Autism |
Beberapa
bulan lalu ada yang menghubungi saya dan bertanya tentang kurikulum untuk anak
autis. Tidak lama setelah itu, saya pun dihubungi oleh teman yang lain yang
mencari guru homeschool untuk anak autis. Hal ini membuat saya penasaran dengan
topik ini. Saya pun mulai menggali informasi dan memelajarinya. Berikut hasil
observasi saya mengenai autisme. Mohon maaf jika terjadi kesalahan dalam
pemilihan kata, tanpa maksud menyinggung siapapun.
Sekilas
tentang Autisme
Autisme adalah
gangguan perkembangan yang kompleks yang biasanya muncul pertama kali pada usia
batita. Biasanya hal ini disebabkan oleh gangguan syaraf yang mempengaruhi
fungsi normal otak, khususnya pada bidang kecakapan berkomunikasi dan
berinteraksi sosial. Itulah sebabnya kita terkadang melihat anak-anak ataupun
orang dewasa yang dikategorikan autis biasanya susah dalam berkomunikasi verbal
maupun non-verbal, berinteraksi sosial, serta susah dalam bermain. Perlu
diingat bahwa autisme bukanlah penyakit, tetapi gangguan.
Autisme
adalah salah satu dari lima gangguan
di bawah payung Gangguan Perkembangan Pervasif (PDD), yaitu suatu kategori
gangguan syaraf yang dicirikan oleh “kerusakan hebat dan besar pada beberapa
bidang perkembangan.” Dan biasanya autisme sering disebut gangguan spektrum
autisme atau autisme spectrum disorder(ASD). Mengapa spektrum? Kita
tentunya tahu bahwa spektrum cahaya terdiri dari cahaya merah, jingga, kuning,
hijau, biru, nila, dan ungu. Berarti suatu cahaya tidaklah tunggal. Demikian
juga dengan autisme. Tiap-tiap individu yang menderita autisme akan menunjukkan
serangkaian perilaku yang berbeda-beda. Selain itu tingkat ringan atau
beratnya pun berbeda-beda pula. Dengan kata lain tidak ada satupun
penyandang ASD yang sama.
Apa saja sih ciri-ciri anak ASD?
- Senang dengan yang namanya konsistensi dan menolak
perubahan.
- Sulit mengungkapkan apa yang dia inginkan, baik dengan
kata-kata maupun dengan isyarat/
- Mengulangi kata-kata dengan memakai bahasa responsif yang
normal.
- Lebih suka sendirian
- Mudah meledak-ledak (tantrum)
- Susah bergaul dengan orang lain
- Menghindari sentuhan fisik (seperti pelukan) dan tatap
mata
- Susah menerima metode-metode pengajaran pada umumnya
- Sangat obsesif terhadap barang-barang tertentu
- Dapat sangat peka atau bahkan tidak peka terhadap rasa
sakit
- Tidak punya rasa takut nyata akan bahaya
- Terkadang seakan tidak mendengar, walau hasil tes
pendengarannya bagus.
- Kecakapan motorik halus/kasar yang tidak seimbang
Ciri-ciri penyandang autis
|
Tetapi
ciri-ciri di atas bukanlah suatu hal yang pasti. Dan dengan penanganan yang
tepat, gejala-gejala tersebut dapat berkurang ketika usianya dewasa. Tentunya
menghadapi anak-anak seperti ini bukan hal yang mudah. Merawat anak autis
menghabiskan banyak tenaga, kesabaran, emosi, dan juga biaya. Bahkan ada yang
menuliskan biaya yang diperlukan untuk merawat seorang anak dengan ASD dapat
mencapai puluhan milyar rupiah.
Homeschool
untuk penyandang ASD
Beberapa
orang bertanya kepada saya mengenai pendidikan untuk anak ASD, khususnya untuk
homeschool. Mereka bertanya karena selain biaya pendidikan untuk anak autis
tidaklah murah, homeschooling untuk anak autis cukuplah masuk akal. Memang bukan berarti kalau homeschool berarti permasalahan selesai, dan kita tidak
sepusing jika anak masuk sekolah. Tetapi setidaknya faktor merasa diterima dan
dicintai itu akan lebih dirasakan oleh anak.
Sama
seperti homeschooling bagi anak-anak lainnya, homeschooling bagi anak ASD
adalah panggilan. Jika orang tua tidak merasa mendapat panggilan untuk
melakukannya, maka saat bertemu permasalahan, yang mungkin lebih besar daripada
yang dialami orang tua homeschool lainnya, orang tua penyandang ASD ini akan
lebih tertekan. Itulah sebabnya, homeschool adalah panggilan. Jika suami istri
tidak sepakat atau tidak sehati, maka akan berat untuk melakukannya.
Dalam
beberapa hal, homeschool untuk anak ASD mungkin sama dengan homeschool untuk
anak pada umumnya. Tetapi dalam beberapa hal, homeschooling untuk anak ASD akan
berbeda dengan anak homeschool lainnya. Beberapa keuntungan homeschool untuk
penyandang ASD adalah:
1.
Ikatan antara orang tua dana anak akan lebih dalam. Dengan memegang anak mereka
sendiri, maka orang tua akan lebih dapat menerima segala hal tentang si anak.
Dan si anak akan lebih mengenal orang tuanya.
2.
Karena kebutuhan anak-anak dengan sindrom ASD berubah mengikuti waktu dan
kesehatan mereka, maka dengan homeschooling, cara pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan si anak. Hal ini dapat mengurangi tingkat
kestressan si anak.
3.
Untuk faktor biaya, tentu saja akan jauh lebih murah jika anak diajar sendiri
daripada masuk ke sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Walau saya kurang
tahu pasti berapa kisaran biayanya, tetapi beberapa orang yang bertanya kepada
saya mempertimbangkan homeschool, baik dengan guru datang ataupun orang tuanya
yang mengajar, karena faktor biaya ini.
4.
Untuk faktor sosialisasi, kita dapat memilih sendiri cara sosialisasi yang
sesuai dengan kebutuhan penyandang ASD.
Cara
mengajar dan Alat Bantu
Karena
beberapa anak-anak ASD mempunyai kesulitan dengan masalah bahasa, terkadang
pikiran mereka tidak mampu untuk memroses kata-kata baik secara tertulis
ataupun lisan, maka alat bantu akan sangat membantu anak-anak ini. Anak-anak
ASD memroses informasi melalui apa yang mereka lihat. Flash card salah satunya.
Dengan flash card yang ada gambar dan tulisan yang menerangkan gambar tersebut
akan sangat membantu dalam mengajar.
Sama seperti anak-anak akan lebih cepat menangkap konsep
matematika melalui alat peraga, the
more the merrier, maka alat peraga akan sangat membantu saat mengajarkan
matematika pada penyandang ASD. Permainan edukasi, software edukasi, akan
membantu karena penyandang ASD menikmati komputer, seni dan musik.
Bagaimana dengan membaca? Anak-anak ASD mempunyai kelemahan
dengan yang namanya kemampuan linguistik. Oleh sebab itu, metode membacanya pun
tidak seperti anak pada umumnya. Saat melatih anak membaca, perkenalkanlah anak
dengan buku yang cukup menarik seperti buku yang ada suaranya, buku yang dapat
diraba (feel and touch book) ataupun buku dengan gambar. Mintalah anak untuk menunjukkan gambar
dan nama benda yang ada. Sangat disarankan untuk membaca buku yang sama
berkali-kali selama beberapa hari (pengulangan bagi si anak) sebelum berganti
kepada cerita yang baru.
Karena penyandang ASD mempunyai respon
yang baik terhadap musik, maka mengajar dengan menggunakan lagu sangat
membantu.
Aspek berkomunikasi dan
bersosialisasi
Kebanyakan anak ASD mempunyai
kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Beberapa diantara mereka tidak mampu
untuk berbicara ataupun menulis. Itulah sebabnya sangat penting bagi kita untuk
dapat membaca bahasa tubuh mereka agar kita mengerti apa yang sedang mereka
ingin ungkapkan. Buatlah daftar dengan menggunakan gambar agar mereka tahu mana
tindakan yang sesuai dan yang kurang sesuai. Dan saat anak berperilaku yang
baik, berikanlah reward pada anak tersebut.
Bagaimana dengan kemampuan
bersosialisasi? Anak-anak ASD agak susah bersosialisasi. Salah satu artikel
yang saya baca menyarankan agar orang tua mencoba mendemonstrasikan cara
bersosialisasi yang benar. Misalkan dengan boneka tangan. Boneka tangan dapat
menarik minat anak dan secara umum mudah digunakan. Selain itu, ajaklah anak
melihat video dan mendengarkan cerita yang mengajarkan tentang moral dan
karakter.
Aspek Motorik
Seperti anak-anak pada umumnya,
melatih kemampuan motorik merupakan hal yang penting. Aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan motorik halus dapat dilakukan di rumah dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Sedang untuk kegiatan motorik kasar, hal ini
merupakan hal yang sangat penting bagi anak-anak ASD dan perlu dilakukan rutin
setiap hari. Orang tua dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang sederhana di
rumah seperti main lempar tangkap bola (melatih koordinasi mata dan tangan),
berjalan di atas titian, dan sebagainya. Selain itu, orang tua juga dapat
memasukkan anak-anak ASD ke dalam club olahraga yang sesuai dengan minat
anak-anak ini seperti renang, futsal, gymnastic, dan sebagainya.
Pemilihan Kurikulum
Beberapa hari lalu saya sempat bertemu
teman si papa yang ternyata anaknya juga homeschooling. Cerita punya cerita, si
teman papa ini bercerita bahwa salah satu sahabat mereka juga memilih
homeschool untuk anaknya karena anaknya autis dan ternyata bagus sekali
hasilnya. Kurikulum yang dipakai sama dengan kurikulum yang dipakai anak-anak
homeschool lainnya, hanya saja perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan
si anak dan kesabaran orang tua. Dan menurut saya, kurikulum memang membantu
dalam mengajar. Tetapi kurikulum apapun yang dipakai akan menjadi berguna jika
pengajarnya yaitu orang tuanya menaruh hati pada anaknya dan rela untuk
mengajar anaknya.
Bagaimana dengan waktu belajarnya?
Waktunya lebih fleksibel dibanding di sekolah. Sesuaikan dengan si anak, ada
yang suka di pagi hari, ada yang suka di sore hari, dan ada juga yang perlu
banyak jeda selama belajar. Tetapi usahakan sebisa mungkin konsisten dengan
jadwal yang ada.
Tips dalam melaksanakan
homeschool bagi ASD.
1. Sediakan buku catatan atau jurnal.
Jurnal membantu kita untuk mencatat
dan mendokumentasikan perkembangan anak, apa yang harus ditingkatkan, bagian
apa yang menjadi kekuatannya, apa yang membuat dia stres dan sebagainya. Dengan
adanya jurnal, saat harus menemui terapis pun kita dapat mengkonsultasikan
kendala-kendala yang ada.
Dengan adanya jurnal ini, kita dapat
memeriksa apakah yang kita lakukan dengan si anak sudah berada dalam jalur yang
tepat untuk mencapai tujuan kita memilih homeschool bagi mereka, apakah tujuan
kita visible, dan sebagainya.
2. Cari komunitas, baik komunitas
homeschool maupun komunitas untuk anak-anak autis.
Komunitas adalah hal yang penting,
bukan hanya untuk anak belajarbersosialisasi, tetapi untuk orang tuanya. Dengan
adanya komunitas, maka orang tua mendapatkan tempat untuk saling
mendukung.
3. Persiapkan ruangan yang sesuai.
Sebaiknya ada satu bagian di rumah
yang dikhususkan sebagai ruang kelas mereka. Tujuannya adalah untuk
meminimalkan gangguan-gangguan yang mungkin terjadi selama belajar sehingga
pengajar dan anak tetap fokus selama proses belajar. Jika memungkinkan, selain
kursi dan meja yang aman bagi anak, sediakanlah papan tulis dan juga lemari
buku.
4. Carilah terapis yang tepat untuk
membantu memantau perkembangan si anak.
Homeschool bukan berarti orang tua
harus menjadi orang tua yang super dan bukan berarti anak-anak ASD ini tidak
membutuhkan terapis. Mungkin ada orang tua yang dapat melakukan sendiri, tetapi
ada juga terapi-terapi yang membutuhkan alat atau
sarana tertentu. Oleh sebab itu, carilah terapis yang mengerti kondisi anak
tersebut.
5. Gali informasi sebanyak mungkin.
Carilah informasi dan bacalah buku
sebanyak mungkin untuk menambah pengetahuan tentang ASD dan homeschool,
kemudian carilah bagian mana yang bisa diterapkan. Saat ini banyak sekali
website yang dapat membantu membuka wawasan kita tentang homeschool bagi anak
ASD.
6. Persiapkan field trip yang sesuai
dengan anak.
Beberapa orang tua cenderung malu
untuk membawa anak yang berkebutuhan khusus keluar rumah. Mereka tidak mau anak
mereka disepelekan saat keluar rumah. Tetapi aktivitas keluar rumah dapat
menjadi sarana untuk anak-anak ini belajar. Keuntungan dari homeschool adalah
kita dapat pergi kemana saja dan kapan saja dan mengubah perjalanan menjadi
pengalaman belajar si anak karena dunia adalah ruang kelas mereka. Belajar
matematika saat mereka berbelanja di supermarket, belajar mengenal benda saat
berjalan diluar, belajar mengenai keamanan dan navigasi di airport, dan
sebagainya. Be creative :)
Semakin saya menggali informasi
tentang ASD, semakin saya kagum kepada orang tua dari anak-anak ini. Walau
beberapa metode pengajaran bagi anak ASD sama dengan anak-anak pada umumnya,
tetapi dalam pelaksanaannya dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi. Orang tua
harus mampu menyesuaikan ritme si anak, dan hal itu tidaklah mudah.
Mengutip tulisan Alan Sohn Ed.d dan Cathy
Grayson mengenai homeschool untuk anak-anak dengan ASD dan sindrom asperger,
mereka mengatakan bahwa sekolah cenderung berfokus pada akademis. Sedangkan
anak-anak ini sebetulnya memiliki kemampuan akademis yang baik. Bagi anak-anak
ini, permasalahan dalam aspek kognitif, tingkah laku, sosial, dan perasaan akan
menjadi hal-hal terpenting yang dipelajari mereka. Orang tua akan menjadi guru
terpenting bagi anak-anaknya karena orang tualah yang menghabiskan waktu lebih
banyak dengan anak-anaknya, lebih daripada yang lain, dan juga karena anak-anak
ini perlu mengaplikasikan kemampuan-kemampuan yang sesuai di dunia nyata, bukam
hanya di dalam ruang kelas.
Menurut saya, anak ASD memerlukan
homeschool bukan semata-mata untuk alasan akademik, tetapi lebih untuk
mengembangkan diri mereka dalam lingkungan yang tingkat stresnya rendah dan
lingkungan dimana mereka memerlukan dukungan secara emosional sehingga mereka
dapat memaksimalkan diri mereka sesuai dengan rencanaNya. Walau akan menjadi
perjalanan yang panjang, dengan segala keseruan dan kelelahannya, memilih
homeschool akan menjadi suatu hal yang luar biasa bagi perkembangan anak-anak
ini.
Beberapa link yang dapat dibaca.
Note: Sindrom Asperger dan sindrom autis berbeda, tetapi
saya memasukkan artikel di atas karena artikel tersebut menarik untuk dibaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar