Kamis, 24 November 2016

Tips Untuk Menyiasati Anak yang Aktif


Apakah ada yang merasa mempunyai anak yang tidak dapat diam? Rasanya di pantat anak itu ada pakunya sampai susah sekali disuruh duduk. Dan saat disuruh belajar si anak aktif satu ini punya seribu satu macam alasan untuk menjawab. Nah, si adik agak seperti ini jika dibandingkan dengan si kakak. Akibatnya, saya harus banyak memodifikasi cara mengajar saya saat berhadapan dengan adik. Bahkan jika dibandingkan saat saya menjadi guru les anak TK saat SMA, trik yang saya pakai dulu pun terkadang tidak dapat diterapkan ke adik. Lalu bagaimana cara menyiasati supaya anak aktif dapat mengikuti pembelajaran dengan baik? Berikut beberapa hal yang pernah saya coba berdasarkan pengalaman saya baik saat mengajar anak-anak atau menghadapi anak orang lain.

1. Perbanyak alat bantu saat mengajar. 
Prinsipnya adalah The more the merrier. Semakin banyak alat bantu untuk mengajar, semakin menarik untuk anak yang aktif. Seperti saat adik belajar matematika. Alat-alat yang ada untuk mengajar matematika benar-benar membantu saya saat mengajar adik. Setidaknya membuat dia diam sejenak.

2. Gunakan sesuatu yang disukai si kecil saat belajar.
Ok, point ini dapat menjadi siasat yang baik tetapi juga dapat menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Sebetulnya jika diamati, pasti ada waktunya anak yang aktif pun bisa anteng atau diam saat melakukan sesuatu. Misal, si kecil dapat tenang saat bermain blocks, atau dapat tenang saat bermain mobil-mobilan, atau dapat tenang saat bernyanyi, dan sebagainya. Mengapa? Karena hal-hal tersebut menarik dan menyenangkan bagi si kecil. Karena menarik dan menyenangkan, maka perhatiannya terpusat pada hal tersebut. Kita dapat menyiasati dengan membuat pembelajaran menarik. Salah satunya dengan menggunakan hal-hal yang dapat menarik perhatiannya. Mungkin bisa jadi setelah itu akan rebutan untuk memegang barang yang dia suka. Untuk menghindari drama seperti ini, buatlah kesepakatan di awal. Misalkan setelah belajar, dia boleh memegang alat yang kita pakai.

3. Selingi istirahat saat mengajar. 
Biasanya anak yang aktif tidak bisa fokus terhadap sesuatu dalam waktu yang lama. Dan memang anak kecil kecenderungannya hanya dapat fokus sebentar saja. Itulah sebabnya kalau kita melihat film anak-anak di luar, durasinya hanya 10 sampai 20 menit. Oleh sebab itu, saat mengajar, berikan break atau istirahat agar si kecil juga lebih mudah fokus dan mamanya juga bisa menarik napas sebentar. Berdasarkan kondisi kesibukan kami, maka biasanya ada break untuk mereka makan pagi dan saya memasak. Setelah break biasanya kondisi jadi sama-sama fresh bagi kami.

4. Jangan memberikan standard yang terlalu tinggi. 
Ini berlaku untuk mamanya. Jika sudah tahu anaknya aktif dan tidak betah lama-lama belajar, maka jangan membuat standard yang terlalu tinggi. Yang ada kita frustasi karena anak tidak bisa diam dan standard tidak tercapai. Misal kita tahu bahwa si kecil tidak betah duduk manis. Lalu kita set waktu belajar 1 jam. Bukan saja si kecil yang bertingkah ini itu, tapi kita sebagai pengajar pun bisa frustasi. Apalagi dalam waktu 1 jam tersebut, alat yang digunakan hanya satu atau dua macam. Akibatnya setelah mengajar, kita rasanya mau menangis bombay (lebay dikit).
Oleh sebab itu, kita boleh menentukan apa yang mau dicapai dalam setiap pembelajaran, tetapi taruhlah sewajar mungkin. Dulu sering sekali orang tua murid berpikir bahwa jika si kakak dulu bisa, harusnya adik pun bisa. Atau lebih parahnya anak tetangga bisa, masa anak kita tidak bisa. Ingatlah setiap anak berbeda-beda. Kalau di sekolah mungkin hasilnya orang tua seperti ini memaksa guru melakukan lebih untuk anaknya atau memberi anaknya berbagai les pelajaran setiap hari. Tetapi kalau homeschooling, gurunya ya kita sendiri =D

5. Berikan tugas yang bisa memancing kepercayaan diri mereka.
Saya sering memberi tugas yang sebelumnya sudah dipelajari kepada anak-anak, dari buku anak-anak sendiri. Tujuannya adalah melatih mereka terhadap soal yang ada, melihat kemampuan mereka dan juga membuat mereka merasa ternyata mereka dapat melakukannya. Saat mereka dapat melakukannya, saya biasanya menunjukkan bahwa ternyata tugas yang mereka kerjakan tidak sesusah yang mereka pikir. Hasil dari aktivitas ini adalah mereka menjadi lebih percaya diri dan membuat mereka jadi tertarik untuk belajar lagi. Dan dibanding memberikan pelajaran atau tugas sampai mereka tidak mampu, saya lebih suka menyudahi pembelajaran di saat mereka lagi 'peak' (dan sesuai dengan lesson plan yang sudah dibuat). Tujuannya supaya besoknya mereka jadi penasaran dan pengen belajar lagi. Dan, terkadang berhasil loh :)

6. Tentukan aturan main dan pastikan anak tahu konsekuensinya. 
Sama seperti proses pendisiplinan, aturan main dan konsekuensi jika melanggar saat belajar pun harus disampaikan di awal. Dan mereka harus tahu siapa yang mempunyai otoritas saat belajar. Ada waktunya bagi mereka berbicara, dan ada waktunya bagi saya berbicara. Tentunya hal ini berguna bagi kita dan juga si anak. Dan jangan takut, penetapan aturan main saat belajar tidak mengurangi kreatifitas anak ataupun kepintaran anak =D

7. Berikan aktivitas yang dapat dilakukan untuk membuang energinya.
Anak yang aktif biasanya mempunyai energi berlebih yang harus disalurkan. Oleh sebab itu, berikan aktivitas yang membuat dia membuang energi. Jika punya taman di dekat rumah, biar dia bermain-main dahulu dan membuang tenaga. Atau masukkan si kecil ke les yang berhubungan dengan motorik kasar. Atau bisa juga dimasukkan aktivitas fisik saat mengajar, seperti melompat sambil menghitung ataupun bernyanyi dengan gaya saat belajar phonics.

8. Perhatikan makanannya.
Faktor yang kesannya sepele, tetapi penting bagi saya. Ada anak yang akan menjadi lebih aktif jika bertemu gula atau kafein. Maka hindarilah makanan yang terlalu manis sebelum belajar. Berikan anak makanan yang secukupnya dan bergizi sehingga si kecil punya cukup energi untuk belajar.

Terlepas semua tips diatas, tidak ada jaminan bahwa si aktif ini dapat langsung 'dijinakkan' dengan cara ini atau itu. Faktor kesiapan dan kedewasaan juga berlaku terhadap anak yang aktif. Jadi, jika semua usaha sudah dicoba dan belum begitu efektif, mungkin kita perlu menunggu kesiapan umurnya dan sambil berdoa semoga dia segera siap. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar