Rabu, 24 April 2019

Cooking: Wedang Ronde Ala Lynns


Kami sekeluarga sangat suka wedang ronde. Apalagi kalau dimakan saat cuaca dingin, rasanya badan terasa hangat. Saat kami ke Bandung kemarin, kami sempat membeli wedang ronde Gardujati yang terkenal enak. Anak-anak pun penasaran bagaimana sih cara membuat ronde. 

Setelah googling sana-sini, kami mendapatkan resep untuk membuat ronde dan wedang. Berikut resep yang sudah kami modifikasi, sesuai dengan kebutuhan dan supaya tidak repot. 

Bahan untuk ronde warna putih: 
150 gram tepung ketan
135 ml air
1/4 sendok teh garam

Bahan untuk ronde warna-warni:
75 gram tepung ketan
70 ml air
1 - 2 tetes pewarna makanan

Bahan untuk kuah:
Sereh 2 buah.
Jahe 1 buah. 
Air secukupnya. 
Gula jawa secukupnya. 
Pandan secukupnya. 

Cara membuat ronde:
1. Untuk membuat ronde putih, campur tepung ketan dengan garam, lalu berikan air sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga adonan menyatu. Jika tekstur adonan masih terlalu lembek, tambahkan sedikit tepung ketan. 
2. Untuk membuat ronde berwarna, teteskan pewarna makanan ke air yang ada. Lalu masukkan sedikit demi sedikit ke tepung ketan. Aduk perlahan hingga adonan menyatu. 
3. Disetiap adonan yang sudah jadi, buatlah bola-bola sesuai dengan keinginan. Biasanya kalau dibuat bola besar, di dalamnya diberikan isi kacang dan wijen. 
4. Siapkan air untuk merebus ronde yang sudah dibuat. Saat air mendidih, masukkan bola-bola ronde. Tunggu sampai ronde tersebut mengapung, lalu angkat. Siram dengan air dingin supaya tidak menempel satu dengan yang lain.
Bola-bola ronde sudah siap.
Cara membuat wedang:
1. Cuci bersih jahe yang ada, bagi menjadi beberapa bagian. Kemudian setiap bagian yang ada digeprek.
2. Cuci bersih sereh yang ada kemudian memarkan batang serainya.
3. Rebus air beserta jahe dan sereh tersebut. Matikan setelah mendidih.
4. Di tempat terpisah, rebus gula jawa dan daun pandan dan air. Biasanya gula jawanya sudah saya potong tipis-tipis supaya tidak terlalu lama.

Kali ini oma kepingin ikutan membantu. Jadi oma menggunakan daun suji untuk membuat warna hijau. Sedangkan Duo Lynns berseksperimen dengan ronde berwarna putih, yang disulap jadi warna kuning, dan ronde bewarna merah muda. Bentuknya pun tidak kalah ajaib. Dari bola kecil, bola besar, kotak, segitiga, dan bentuk-bentuk aneh lainnya. 

Bagaimana dengan rasanya? Mirip dengan yang kami makan di Bandung. Lumayan untuk mengobati rasa kangen :)
Ronde yang adik mau makan, ada bentuk jamurnya :D

Sabtu, 20 April 2019

Snowflake of Forgiveness

Setelah sebelumnya kami membahas karakter decisiveness di pertemuan perdana kami di tahun ini, bulan Februari kemarin kami membahas karakter forgiveness. Forgiveness atau pengampunan didefiniskan sebagai menghapus semua catatan orang-orang yang bersalah kepada saya dan kembali mengasihi mereka. Dengan kata lain, memaafkan berarti mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain serta tidak menaruh dendam.
Forgiveness
Setelah berdoa, auntie I menjelaskan kepada anak-anak mengenai forgiveness. Saat kita mengampuni maka kita tidak akan melakukan pembalasan. Bagaimana caranya? Yang pertama adalah dengan melepaskan segala rasa pahit terhadap orang tersebut, sehingga kita dapat mengasihi mereka sepenuhnya. Yang kedua adalah percayalah bahwa Tuhan akan bertindak, sehingga kita tidak perlu bertindak sendiri. Untuk anak kecil, daripada membalas, lebih baik melaporkan kepada orang yang lebih dewasa, tetapi jangan melebih-lebihkan. Yang ketiga adalah mencoba untuk memahami dia dan mengerti apa kebutuhan dia. Ini juga berlaku untuk kita sebagai orang dewasa loh.
How?
Selanjutnya auntie T menjelaskan kisah di Alkitab tentang salah satu tokoh yang mengampuni. Tokoh yang diambil adalah tokoh Yusuf. Yusuf mengasihi saudara-saudaranya walaupun ia dibuang sampai ke Mesir. Bahkan setelah Yakub meninggal, Yusuf pun tetap mengasihi saudara-saudaranya. Mengapa? Karena ia mengampuni dan menghapus semua catatan kesalahan kakak-kakaknya.
Story about Joseph.
Untuk membuat karakter ini lebih dimengerti, anak-anak bersama-sama membuat snowflake. Di tengah-tengah pembuatan, auntie T berkata bahwa kita seperti kertas ini. Guntingan-guntingan kecil terhadap kertas ini menggambarkan kita yang seringkali disakiti. Tetapi saat kita bersedia memaafkan, maka Tuhan mampu membuat hal yang menyakiti kita menjadi sesuatu yang indah, sama seperti kertas pola snowflake yang dibuka. Andaikan kita mengeluh dan tidak mau mengampuni, maka kita hanya akan menjadi kertas yang penuh guntingan saja. 

Sebelum mengakhiri pertemuan kami, anak-anak bersama-sama menghapalkan ayat hapalan yang ada dengan menggunakan gerakan. Setelah itu dilanjutkan dengan acara fellowship.
Memory Verse kami.
Selain pembahasan di monthly meeting, pembahasan ini juga kami lakukan di rumah. Saya mengilustrasikan mengampuni dengan kegiatan yang sederhana, yaitu dengan menuliskan semua kesalahan yang mungkin dilakukan oleh orang kepada kita di papan tulis. Saat kita bilang kita mengampuninya, maka kita menghapus semua hal tersebut. Ilustrasi ini membuat anak-anak mengerti bahwa saat kita mengampuni, tidak ada rasa sakit di hati kita.
Snowflake yang dibuat Duo Lynns
Mengampuni memang terlihat gampang, tetapi agak berat untuk melakukannya. Saat menjelaskannya kepada adik, adik bilang dia takut untuk memaafkan orang lain. Memang saat orang bersalah kepada dia, jika dia merasa sangat sakit, dia akan menangis dan tidak mau menerima permintaan maaf. Hal ini karena dia sering merasa disakiti orang lain, dan takut disakiti kembali. Hal yang wajar, karena kita sebagai orang dewasa pun terkadang merasakan hal itu. Tetapi trauma seperti ini memang tidak boleh dibiarkan berlanjut.

Bersyukurnya kami pembahasan ini dilakukan secara penuh selama sebulan, dan masih berlangsung tentunya, sehingga adik belajar untuk menerima permintaan maaf orang lain tanpa harus menangis. Mengampuni memang berat, namun saat kita mengampuni, kita pun akan menjadi lebih enteng dan tidak pahit.

Senin, 01 April 2019

Character Learning: Decisiveness


Pembelajaran karakter merupakan hal yang penting bagi kami dalam mendidik anak-anak. Itulah sebabnya komunitas kami selalu mengedepankan pembelajaran karakter dalam setiap pertemuan bulanan yang diadakan. Di awal tahun ini, karakter perdana yang kami bahas adalah decisiveness

Diawali dengan doa, auntie Luc menerangkan sedikit tentang decisiveness. Decisiveness atau berketetapan adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang sukar berdasarkan kehendak dan caranya Tuhan. Dalam bahasa yang sederhana, decisiveness berarti doing things God's way atau melakukan segala hal dengan caranya Tuhan. Lawan dari decisiveness adalah double-mindedness, yang didefinisikan sebagai berpindah-pindah saat dihadapkan pada dua pilihan.

Melakukan sesuai maunya Tuhan bukanlah hal yang mudah, bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang tua. Seringkali kita jadi dilema karena pilihan yang dihadapkan pada kita. Bagaimana cara kita supaya tidak bingung? Namanya juga melakukan sesuai dengan maunya Tuhan, berarti kita harus melekat pada Tuhan. Untuk melekat dengan Tuhan, tidak ada cara lain selain membaca firmanNya dan mengenali pribadiNya.

Untuk membuat anak lebih mengerti, kepada setiap anak diberikan beberapa gambar dari setiap situasi. Mereka diminta untuk memilih manakah tindakan yang mencerminkan decisiveness dan manakah tindakan yang tidak mencerminkan decisiveness. Setiap anak diberikan sticker dan diminta untuk menempelkan sticker ke tindakan yang seharusnya mereka lakukan. Tentunya mereka semangat untuk melakukannya. 

Pertemuan perdana kami di bulan Januari tidaklah berlangsung dengan lama, namun anak-anak lebih banyak playdate, setelah sebulan lebih tidak bertemu.