiba kembali di rumah kami dalam waktu 3 hari dan surat yang dikirimkan ke Tangerang tiba 2 minggu setelah pengiriman. Sedangkan yang ke Jawa Barat, sampai saat ini belum sampai. =P