Setiap orang diciptakan istimewa,dengan keunikan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Saudaran kandung juga memiliki perbedaan. Walau lahir dari rahim yang sama, pasti ada beberapa hal yang berbeda. Bahkan anak kembar identik saja pasti punya perbedaan. Mungkin bukan hanya fisik yang berbeda, bisa juga makanan kesukaan, hobi, gaya berpakaian, dan gaya belajar yang berbeda.
Saat kami memulai homeschool, proses pembelajaran berjalan dengan baik pada kakak. Kakak tipe anak yang manis, yang dapat menangkap apa yang saya jelaskan dengan alat bantu yang sederhana dan bahkan tanpa alat bantu sekalipun. Mamanya tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Bahkan saat sekarang pun kalau kakak lagi 'error' atau saya yang lagi 'error' (maafkan mama, ya nak) dan nadanya mulai naik satu oktaf, kakak akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
Saat kami memulai homeschool, proses pembelajaran berjalan dengan baik pada kakak. Kakak tipe anak yang manis, yang dapat menangkap apa yang saya jelaskan dengan alat bantu yang sederhana dan bahkan tanpa alat bantu sekalipun. Mamanya tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra. Bahkan saat sekarang pun kalau kakak lagi 'error' atau saya yang lagi 'error' (maafkan mama, ya nak) dan nadanya mulai naik satu oktaf, kakak akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
Saat adik mulai belajar, proses pembelajaran
berjalan dengan cara yang berbeda. Metode yang sama terkadang berhasil,
terkadang tidak berhasil. Saya harus segila sekreatif mungkin supaya pembelajaran
lebih cepat ditangkap oleh adik. Banyak alat bantu mengajar yang saya buat saat
saya mengajar adik. Tidak terbayangkan jika saya keukeuh menggunakan cara yang
sama dengan cara saya mengajar kakak, maka saya akan menjadi sangat frustasi
dan adik pun bisa emosi jiwa karena tidak mengerti apa yang mamanya ajarkan.
Gaya belajar kakak dan adik memang berbeda. Dan
bukan hanya kakak dan adik, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda.
Kita tidak dapat berkata karena saya gaya belajarnya ini dan suami gaya
belajarnya itu, maka anak saya akan memiliki gaya belajar ini atau itu. Oleh
sebab itu penting bagi kita untuk mengetahui apakah gaya belajar anak kita. Berdasarkan pengalaman saya saat mengajar anak-anak, dan juga anak
sendiri, ada tiga macam gaya belajar. Sekarang mungkin sudah meluas, tetapi menurut saya itu hanya kembangan dari yang tiga ini. Dan beruntungnya kami, kurikulum CCC yang kami pakai menjelaskan hal yang sama juga. Oya, tulisan ini pasti jauh dari sempurna, apalagi sesempurna para pakar pendidikan, tetapi mungkin saja dapat membantu para mama (seperti saya) yang terkadang sakit kepala saat mengajar anak.
Visual
Tipe yang
pertama adalah visual. Tipe ini merupakan tipe yang paling banyak dimiliki
orang. Anak tipe ini belajar dengan melihat. Ciri-cirinya adalah sebagai
berikut.
1. Mudah
memvisualisasikan sesuatu di pikiran mereka.
2. Menyukai
diagram, tabel, flash card, video, buku, dan segala hal yang detil.
3. Menyukai list
atau daftar, bahkan sebelum mampu membaca.
4. Mudah terganggu
dengan hal-hal yang berbau visual.
5. Suka tidak fokus saat
bercakap-cakap karena matanya melirik sana sini.
6. Senang saat guru menjelaskan
dengan menulis atau menggambar, intinya yang menggunakan alat tulis.
7. Senang kepada penghargaan yang
bersifat visual, seperti gambar bintang, sticker, dan sebagainya.
Auditori
Tipe yang kedua adalah
auditori. Anak yang mempunyai tipe belajar seperti ini belajar melalui
pendengaran. Karena melalui pendengaran, mereka cenderung senang berbicara saat
belajar. Saat mereka berbicara dan mereka mendengar apa yang mereka ucapkan, otak mereka memrosesnya. Ciri-ciri tipe auditori adalah sebagai berikut:
1. Menyukai instruksi yang sangat
jelas dan mengulangi kembali instruksi tersebut dalam bahasa mereka.
2. Senang membuat suara saat
mengerjakan sesuatu.
3. Biasanya mempunyai kemampuan
verbal yang baik.
4. Menyukai puisi, cerita, ilustrasi
mengenai orang dan pengulangan secara oral.
5. Biasanya cenderung tidak suka
membaca, tetapi saat mereka harus membaca, mereka akan membaca dengan bersuara.
6. Menyukai musik dan biasanya suka
bernyanyi.
7. Menyukai pengulangan terhadap
segala hal.
8. Lebih menyukai test secara
oral daripada test tertulis.
9. Senang kepada penghargaan yang
bersifat pujian, seperti kata-kata.
Kinestetik
Tipe yang ketiga adalah
kinestetik. Anak yang mempunyai tipe belajar seperti ini belajar melalui
tindakan. Karena melalui tindakan, anak yang kinestetik cenderung tidak bisa diam atau pecicilan. Ciri-ciri tipe kinestetik:
1. Senang dengan yang namanya
alat bantu.
2. Tidak bisa diam dan hobi
menyentuh segala hal. Senang bergerak, dan beberapa diantaranya dapat
dikategorikan hiperaktif.
3, Sangat bagus dengan hal-hal
yang berbau motorik, khususnya motorik kasar.
4. Susah untuk mendengarkan susah
untuk diminta duduk manis, seakan ada paku di kursinya.
5. Menyukai project, eksperimen,
dan juga bunyi-bunyian.
6. Suka untuk menyentuh suatu
gambar dan memegang buku sendiri (melihat dengan tangan).
7. Tidak suka tugas menulis.
8. Senang kepada penghargaan yang
bersifat sentuhan fisik, seperti dipeluk, ditepuk pundaknya, dan sebagainya.
Cara sederhana untuk
mengetahui anak kita gaya belajarnya seperti apa adalah saat ia melihat barang
yang dia suka. Anak yang visual akan cenderung mengamati benda tersebut baru menyentuh
atau bertanya (melihat dengang mata). Anak yang auditori akan ngoceh dulu,
bertanya mengenai barang tersebut dan berusaha menemukan suara atau
bunyi-bunyian dari barang tersebut (melihat dengan telinga). Sedangkan anak
kinestetik akan menyentuh barang tersebut sebelum betul-betul melihat dan
mengetahui benda tersebut (melihat dengan tangan). Adik adalah tipe yang
ketiga, sehingga kami harus senantiasa mengingatkan bahayanya jika langsung
memegang barang sebelum mengamati.
Apakah setiap orang pasti
hanya punya satu tipe gaya belajar? Sama seperti temperamen, ada satu tipe yang
dominan, dan tipe yang lainnya mendukung. Misal si A adalah anak yang dominan
kinestetik. Bisa jadi gaya pendukungnya adalah auditori atau visual. Kebanyakan orang kuat di satu tipe belajar, tetapi itu tidak berarti bahwa mereka tidak dapat belajar dengan dua cara yang lain. Saya sendiri memiliki gaya belajar yang dominan di visual, dan didukung oleh kinestetik dan auditori. Tetapi saya mudah menghapalkan sesuatu melalui lagu juga. Dengan kata lain, ketiga cara belajar ini bisa saling melengkapi asalkan digunakan pada tempatnya.
Setelah kita mengetahui gaya belajar anak kita, apakah ini dapat menjadi excuse saat anak kita berbuat sesuatu? Apakah kita harus pasrah
jika misalkan si anak kinestetik tidak bisa diam dan kita membiarkannya
semaunya saja? Kan memang anak kinestetik begitu. Atau memang nih si anak auditori senang berisik dan berkata-kata dengan suara yang besar. Menurut saya tidak. Anak yang kinestetik bukan berarti tidak dapat dilatih untuk duduk manis juga pada keadaan tertentu. Atau anak yang auditori bukan berarti bebas teriak-teriak dimana saja. Gaya belajar bukanlah alasan seorang anak tidak tahu sopan santun bukan? Sebagai orang tua, salah satu tugas kita adalah membiasakan anak bersikap pada tempatnya. Jika kita menganggap ya karena tipe belajarnya begitu, wajar kalau dia lari-larian atau teriak-teriak atau menonton seharian (walaupun tontonan edukasi), maka endingnya adalah kita mengabaikan si anak. Menurut saya loh ya = D
Apa sih manfaatnya jika kita
tahu gaya belajar masing-masing anak? Sebagai orang tua, salah satu tugas kita adalah mengajar mereka. Menaruh anak ke sekolah bukan berarti tanggung jawab kita sebagai orang tua untuk mendidik anaknya hilang. Di rumah pun kita dapat membantu si anak untuk memahami materi yang disampaikan di sekolah. Dengan mengetahui gaya belajar si anak, kita lebih mudah untuk menjelaskan sesuatu. Selain itu, kita tidak akan dengan gampang melabeli anak kita saat kita membandingkan dengan saudaranya.
Tentang pelabelan, seringkali di sekolah terjadi
pelabelan terhadap anak. Si A nakal ya tidak bisa diam. Si B anaknya tidak
pintar, dijelaskan tetapi tidak mengerti juga. Jika guru tidak mengetahui tentang gaya belajar si anak, seringkali mereka akan melabeli si anak. Buntutnya, kita mengiyakan kata-kata mereka atau kita marah-marah sama guru tersebut karena meng-underestimate anak kita. Jika kita mengetahui tipe
belajarnya, kita dapat memberikan 'pembukaan' kepada si guru mengenai gaya belajar anak kita dan berharap bahwa dengan proses penyampaian yang sesuai, bisa jadi proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik. Dengan demikian tidak ada lagi pelabelan terhadap anak.
Bagi homeschooler, dengan mengetahui gaya belajar
si anak, kita tidak akan menaruh ekspektasi berlebih jika si anak belum
mengerti materi yang kita ajarkan. Kita dapat mengajarkan dengan cara yang
memang lebih mudah dimengerti oleh si anak. Dan untuk mamanya, hal ini membantu
untuk mengurangi stres dan membuat kita berpikir kita memang tidak dapat
mengajar.
Dengan mengetahui gaya belajar si anak, kita lebih bisa 'menikmati' proses belajar mengajar yang ada. Jika mereka tidak mengerti suatu pelajaran, saya berhenti di pelajaran tersebut dan berusaha menyesuaikan dengan gaya belajar mereka (atau bahkan dengan gaya belajar sekunder mereka). Seringkali, perubahan tersebut, walau sedikit, membantu mereka memahami pelajaran yang disampaikan. Dan percaya deh, rasanya senang (pakai banget) saat anak kita memahami suatu materi yang awalnya mereka bingung hanya karena kita mengubah cara penyampaian kita. Itu suatu kebahagiaan dan berkat yang luar biasa ;)
Sumber foto: tatasky.com dan traveldirectors.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar