Sabtu, 20 April 2019

Snowflake of Forgiveness

Setelah sebelumnya kami membahas karakter decisiveness di pertemuan perdana kami di tahun ini, bulan Februari kemarin kami membahas karakter forgiveness. Forgiveness atau pengampunan didefiniskan sebagai menghapus semua catatan orang-orang yang bersalah kepada saya dan kembali mengasihi mereka. Dengan kata lain, memaafkan berarti mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain serta tidak menaruh dendam.
Forgiveness
Setelah berdoa, auntie I menjelaskan kepada anak-anak mengenai forgiveness. Saat kita mengampuni maka kita tidak akan melakukan pembalasan. Bagaimana caranya? Yang pertama adalah dengan melepaskan segala rasa pahit terhadap orang tersebut, sehingga kita dapat mengasihi mereka sepenuhnya. Yang kedua adalah percayalah bahwa Tuhan akan bertindak, sehingga kita tidak perlu bertindak sendiri. Untuk anak kecil, daripada membalas, lebih baik melaporkan kepada orang yang lebih dewasa, tetapi jangan melebih-lebihkan. Yang ketiga adalah mencoba untuk memahami dia dan mengerti apa kebutuhan dia. Ini juga berlaku untuk kita sebagai orang dewasa loh.
How?
Selanjutnya auntie T menjelaskan kisah di Alkitab tentang salah satu tokoh yang mengampuni. Tokoh yang diambil adalah tokoh Yusuf. Yusuf mengasihi saudara-saudaranya walaupun ia dibuang sampai ke Mesir. Bahkan setelah Yakub meninggal, Yusuf pun tetap mengasihi saudara-saudaranya. Mengapa? Karena ia mengampuni dan menghapus semua catatan kesalahan kakak-kakaknya.
Story about Joseph.
Untuk membuat karakter ini lebih dimengerti, anak-anak bersama-sama membuat snowflake. Di tengah-tengah pembuatan, auntie T berkata bahwa kita seperti kertas ini. Guntingan-guntingan kecil terhadap kertas ini menggambarkan kita yang seringkali disakiti. Tetapi saat kita bersedia memaafkan, maka Tuhan mampu membuat hal yang menyakiti kita menjadi sesuatu yang indah, sama seperti kertas pola snowflake yang dibuka. Andaikan kita mengeluh dan tidak mau mengampuni, maka kita hanya akan menjadi kertas yang penuh guntingan saja. 

Sebelum mengakhiri pertemuan kami, anak-anak bersama-sama menghapalkan ayat hapalan yang ada dengan menggunakan gerakan. Setelah itu dilanjutkan dengan acara fellowship.
Memory Verse kami.
Selain pembahasan di monthly meeting, pembahasan ini juga kami lakukan di rumah. Saya mengilustrasikan mengampuni dengan kegiatan yang sederhana, yaitu dengan menuliskan semua kesalahan yang mungkin dilakukan oleh orang kepada kita di papan tulis. Saat kita bilang kita mengampuninya, maka kita menghapus semua hal tersebut. Ilustrasi ini membuat anak-anak mengerti bahwa saat kita mengampuni, tidak ada rasa sakit di hati kita.
Snowflake yang dibuat Duo Lynns
Mengampuni memang terlihat gampang, tetapi agak berat untuk melakukannya. Saat menjelaskannya kepada adik, adik bilang dia takut untuk memaafkan orang lain. Memang saat orang bersalah kepada dia, jika dia merasa sangat sakit, dia akan menangis dan tidak mau menerima permintaan maaf. Hal ini karena dia sering merasa disakiti orang lain, dan takut disakiti kembali. Hal yang wajar, karena kita sebagai orang dewasa pun terkadang merasakan hal itu. Tetapi trauma seperti ini memang tidak boleh dibiarkan berlanjut.

Bersyukurnya kami pembahasan ini dilakukan secara penuh selama sebulan, dan masih berlangsung tentunya, sehingga adik belajar untuk menerima permintaan maaf orang lain tanpa harus menangis. Mengampuni memang berat, namun saat kita mengampuni, kita pun akan menjadi lebih enteng dan tidak pahit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar