Kenapa kok milih homeschool? Apa
gak takut nanti anaknya gak bisa bersosialisasi? Nanti ujiannya gimana? Ijazah
dari mana? Dan 1001 macam pertanyaan saat mendengar kami memilih homeschool
buat anak-anak kami. Bahkan beberapa mungkin berpikir orang tuanya kepahitan
dengan sekolah reguler.
Sebelumnya, ijinkan saya dengan
segala hormat menekankan bahwa apapun pilihan kita terhadap pendidikan
anak-anak kita pastinya didasari karena kita menyayangi anak-anak kita dan
menginginkan yang terbaik untuk anak-anak kita. Jadi ini tidak perlu
diperdebatkan ya... Bagi saya dan suami, homeschooling
is a better way for us.
Saya dan suami adalah produk
sekolah umum. Suami saya dulu sekolahnya sekolah swasta dan saya sekolah negeri
(unggulan bahkan). Suka gak dulu waktu sekolah? Saya mah suka, secara saya
senang dengan banyak kegiatan. Dari kegiatan kerohanian, Pramuka (hidup
Pramuka!), teater dan segudang kegiatan yang bisa membuat saya kabur keluar dari
kelas =D
Bahkan saya sempat mengajar di
sebuah sekolah swasta. Dan secara biaya, pasti akan ada potongan biaya untuk
anak dari karyawan yang bekerja di lembaga pendidikan. Setuju Bapak Ibu guru?
Nah, kalau saya dan suami adalah
produk sekolah biasa, kenapa sekarang memilih untuk melakukan pendidikan di
rumah? Well, lain dulu lain sekarang. Hehehe
Pemikiran mengenai pendidikan
anak dimulai dari si kakak, Lynn A,
berumur 9 bulan. Saat itu saya sudah menjadi ibu rumah tangga full time (pake
buanget) dan tidak bekerja. Otomatis sumber lumbung hanyalah suami. Saya mulai
melihat-lihat sekolah untuk si kecil yang bisa masuk dengan penghasilan suami.
Iseng-iseng googling, searching
sekolah-sekolah yang bisa masuk budget dan letaknya tidak jauh (ini penting
banget, kan kasihan
kalau anak kecil harus jalan jam 5 pagi untuk pergi ke sekolah demi menghindari
macet). Sekolah yang saya suka dan sekolah tempat saya mengajar dulu, saya
termasuk penggemar sekolah nasional dengan kurikulum berbasis agama, harga
uang pangkal dan bulanannya saat itu sudah mahal bingits. Apalagi kalau si kakak umur 3 tahun. Sekolah-sekolah di sekitar tempat kami tinggal ada sih yang masuk
budget, tetapi secara mutu kurang. Sayang rasanya memasukkan anak ke sana kalau akhirnya saya
juga harus membenarkan konsep-konsep yang salah yang diajarkan di sekolah.
Tiba-tiba suami, yang anti pol
dengan homeschooling, berkata bagaimana kalau kita homeschool. Sayalah yang
bereaksi, berpikir dulu. Kan
lucu, masak mamanya dulu guru, eh anaknya homeschool.
Kami mulai berpikir apa tujuan kami mendidik anak kami.
Kami menginginkan anak kami bertumbuh menjadi anak yang mengasihi Tuhan,
mempunyai karakter yang baik (karena kalau ia berkarakter, pastilah ia punya manner yang baik), dan berpengetahuan
sehingga bisa memberkati orang di sekitarnya nanti. Pasti dong, kita gak mau
anak kita pintar tapi tidak berkarakter dan tidak punya manner atau pintar tetapi tidak mempunyai landasan iman yang kuat. Ternyata,
tujuan pendidikan dalam homeschooling juga sama dengan apa yang kami pikirkan,
berkarakter dahulu baru berpengetahuan. Sedangkan pendidikan di sekolah-sekolah
yang saya lihat lebih menekankan ilmu dan ilmu dan ilmu, tetapi tidak bisa
memantau secara kerohanian. Hal itu memang wajar karena ini adalah tanggung
jawab orang tua, tetapi kebanyakan waktu anak kita dihabiskan di sekolah.
Otomatis influence dari sekolah juga
penting.
Kemudian tentang kurikulum di Indonesia yang bisa berganti tiba-tiba. Pengalaman saya, pernah dalam tahun yang sama, terjadi pergantian 2 kurikulum. Kadang ganti menteri juga ganti kurikulum. Kalau gurunya saja mabok, bagaimana murid-muridnya.
Lalu kami mulai melihat dari segi biaya. Berbeda dengan
sekolah umum yang harus tiap tahun beli buku, dan terkadang buku si kakak tidak
dapat digunakan oleh si adik, dengan homeschool buku si kakak bisa dipakai adik
dan adik dan adiknya lagi (tergantung jumlah anaknya ya temans). It sounds so
good. Jadi kan
biaya untuk ini bisa dialokasikan untuk si anak mengikuti les sesuai minat dan
bakatnya, atau ditabung untuk mengajak anak jalan-jalan, ups eksplorasi kota-kota lain maksudnya.
Akhirnya kami berdoa. Karena tetap
otoritas tertinggi atas anak kita adalah Tuhan, wong anak kan titipan Tuhan. Singkat cerita, kami memutuskan untuk
mendidik anak kami di rumah, dengan saya sebagai pengajarnya. Tidak mudah
memang, tetapi dengan visi yang ingin saya dan suami capai dan only by His grace, pasti bisa dijalani.
Homeschool yang kami lakukan di sini bukanlah memindahkan sekolah ke rumah
dan memanggil guru untuk datang ke rumah. Homeschool yang kami lakukan adalah
kami mendidik anak-anak kami karena sebagai orang tua yang dipercayakan untuk
mendidik anak-anak kami, kami ingin anak-anak melihat kami sebagai contoh dan
mendapat value dari kami.
Bagaimana dengan Anda, temans?
Happy blogging yaaa!
BalasHapusThank you Ima... Masih belajar nih... Hehehe
HapusYeay! So happy membaca ini :D
BalasHapusPergumulan banget ya ternyata untuk sampai pada keputusan homeschooling. And.. I am so proud of you Mom Peggy (and Dad, too). Terus bagikan pengalaman kalian ya...Siapa tau ada penerusnya nanti alias ada orang yg terinspirasi untuk homeschooling juga *me, maybe..hihihi*
Pasti ada banyak kejadian seru dan mengejutkan di awal.. dan ada banyak temuan lain sepanjang perjalanan. Keep writing ya, dear.. :)
Thank you so much Da....Lagi mencoba konsisten menulis nih....Soalnya waktunya nyuri-nyuri pas anak-anak tidur.
HapusI'll be happy to share it, hoping that you will get inspired (yang artinya kalau terinspirasi kan berarti doa si tante terjawab sudah).hehehe...thanks dear :)
wah,, ketemu blognya Mom di saat saya sedang menyusun konsep PAUD untuk anak, hehe. Saya tinggal di Sukabumi, meski tingkat PAUD, sangat khawatir melihat lingkungannya. Sayang, anak dikirim ke sekolah, tp lingkungannya kurang baik dan berbeda dgn yg diajarkan sekolah. Semangat, Mom!
BalasHapusHi mom. Salam kenal. Wah, ternyata di Sukabumi juga ada yang mempertimbangkan untuk homeschool. Semangat mom :)
HapusThankyouuu bangett..
BalasHapusSangat meneguhkan aq sbg seorang mama yg sebenernya maju mundur dr dulu mau homeschooling in anak2 aq.
😂
Halo, salam kenal:)
HapusSenang sekali jika artikel ini memberkati mom.
Tetap doakan dan gumuli, karena homeschool is a calling. Jika memang ini panggilan, maka Tuhan yang akan memperlengkapi, walaupun kadang kita rasanya tidak sanggup.
Jia you;)
Sangat menginspirasi dan mudah dimengerti
BalasHapusHi, salam kenal :)
HapusTerima kasih. Semoga membantu Bapak/Ibu dalam mencari info tentang homeschool.
Memberikan pemahaman yg baik bagi yg sedang menggumulkan HS
BalasHapusHI, salam kenal :)
HapusTerima kasih. Semoga artikel ini dapat membantu. Selamat menggumulkan dalam doa juga :)
Halo kak, salam kenal! Makasih untuk postingannya yg menginspirasi. Apa boleh minta kontak lain(email/sosmed mungkin)? Saya lagi susun kurikulum untuk anak jg, cm nyari komunitas yg klop susah banget �� thank u n semangat!
BalasHapusHi, salam kenal. Untuk alamat email,bisa dilihat di
Hapushttps://allaboutlynns.blogspot.com/p/blog-page.html
senang dapat membantu.