Kamis, 07 Desember 2017

Craft: Meekness Pineapple

Meekness Pineapple
Selalu ada karakter yang menarik yang kami pelajari setiap bulannya. Bukan hanya anak-anak yang diingatkan, tetapi juga kami sebagai orang tua diingatkan dan dibentuk lebih dulu dari mereka. Bulan yang lalu kami membahas meekness. Meekness diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi kelemahlembutan. Kelemahlembutan adalah menyerahkan hak-hak pribadi dan ekspektasi saya kepada Tuhan. Bukan hal yang mudah karena pada dasarnya kita pasti ingin memertahankan hak-hak kita. Namun ada saatnya kita harus menyerahkan hak-hak kita dan membiarkan Tuhan mengambil alih dan menunjukkan kedaulatanNya.

Salah satu cara kami untuk lebih memaknai karakter ini adalah dengan memelajari salah satu tokoh yaitu Otto Koning. Beliau seorang dokter yang mengabdikan hidupnya di Papua New Guinea. Beliau menyerahkan semua hak-hak yang harusnya didapatkan. Mr. Koning melihat bahwa saat beliau menyerahkan hak-hak dan harapannya, Tuhan yang menolong beliau. Salah satunya melalui tanaman-tanaman nanas yang ditanam di tempatnya.

Mr. Koning mempekerjakan penduduk setempat untuk menanam 100 pohon nanas di kebun miliknya. Setelah tiga tahun menunggu pohon-pohon ini berbuah, dan akhirnya tiba waktunya berbuah, penduduk setempat mengambil semuanya termasuk yang belum matang benar. Mr. Koning sangat marah. Segala cara sudah diupayakan oleh Mr. Koning agar penduduk setempat tidak mengambil nanas ini. Namun itu semua tidak membuahkan hasil. Penduduk setempat tetap mengambil nanas-nanas itu.

Mr. Koning kecewa karena beliau selalu menolong penduduk-penduduk tersebut tetapi yang terjadi adalah air susu dibalas dengan air tuba. Di tengah kekecewaan tersebut, Tuhan mengingatkan Mr. Koning untuk menyerahkan semua haknya akan nanas-nanas tersebut. Akhirnya saat penduduk setempat mencuri kembali nanas-nanasnya, Mr. Koning tidak marah. Hal ini membuat bingung penduduk setempat, dan beliau pun berkata nanas-nanas itu bukan miliknya tetapi milik Tuhan karena beliau memberikan kebun nanas tersebut kepada Tuhan. Jadi jika penduduk setempat mencuri nanas-nanas tersebut, mereka bukan mencuri miliknya, tetapi milik Tuhan.

Saat penduduk setempat mendengar kata-kata tersebut, mereka jadi terdiam dan mulai berpikir. Mereka tahu bahwa Tuhan dalam melihat dalam kegelapan, dan mereka pun berhenti mencuri. Sejak saat itu penduduk setempat mulai melihat perubahan sikap dari Mr. Koning dan mereka pun berubah karena melihat teladan dari kehidupan Mr. Koning.

Untuk membuat anak mengerti dengan cara yang sederhana ini, maka kami membuat aktivitas yang berhubungan dengan nanas. Bahan-bahan yang diperlukan:
1. Kertas berwarna orange atau kuning sebanyak 2 lembar.
2. Kertas putih dengan template buah nanas.
3. Gunting.
4. Lem.
5. Cat warna.
6. Spidol.
Kertas dan cat.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Warnailah gambar buah nanas tersebut dengan cat air. Biarkan hingga benar-benar kering.
2. Guntinglah gambar nanas tersebut.
Gambar nanas yang sudah dicat dan digunting.
3. Dengan menggunakan gambar nanas tadi, cetaklah gambar nanas pada 2 kertas berwarna orange dengan menggunakan pensil. Pada salah satu gambar, berilah lebihan kertas di kiri dan kanan untuk menempelkan kertas tersebut ke bagian kertas yang satunya.
4. Guntinglah gambar tersebut.
5. Tempelkan nanas tersebut ke kertas yang ada lebihan.
6. Lipat gambar nanas yang sudah ditempel tersebut menjadi dua bagian dan gunting gambar nanas tersebut menjadi dua bagian.
Nanas yang dibagi menjadi dua bagian.
7. Sedangkan untuk kertas satunya, isilah kertas tersebut dengan tulisan yang ingin kita tulis. Bisa dengan hak-hak yang ingin kita serahkan atau dengan ayat yang dapat mengingatkan kita.
8. Tempelkan kedua bagian tersebut.
Buku nanas kakak.
Kami memilih untuk mengisi nanas tersebut dengan ayat yang diambil dari Mazmur 62:5. Ayat ini mengingatkan kami untuk dapat menenangkan jiwa kami saat kami menyerahkan setiap hak kami karena pengharapan kami berasal dari Tuhan. Sedangkan adik, yang tidak ingin nanasnya digunting menjadi dua, menuliskan God’s Pineapple diatas nanas yang sudah dia cat. Maksudnya adalah ia menyerahkan haknya kepada Tuhan.
Nanas adik.
Saat kita mengizinkan Tuhan untuk membangun kelemahlembutan dalam hidup kita dan menyerahkannya kepada Tuhan, Tuhan akan menggantikan kekesalan kita dengan sukacita dan damai sejahtera. Pertanyaannya, apakah kita siap menyerahkan ’nanas-nanas’ kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar