Selasa, 03 Oktober 2017

Ayo Ke Kantor Pos :)


Pernah mengalami masa-masanya sahabat pena? Jika ya, berarti kita masih berada di angkatan yang sama =D Zaman saya kecil, kami diminta mengirim surat kepada orang-orang yang belum kami kenal melalui program sahabat pena. Masa itu, yang namanya kantor pos ada dimana-mana. Namanya ke kantor pos merupakan hal yang lumrah dan mengirimkan surat pun sudah menjadi kebiasaan anak-anak zaman itu. Menunggu surat balasan dari sahabat pena pun terasa begitu seru, karena bisa jadi balasannya seminggu, sebulan, bahkan dua bulan.

Namun di zaman yang sudah maju ini, orang sudah jarang mengirim surat. Sekarang sudah jamannya email, whatsapp, video call, dan segudang kecanggihan zaman ini. Bahkan Duo Lynns juga tahu kalau mau bertanya ke temannya bisa whatsapp ke mamanya teman mereka. Berhubung salah satu bagian dari pelajaran kakak adalah membuat surat, bahkan sampai cara melipat surat, maka kakak pun penasaran mengenai cara mengirim surat zaman dulu. Akhirnya kami berencana untuk mengunjungi kantor pos. 

Berdasarkan website posindonesia.co.id, ternyata keberadaan Pos Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu. Kantor pos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jenderal G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda. Sejak itulah pelayanan pos telah lahir mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik. Dalam perkembangannya, Pos Indonesia sudah mengalami perubahan sebanyak enam kali. Pada tanggal 20 Juni 1995, Pos Indonesia berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero).
Kantor Pos masa dulu. Sumber foto posindonesia.co.id
Karena banyaknya pilihan kantor pos yang dapat kami kunjungi, papa mengusulkan untuk mengunjungi kantor pos yang di Pasar Baru. Kantor pos ini merupakan kantor pos tertua di Jakarta. Walaupun gedung yang digunakan sudah diperbaharui, namun secara fisik bentuk bangunan gedung yang dirancang oleh arsitek JF Hoytema dengan gaya arsitektur Art Deco (dipengaruhi oleh aliran Art and Craft pada detail interiornya) masih menunjukkan ciri khas gedung dengan gaya Belanda. Gedung ini terlihat megah. Di salah satu bagian terdapat club filateli yang senang mengkoleksi perangko.
Kantor Pos masa sekarang. Sumber foto: wikipedia.org 
Saat kami datang, kami mengira akan kantor pos ini akan sepi, namun ternyata tidak sesepi yang kami bayangkan. Masih banyak orang yang menggunakan jasa kantor pos dalam pengiriman surat dan juga barang. Masuk akal sih, karena untuk menjangkau daerah-daerah terpencil, rasanya banyak orang yang masih mengandalkan pak pos. Kali ini kakak membawa dua surat yang akan dikirim kepada teman-temannya dan adik membawa satu surat yang ingin dikirimkan kepada dirinya sendiri.

Kami sengaja membiarkan Duo Lynns bertanya dan membeli perangko sendiri. Awalnya mereka merasa susah untuk bertanya karena meja petugasnya lumayan tinggi. Namun mbak yang bertugas di situ ramah terhadap anak-anak. Kepada anak-anak disarankan untuk membeli perangko Rp 3.000,00. Kata si mbak, kalau surat biasa, perangko Rp 3.000,00 sudah cukup. Setelah mengucapkan terima kasih, anak-anak segera menempel perangko yang ada. Berhubung kami tidak membawa lem, karena mamanya berasumsi pasti ada lem di kantor pos, maka kami meminjam lem dari satpam yang ada. Setelah menempelkan perangko, mereka memberikan suratnya kepada mbak di bagian pengecapan perangko. Alat untuk mengecapnya cukup besar sehingga membuat anak-anak norak. Setelah dicap, mbak yang bertugas menunjukkan surat dengan perangko yang sudah dicap dan setelah itu memasukkan surat tersebut ke kotak yang memang khusus untuk surat yang telah dicap.
Surat yang sudah ditempel perangko
Kami beranjak keluar dari kantor pos. Saat kami turun, kami melihat banyak kotak-kotak surat di bagian bawah kantor pos. Papa menjelaskan kepada anak-anak itu adalah PO BOX. Apakah PO BOX? PO BOX adalah singkatan dari Post Office Box. Ini merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh kantor Pos Indonesia kepada instansi-instansi atau yayasan-yayasan tertentu yang menyewa kotak surat ini. Seperti saat saya kecil, setiap surat yang dikirim untuk undian berhadiah selalu menggunakan PO BOX. Biasanya perusahan-perusahaan memberikan PO BOX kepada orang-orang yang mau melamar pekerjaan di sana. Tujuannya apa sih? Tujuannya adalah untuk menyembunyikan alamat penerima seperti ketika mengirim surat lamaran kerja. Kalau diberi tahu alamatnya, bisa jadi banyak pelamar yang datang mengantar sendiri ke kantor tersebut. Untuk efisiensi, biasanya perusahaan yang menyewanya tidak mengambil setiap saat. Ada hari-hari atau jam-jam tertentu dimana pihak penyewa dapat datang untuk mengambil.

Setelah melihat PO BOX dari kejauhan, karena petugas di dekat PO BOX sedang merokok, kami pun menunjukkan Bis Surat. Bis Surat merupakan kotak surat untuk umum ini berfungsi untuk mempermudah pengirim surat untuk mengirimkan surat. Daripada repot memasukkan ke kantor pos, pengirim surat dapat memasukkan ke dalam bis surat ini. Nantinya pak pos akan mengambil surat pada jam-jam tertentu.
Bis Surat
Setelah puas melihat setiap hal di kantor Pos ini, kami melanjutkan acara kami untuk menaiki Mpok Siti, CityTour Bus Jakarta.
Menunggu Mpok Siti di halte Kantor Pos
PS: surat yang kami kirim tiba kembali di rumah kami dalam waktu 3 hari dan surat yang dikirimkan ke Tangerang tiba 2 minggu setelah pengiriman. Sedangkan yang ke Jawa Barat, sampai saat ini belum sampai. =P 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar