Pernah mengalami masa-masanya
sahabat pena? Jika ya, berarti kita masih berada di angkatan yang sama =D Zaman
saya kecil, kami diminta mengirim surat
kepada orang-orang yang belum kami kenal melalui program sahabat pena. Masa
itu, yang namanya kantor pos ada dimana-mana. Namanya ke kantor pos merupakan
hal yang lumrah dan mengirimkan surat
pun sudah menjadi kebiasaan anak-anak zaman itu. Menunggu surat balasan dari sahabat pena pun terasa
begitu seru, karena bisa jadi balasannya seminggu, sebulan, bahkan dua bulan.
Namun di zaman yang sudah maju
ini, orang sudah jarang mengirim surat .
Sekarang sudah jamannya email, whatsapp,
video call, dan segudang kecanggihan zaman ini. Bahkan Duo Lynns juga tahu
kalau mau bertanya ke temannya bisa whatsapp
ke mamanya teman mereka. Berhubung salah satu bagian dari pelajaran kakak
adalah membuat surat , bahkan sampai cara melipat
surat , maka kakak pun penasaran mengenai cara
mengirim surat
zaman dulu. Akhirnya kami berencana untuk mengunjungi kantor pos.
Berdasarkan website posindonesia.co.id, ternyata keberadaan Pos Indonesia sudah
ada sejak zaman dahulu. Kantor pos pertama didirikan di Batavia (sekarang
Jakarta) oleh Gubernur Jenderal G.W Baron
van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin
keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari
kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri
Belanda. Sejak itulah pelayanan pos telah lahir mengemban peran dan fungsi
pelayanan kepada publik. Dalam perkembangannya, Pos Indonesia sudah mengalami
perubahan sebanyak enam kali. Pada tanggal 20 Juni 1995, Pos Indonesia berubah
menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).
Kantor Pos masa dulu. Sumber foto posindonesia.co.id |
Karena banyaknya pilihan kantor
pos yang dapat kami kunjungi, papa mengusulkan untuk mengunjungi kantor pos
yang di Pasar Baru. Kantor pos ini merupakan kantor pos tertua di Jakarta . Walaupun gedung
yang digunakan sudah diperbaharui, namun secara fisik bentuk bangunan gedung yang
dirancang oleh arsitek JF Hoytema dengan gaya arsitektur Art Deco (dipengaruhi
oleh aliran Art and Craft pada detail
interiornya) masih menunjukkan ciri khas gedung dengan gaya Belanda. Gedung ini
terlihat megah. Di salah satu bagian terdapat club filateli yang senang
mengkoleksi perangko.
Kantor Pos masa sekarang. Sumber foto: wikipedia.org |
Saat kami datang, kami mengira
akan kantor pos ini akan sepi, namun ternyata tidak sesepi yang kami bayangkan.
Masih banyak orang yang menggunakan jasa kantor pos dalam pengiriman surat dan juga barang.
Masuk akal sih, karena untuk menjangkau daerah-daerah terpencil, rasanya banyak
orang yang masih mengandalkan pak pos. Kali ini kakak membawa dua surat yang akan dikirim kepada teman-temannya dan adik
membawa satu surat
yang ingin dikirimkan kepada dirinya sendiri.
Kami sengaja membiarkan Duo Lynns
bertanya dan membeli perangko sendiri. Awalnya mereka merasa susah untuk
bertanya karena meja petugasnya lumayan tinggi. Namun mbak yang bertugas di
situ ramah terhadap anak-anak. Kepada anak-anak disarankan untuk membeli
perangko Rp 3.000,00. Kata si mbak, kalau surat
biasa, perangko Rp 3.000,00 sudah cukup. Setelah mengucapkan terima kasih,
anak-anak segera menempel perangko yang ada. Berhubung kami tidak membawa lem,
karena mamanya berasumsi pasti ada lem di kantor pos, maka kami meminjam lem
dari satpam yang ada. Setelah menempelkan perangko, mereka memberikan suratnya
kepada mbak di bagian pengecapan perangko. Alat untuk mengecapnya cukup besar
sehingga membuat anak-anak norak. Setelah dicap, mbak yang bertugas menunjukkan
surat dengan
perangko yang sudah dicap dan setelah itu memasukkan surat tersebut ke kotak yang memang khusus untuk surat yang telah dicap.
Surat yang sudah ditempel perangko |
Kami beranjak keluar dari kantor
pos. Saat kami turun, kami melihat banyak kotak-kotak surat di bagian bawah kantor pos. Papa
menjelaskan kepada anak-anak itu adalah PO BOX. Apakah PO
BOX? PO BOX adalah singkatan dari Post Office Box. Ini merupakan salah satu
fasilitas yang diberikan oleh kantor Pos Indonesia kepada instansi-instansi
atau yayasan-yayasan tertentu yang menyewa kotak surat ini. Seperti saat saya kecil, setiap surat yang dikirim untuk undian berhadiah selalu menggunakan PO BOX. Biasanya perusahan-perusahaan
memberikan PO BOX kepada orang-orang yang mau melamar pekerjaan di sana . Tujuannya apa sih?
Tujuannya adalah untuk menyembunyikan alamat penerima seperti ketika mengirim surat lamaran kerja.
Kalau diberi tahu alamatnya, bisa jadi banyak pelamar yang datang mengantar
sendiri ke kantor tersebut. Untuk efisiensi, biasanya perusahaan yang menyewanya
tidak mengambil setiap saat. Ada
hari-hari atau jam-jam tertentu dimana pihak penyewa dapat datang untuk
mengambil.
Setelah melihat PO BOX dari
kejauhan, karena petugas di dekat PO BOX sedang merokok, kami pun menunjukkan Bis Surat. Bis Surat merupakan kotak surat untuk umum ini
berfungsi untuk mempermudah pengirim surat untuk
mengirimkan surat . Daripada repot memasukkan ke kantor pos, pengirim surat dapat memasukkan ke dalam bis surat ini. Nantinya pak pos akan mengambil surat
pada jam-jam tertentu.
Bis Surat |
Setelah puas melihat setiap hal
di kantor Pos ini, kami melanjutkan acara kami untuk menaiki Mpok Siti, CityTour Bus Jakarta.
Menunggu Mpok Siti di halte Kantor Pos |
PS: surat yang kami kirim tiba kembali di rumah
kami dalam waktu 3 hari dan surat yang dikirimkan ke Tangerang tiba 2 minggu setelah pengiriman. Sedangkan yang ke Jawa Barat, sampai saat ini belum sampai. =P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar