Sudah hampir dua bulan ini
masyarakat di Jakarta
dipaksa menikmati yang namanya ‘Home
Sweet Home’. Ya, dengan adanya pandemi covid-19, hampir semua kegiatan
dilakukan di rumah, termasuk juga yang namanya belajar di rumah. Anak-anak yang
biasanya pagi-pagi sudah diantar ke sekolah dan baru pulang hampir sore, atau
bahkan malam karena banyak kegiatan setelah sekolah, sekarang dari pagi sampai
malam ada di rumah.
Sebagian teman berkata kepada
kami tentu kami sudah biasa saja dengan situasi semua ada di rumah. Memang
karena anak-anak homeschooling, lalu papa bekerja di rumah, kami terbiasa semua
ada di rumah. Tetapi tentu saja kondisi seperti ini sangat tidak nyaman bagi
kami. Kami pun memaklumi uneg-uneg teman-teman yang ada.
Beberapa teman pun bercerita
bahwa mereka sudah mau meledak setiap hari karena dipusingkan dengan
tugas-tugas yang diberikan guru kepada anaknya. Istilahnya dipaksa homeschooling dengan tuntutan yang
banyak. Belum lagi harus online untuk
meet up dengan guru dan teman-temannya.
Bukan hanya kuota, tetapi orang tua harus jago untuk set up dengan berbagai macam platform
meeting. Tentunya hal ini bukan hal yang mudah.
Bagaimana dengan mama papa yang
biasanya kerja, lalu sekarang harus kerja di rumah? Mereka pun pusing untuk
membagi waktu karena ada di rumah dan juga harus rapat secara online dengan
klien. Belum lagi kalau anaknya masih kecil-kecil, yang menyangka hari ini papa
libur sehingga bisa bermain dengan si kecil.
Memang waktu-waktu ini bukanlah
waktu yang mudah bagi siapapun. Dari segi finansial, banyak hal yang harus
diketatkan. Dari segi hubungan dalam keluarga, karena setiap hari 4L (lu lagi
lu lagi), malah gesekan jadi lebih sering dan akibatnya gesekan dan tuntutan setiap
orang terhadap anggota keluarga yang lain menjadi meningkat. Tidak heran
miskomunikasi lebih sering terjadi saat pandemi ini.
Kalau boleh dimisalkan, situasi
yang tidak menentu ini dapat diibaratkan seperti kita sedang berlari marathon.
Kita butuh persiapan dan stamina yang lebih karena kita belum tahu kapan akan
selesai, apalagi jika melihat sebagian masyarakat seakan menyepelekan
peraturan-peraturan yang diberikan pemerintah. Jadi kalau diawal saja bawaannya
sudah stress, lelah, dan senewen, bisa-bisa kita sakit bukan karena covid,
tetapi karena berada di dalam rumah terus.
Bagaimana cara menyiasati situasi
yang mengharuskan semua di rumah dan semua dari rumah ini? Bagaimana caranya
agar rumah betul-betul terasa sweet
saat kita manis-manis di dalam rumah? Ada
beberapa hal yang bisa kita lakukan supaya kita tidak burn out dengan situasi yang ada.
1. Komunikasikan segala hal
dengan semua anggota keluarga.
Komunikasi adalah kunci dari segala hal. Seringkali kita, terutama
mamak-mamak, merasa pasangan kita harusnya tahu maunya kita. Tapi kita lupa,
kita menikah dengan pria, yang lebih sering menggunakan logika daripada
perasaan. Oleh sebab itu, komunikasikan dengan pasangan mengenai
kesulitan-kesulitan yang ada. Buat kesepakatan bersama dan setelah itu
komunikasikan dengan anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
2. Libatkan anak-anak,
termasuk urusan rumah tangga.
Sebagai orang tua, terkadang kita merasa anak-anak tidak perlu tahu banyak
hal. Akibatnya kita dapat merasa burn out
dengan keadaan yang ada. Apalagi kalau yang tidak ada asisten rumah tangga, si
mama akan merasa lelah dengan semua kerjaan rumah tangga. Ada baiknya anak-anak
pun diberikan tanggung jawab dan juga dilibatkan dalam urusan rumah tangga. Dan
jika orang tua bekerja, maka anak-anak pun dapat diberi pengertian bahwa sama
seperti mereka punya worksheet atau
pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, papa atau mama juga mempunyai worksheet yang harus diselesaikan.
3. Sesuaikan ekspektasi
dengan kenyataan.
Rasa lelah yang dirasakan kita lebih sering karena poin ketiga ini. Sama seperti
yang sering saya katakan mengenai ekspektasi
saat homeschool,
saat semua orang di rumah pun kita harus menyesuaikan ekspektasi dengan
kenyataan. Hal ini memang berat bagi orang-orang yang perfeksionis, seperti
saya misalnya. Tetapi kalau
kita tidak melakukannya, maka kita akan lelah duluan. Jadi, alih-alih membuat
ekspektasi yang agak gak menapak, lebih baik membuat target sesuai dengan
kenyataan yang ada.
4. Berikan ruang untuk
menerima hal yang tidak sesuai dengan rencana yang ada.
Bagi si pemikir dan si perencana, hal yang tidak sesuai dengan perencanaan
adalah hal yang tidak menyenangkan. Bahkan saat kita sudah menyesuaikan
ekspektasi dengan kenyataan, seringkali ada hal yang tidak sesuai dengan
rencana yang sudah ada. Saat-saat seperti inilah dibutuhkan kebesaran hati
untuk menerima keadaan yang ada dan belajar fleksibel dengan hal tersebut. Bagi
kami, hal ini penting. Apalagi dengan adanya bayi. Walaupun kami terbiasa
menerapkan rutin dalam pengasuhan anak sejak bayi, namun karena satu dan lain
hal, rencana yang sudah disiapkan bisa berubah karena si bayi. Saya sendiri
butuh waktu untuk menerima dan belajar fleksibel dan segera menyesuaikan dengan
keadaan yang ada.
5. Selesaikan konflik atau
sengketa yang ada sesegera mungkin.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya semua orang di rumah, gesekan
akan lebih sering terjadi, baik antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, ibu
dengan anak, ataupun anak dengan anak. Kami memilih untuk segera menyelesaikan
konflik yang ada sesegera mungkin agar suasana menjadi lebih kondusif. Mengapa?
Karena akan canggung jika ada perang dingin dalam satu rumah, terutama dalam
jangka waktu yang lama. Bagaimana jika konfliknya karena si anak yang berulah
atau kalau dalam bahasa Jawa dibilang ngerengkel? Kami biasanya mencoba
memberikan pengertian. Untuk ini pun kadang harus gantian dengan pasangan,
supaya kita tidak keburu meledak karena emosi dengan anak.
Well, sometimes it's true |
6. Sediakan waktu untuk
memberi reward pada diri sendiri dan
keluarga.
Setelah sibuk seharian dengan urusan rumah, sekolah, pekerjaan, dan
teman-temannya, adalah hal yang wajar bagi kita untuk mendapatkan reward.
Karena ibu merupakan barometer dalam rumah tangga, maka kewarasan itu sangat
penting. Jadi boleh kok mencolong-colong waktu untuk menikmati kopi (dalgona
juga boleh), makan mie instan (mie instan mentah dikremes juga boleh), chatting sebentar, baca berita, dan
apapun juga yang membuat kita merasa relaks. Tapi jangan kebanyakan memberi reward pada diri sendiri ya, nanti
kerjaan tidak selesai-selesai.
Selain itu, karena pandemi ini membuat kita tidak dapat keluar rumah, mungkin
kita sebagai orang tua dapat mengadakan kegiatan bersama untuk membuat anak
merasa senang ada di rumah. Tidak harus yang wah, misalkan membuat kue bersama,
nonton bersama sambil makan popcorn, tidur
bersama di hari-hari tertentu, dan sebagainya.
Aktivitas anak-anak |
7. Berdoa dan mengucap
syukur untuk keadaan yang ada.
Walaupun berada di urutan ketujuh, tetapi ini yang harus dan wajib ada.
Dalam menghadapi keadaan yang tidak menentu ini, hanya Tuhan yang dapat menjadi
jawaban atas setiap persoalan kita. Doa dan ucapan syukur yang dinaikkan
bersama-sama akan membuat kita sebagai keluarga dikuatkan kembali. Ingat
bahwa Ia yang tidak terbatas mampu melakukan hal-hal yang terbatas bagi
manusia.
Bagaimana dengan kami? Untuk urusan rumah tangga, kami tidak begitu pusing, karena kami terbiasa membagi tugas. Hanya
saja, kami seringkali dikejar-kejar oleh Duo Lynns karena mereka mau mengepel
lantai, masak, membuat kue, dan urusan rumah lainnya. Satu hal kami bersyukur
mereka cukup senang membantu, tetapi terkadang pusing juga karena sudah seperti
radio rusak yang ngoceh terus.
Dengan adanya bayi dan senior, kami jadi lebih ‘clean freak’. Apalagi karena kebanyakan beli online, maka
dalam sehari si papa bisa mandi tiga kali. Belum lagi tiba-tiba banyak barang
di rumah yang mendadak rusak. Kalau
sedang tidak ada pandemi ini, kami pasti sudah memanggil teknisi untuk
membetulkannya. Namun karena ada pandemi ini, urusan memanggil teknisi menjadi
tidak semudah dulu.
Jadi, sambil menunggu masa-masa ini berlalu, mari kita manis-manis di rumah
sambil bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan dan diri kita. Dan supaya
jiwa kita tetap sehat, kita juga harus menjaga kewarasan dan keharmonisan dalam
rumah kita.
This too shall pass....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar