Bulan Maret ini Indonesia dikejutkan dengan berita
adanya beberapa orang yang terkena virus corona. Dampak dari virus ini,
pemerintah pun meminta kita untuk melakukan social
distancing, yang artinya sebisa mungkin kita tetap berada di rumah tanpa
harus keluar-keluar. Akibat dari kebijakan ini, maka monthly meeting yang harusnya diadakan di bulan ini diundur.
Walaupun demikian, setiap
keluarga yang ada di komunitas kami diharapkan tetap melakukan pembahasan
mengenai karakter bulan ini. Bulan ini kami membahas cautiousness. Cautiousness
atau berhati-hati adalah mengetahui seberapa pentingnya waktu yang tepat dalam
mencapai tindakan yang tepat. Atau dalam bahasa sederhananya adalah memberikan
waktu untuk berpikir agar setiap keputusan atau setiap tindakan yang diambil
adalah tepat. Lawan kata cautiousness
adalah rashness. Rashness atau
terburu-buru didefinisikan sebagai melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa dan
kurang pertimbangan.
Karakter ini sangat penting,
bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga untuk kita orang dewasa. Seringkali
kita melihat orang melakukan sesuatu dengan tidak tepat, lalu orang lain akan
berkata “kan
maksud dan niatnya baik”. Memang segala sesuatu yang niatnya baik itu baik,
namun jika dilakukan pada waktu yang tepat, maka hasilnya juga akan lebih baik.
Sebagai contoh, misalkan kakak
kita sedang bermain bola, lalu tiba-tiba
bola tersebut jatuh. Membantu kakak mengambil bola merupakan tindakan yang
baik, bukan? Namun jika kita mengambil bola tersebut tanpa melihat kiri kanan
dan kita lari menabrak anak kecil, apakah itu baik? Oleh sebab itu, sebelum
mengambil bola, kita harus melihat ke kiri dan ke kanan agar tidak membahayakan
orang lain dan juga kita.
Saat membahas cautiousness, kami
memperkecil pembahasan kepada lima
hal yang dapat dilakukan anak-anak sebagai langkah nyata saat membahas cautiousness. Lima
hal tersebut adalah:
1. Saya akan berpikir sebelum
saya bertindak
2. Saya akan mempertimbangkan
kata-kata saya sebelum saya berkata-kata.
3. Saya akan mengikuti peraturan
yang ada (safety rules).
4. Saya akan meminta izin terlebih dahulu.
5. Saya akan waspada terhadap bahaya.
Agar kelima hal ini lebih mudah dipahami oleh anak-anak, maka kami pun
menggunakan permainan Cautiousness Snake
and Ladder. Tujuan dari permainan ini adalah membuat anak-anak menyadari
keuntungan dari bersikap hati-hati dan konsekuensi dari bersikap terburu-buru.
Sama seperti bermain ular tangga, jika bertemu tangga maka naik dan jika
bertemu ular maka turun, maka saat anak-anak mendarat di tindakan yang
menunjukkan sikap kehati-hatian, maka mereka akan naik tangga. Namun jika mereka mendarat di tindakan
yang diambil dengan terburu-buru, maka mereka akan turun.
Dalam pembuatannya, kami menyediakan lima ’kasus’ yang berhati-hati dan
lima ’kasus’ yang menunjukkan tindakan rashness atau terburu-buru. Kasus-kasus
tersebut dapat dibuat sendiri, berdasarkan keadaan yang kita ingin anak-anak
berhati-hati. Kami membuatnya sebagai berikut.
5 keadaan berhati-hati:
- A stranger offered to give you
some food, you quickly went away.
- You asked permission before you
played with your friends.
- You obeyed your parents to stay
at home
- You used seatbelt when you were
in the car.
- You washed your hand before and
after eating.
5 keadaan tidak berhati-hati:
- You ran down the hallway with a
sharp pencil.
- You didn't asked permission
from your parents before you went to your neighbors.
- You ran across the road without
looking both ways.
- You didn't wash your hands
after going outside the house.
- You didn't clean the floor
after you spilled the water.
Walaupun permainan ular tangga ini sepertinya
jadul, ternyata bagi anak-anak akan lebih menarik. Apalagi dimainkan
bersama-sama. Lumayan, menambah permainan yang dapat dimainkan selama harus di
rumah saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar