Di akhir pertemuan monthly meeting kemarin, anak-anak diberi project untuk menanam benih. Anak-anak menyiapkan benih kacang merah untuk ditanam. Saat anak-anak masih kecil, kami memang pernah menanam dengan media kapas. Maklum, mamanya tidak suka main dengan tanah. Kali ini kami diminta untuk menanam dengan media tanah.
Kami diminta menyiapkan:
- tanah
- pot atau wadah untuk menanam sebanyak 2 buah
- plastik
- benih untuk ditanam (kami menggunakan kacang merah)
Berhubung kami memang suka memanfaatkan barang-barang yang ada di sekitar kami, maka kami memilih menggunakan kotak susu UHT sebagai pot kami. Opa pun menyuruh kami membolongi bagian bawahnya.
Bahan-bahan yang akan kami gunakan |
Ada dua wadah yang disiapkan. Wadah pertama diisi dengan tanah dan benih kacang. Wadah yang kedua diisi dengan tanah yang bercampur dengan sampah plastik dan benih kacang. Sampah plastik ini diletakkan di antara tanah juga. Setelah itu anak-anak diminta untuk mengamati kedua wadah tersebut.
Day 0 |
Day 1 |
Apa hasil dari pengamatan anak-anak? Ternyata menanam di tanah tidak secepat saat kami menanam dengan media kapas. Kalau kata opa sih tanahnya terlalu padat. Maklum, anak-anak niat pakai banget untuk mengisi tanahnya.
Day 3 |
Day 7 |
Benih yang ditanam di tanah yang tidak ada sampahnya lebih cepat bertumbuh dibanding yang ditanam di tanah yang ada sampah plastiknya. Kami menghubungkan percobaan ini dengan kondisi hati kami.
Tanah melambangkan hati kami. Jika hati kita masih menyimpan ‘sampah’, maka tindakan kita pun tidak akan bisa maksimal. Kalau istilah kami: ’nothing good comes from bitterness’. Oleh sebab itu, penting untuk menjaga hati kami, karena dari hati itulah terpancar kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar