Happy New Year everyone…
Tidak terasa tahun sudah berganti. Tak terasa juga corona sudah hampir dua tahun. Yang berarti banyak perubahan dan penyesuaian yang harus dilakukan, baik secara individu, keluarga, atau masyarakat. Saya jadi gatal ingin mendokumentasikannya, sebagai bukti kebaikan Tuhan bagi kami.
Seperti yang pernah saya bagikan, di awal 2020, bagi keluarga kami ini adalah season yang baru. Dengan adanya bayi kesayangan semua orang, banyak hal yang harus disesuaikan. Ternyata season yang baru ini benar-benar baru bukan hanya bagi keluarga kami, tetapi bagi setiap orang.
Corona memang membuat semua orang di dunia, bukan lebay loh, mengalami banyak perubahan-perubahan. Dari yang awalnya nyaman, menjadi tidak nyaman. Dari yang awalnya bisa kumpul-kumpul, jadi harus di rumah saja. Semua berubah dalam sekejap. Norma-norma baru pun mulai bermunculan, dari 3M, 4M, 5M, dan terakhir 6M (semoga tidak sampai 7M).
Di keluarga kami pun, imbas corona sangat berasa. Dari segi usaha, ada banyak goncangan bagi kami. Tidak mudah, tetapi ada beberapa hal yang kami bagikan dengan anak-anak, Kami mengajak anak-anak berdoa bersama supaya mereka tahu bahwa banyak hal yang dapat terjadi, tetapi Tuhan pegang kendali.
Pekerjaan saya pun berubah, dari bantu paksu menjadi fulltime mengajar online selama 1 tahun akademik di salah satu learning center senior kami. Awalnya, saat saya memutuskan untuk kembali mengajar 1 tahun ajaran, saya yakin semua dapat dijalani dengan baik. Anak-anak sudah terbiasa belajar mandiri, dan pasti bisa menyesuaikan dengan baik. Toh rutin dan ritmenya sudah ada. Kalau agak lama majunya, tinggal disesuaikan saja.
Tetapi di tengah perjalanan, ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Si bayi selama dua bulan pertama rewel dan tidak mau lepas dari saya saat saya tidak mengajar. Si adik pun mulai merasa tidak diperhatikan karena merasa mamanya sibuk dengan murid les (ya, mereka sering mengirim soal melalui whatsapp dan bertanya cara mengerjakannya). Kakak pun terkadang miss dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Kepala saya pun terkadang rasanya mau pecah menghadapi ulah mereka yang memasuki masa pre-teen. Hal yang kecil pun menjadi besar dan bisa diributkan oleh mereka. Kalau saya bilang, yang satu kayak mercon, yang satu kayak petasan banting. Terkadang saya meledak juga karena ulah mereka, apalagi kalau sudah masa PMS.
Tetapi saat memasuki tahun 2022 ini, ternyata ada banyak hal yang dapat saya syukuri di tengah segala permasalahan saya. Kami sekeluarga tetap sehat dan tidak sakit selama pandemic ini. Beberapa keluarga yang terkena covid pun dapat pulih kembali tanpa kekurangan suatu apapun. Pergumulan berat yang kami hadapi diawal tahun 2021 pun Tuhan selesaikan tepat pada waktuNya dan dengan caraNya.
Di tahun 2021 kemarin, Duo Lynns mengikuti Ballet Virtual Competition. Ikutnya pun last minute. Saat kompetisi diadakan, kami memutuskan tidak ikut. Biaya pendaftaran sih affordable, tapi kalau disuruh buat kostum, tidak terima kasih deh. Simple reason sih. Tapi memang kami betul-betul dalam pengetatan ikat pinggang. Walau hati kecil ingin agar anak-anak ikut. Supaya mereka dapat pengalaman, khususnya adik yang selalu merasa dinomorduakan dari kakaknya (walaupun memang dia anak nomor dua =D).
Tiba-tiba karena PPKM, batas pengumpulan video diperpanjang dan pendaftaran dibuka kembali. Guru tari mereka mengajak untuk ikut. Ternyata bisa menggunakan kostum yang sudah ada. Yang terpenting membuat tarian sendiri, which is jagonya mereka deh (dari yang jijay hingga yang anggun). Tetapi melihat effort mereka, rasanya kami sebagai orang tua agak sebel. They took the second chance for granted. Kami tidak menargetkan menang, tetapi kami mau melihat effort mereka.
Virtual Ballet Competition adik |
Saat diumumkan, ternyata mereka mendapat bronze. Dengan kostum yang sangat simple (menggunakan kostum yang ada saja), sudah puji Syukur bisa dapat medali. Tapi, buat saya, kok enak sekali. Mereka dapat juara padahal sakarepnya (maaf, mamak kadang kejam). Tapi bukankah kita juga seperti itu? Banyak hal dalam hidup kita yang kita ini sebetulnya take it for granted? Itulah yang namanya grace, unmerited favor. Kita tidak layak, tapi mendapatkannya, bukan karena usaha kita, tapi kemurahan Tuhan.
Virtual Ballet Competition kakak |
Itu baru dari segi keluarga. Berkat dari teman-teman pun luar biasa. Kami dikelilingi oleh teman-teman yang menjadi support system kami, baik dalam komunitas homeschool maupun komunitas lainnya. Teman baik kami, yang sudah saya kenal dari SD, berhasil menjalani operasi pengangkatan tumor di otaknya. Teman-teman kami yang lain yang mengalami pergumulan sama seperti kami pun akhir tahun kemarin mendapatkan jawaban dari doa mereka. Isn’t God soooo good?
Our family picture in 2021. Minus keluarga tante di US dan sepupu yang lagi di pondokan |
Dari yang di awal pandemic betul-betul
di rumah saja, sejak kasus menurun, sekarang kami sudah lebih bisa mengajak oma
opa dan anak-anak untuk jalan-jalan.
Di tahun 2021 itu pun kami bisa ketemu dengan sepupu-sepupu dan keluarga yang
lainnya. Kami pun sudah mulai berani makan di luar lagi (dengan segala clean
freak prokes yang ada).
Setelah sekian purnama tidak bertemu.... |
Tidak ada yang akan tahu apa yang akan terjadi di tahun 2022 ini. Apakah betul pandemic ini akan berubah menjadi endemic seperti yang diprediksi ataukah akan ada hal yang lain? Doanya sih semua semakin membaik.
Harapan kami pada anak-anak pun tidak muluk-muluk. Seperti yang selalu kami dengungkan di telinga mereka. Kami tidak meminta mereka menjadi si nomor satu. Kami tidak meminta mereka jadi paling hebat. Kami hanya ingin mereka menjadi anak-anak yang kuat di dalam Tuhan. Kami hanya ingin mereka menemukan panggilan Tuhan dalam hidup mereka. Tentunya hal ini dimulai dari setia terhadap perkara kecil di rumah dan di pelajaran mereka. Nilai bagus itu bonus, tetapi pembentukan karakter itu yang didapat.
Kadang kami berbusa mengingatkan mereka. Kadang kami pun bisa konslet (apalagi banyak hal yang harus di-handle dan dipikirkan oleh kami). Bahkan kami jauuuh dari kata sempurna. Namanya juga manusia, apalagi tipe yang sistematis, pasti ingin semua berjalan dengan baik dan terkendali. Menekankan hal tersebut hanya akan membuat kita hidup dalam kecemasan dan ketakutan. Kita manusia, yang tentunya dapat membuat kesalahan.
Mama de bao bei yang kadang buat mama mau 'nyanyi' |
Tetapi kita semua tahu hanya Tuhan yang sempurna. Dia Maha Benar, Maha Hebat. Yang perlu kita lakukan adalah berani mengakui semua kelemahan kita dan berkata I’m nothing without You Lord. I’m not perfect, but You are. I need you more and more. Selamat menyongsong 2022 dengan penuh pengharapan di dalam Tuhan.
PS:
Artikel ini dibuat bukan sebagai tempat curhat kami atau membanggakan diri kami. Artikel ini dibuat sebagai sharing kami akan kebaikan Tuhan bagi keluarga kami. Seperti orang lain, kami pun masih bergumul untuk banyak hal. Anak-anak kami pun seperti anak-anak yang lain, yang bisa error juga. Tetapi dapat kami katakan bahwa apapun yang terjadi, Tuhan itu baik. Tetap percaya semua akan indah pada waktuNya. Kita hanya perlu setia. Semangat...
Love it❤️
BalasHapusSalam kenal. Thank you. All by His grace :)
Hapus