Rabu, 15 Agustus 2018

Berkenalan dengan Gigi Berlebih (Supernumerary Teeth)

Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi ini….
Bingung mendengar kata-kata diatas? Zaman saya kecil lirik diatas merupakan lirik dari salah satu lagu hits yang dinyanyikan oleh salah seorang penyanyi dangdut. Tetapi apa betul sakit gigi lebih baik daripada sakit hati? Bagi orang yang pernah mengalami keduanya, pastinya memilih tidak sakit dua-duanya =D

Bersyukurnya kami, anak-anak di rumah termasuk anak-anak yang mempunyai gigi yang bagus. Gigi mereka tidak ada bolong yang bermasalah, apalagi sampai hitam-hitam dan bernanah. Walaupun demikian, urusan gigi tetap membuat kepala kami sakit.

Sebagai ibu, saya tipe yang rajin memeriksa gigi anak-anak sendiri. Dari bayi pun saya hobi menyuruh anak buka mulut untuk melihat posisi gigi dan sebagainya. Setiap memeriksa, dari sejak bayi, saya merasa gigi kakak yang bagian bawah kurang. Akhirnya setelah berkonsultasi dengan teman dan juga oma (adik opa) yang adalah seorang dokter gigi, kami membawa kakak ke dokter gigi pada umur hampir empat tahun.

Tidak ada drama saat datang ke ruang drg. Sandra, dokter gigi spesialis anak yang ramah dan manis di Carolus. Saat memeriksa, drg. Sandra kagum karena anak-anak tidak takut dengan dokter gigi (karena giginya tidak bermasalah), dan semua giginya bagus, kuat dan tidak bolong. Tetapi memang gigi kakak yang bagian bawah kurang satu. Melihat kakak yang begitu manis, Drg. Sandra menyarankan untuk panoramic gigi (yang biasanya untuk anak besar) untuk melihat apakah ada bakal giginya. Proses panoramic pun berjalan dengan baik, walau petugas rontgen sempat bingung kok anak sekecil ini bisa diam dan manis saat dipanoramic.

Hasil panoramic memang menunjukkan bahwa gigi bawah kakak kurang satu tetapi bakal giginya juga tidak ada. Dengan kata lain, kurangnya gigi ini bukanlah masalah. Namun yang menjadi masalah adalah gigi permanen kakak ada yang berlebih dibagian atas dan posisinya melintang menutupi gigi permanen yang nantinya akan tumbuh.

Pada umumnya gigi permanen orang dewasa akan berjumlah 32 buah, 16 atas dan 16 bawah. Untuk orang-orang yang rahangnya kecil, sering kali gigi mereka dicabut supaya gigi mereka tidak berantakan. Jika gigi permanent yang ada lebih dari 32 buah, maka keadaan tersebut dinamakan gigi berlebih atau supernumerary teeth. Kebayang kan kalau susunan gigi yang ada berjejalan kayak di angkot begitu. Tentunya tidak sedap dipandang dan bahkan dapat menghambat pertumbuhan gigi di sebelahnya.
Susunan gigi permanen dan waktu tumbuhnya. Sumber foto: Theasianparent.com
Belum ada yang tahu penyebab munculnya gigi berlebih yang biasanya berbentuk runcing seperti kerucut ini. Ada yang bilang bisa juga faktor genetik. Supernumerary teeth ini dapat terbentuk di berbagai bagian rahang, yaitu pada daerah gigi insisif depan atas (disebut juga mesiodens) seperti kakak, di sebelah gigi molar (disebut juga paramolars), di bagian paling belakang dari gigi molar terakhir (disebut juga distomolars), atau di sebelah gigi premolar (disebut juga parapremolars).

Bagaimana penanganannya? Tergantung keadaannya. Jika posisinya tidak melintang, ada kemungkinan bisa turun dan tumbuh seperti gigi biasa atau seperti gigi gingsul, maka bisa jadi pencabutan biasa saja. Namun kalau posisinya melintang, biasanya dioperasi.

Mendengar kata operasi, hati kami pun deg-degan. Apalagi posisinya jauh di dalam. Namun drg. Sandra berkata kita tunggu sampai umurnya lebih besar, jadi siapa tahu ada perubahan. Kami pun berdoa supaya gigi berlebih ini bisa turun ke bawah, sehingga bisa dicabut seperti gigi biasa ataupun kalau harus operasi, posisinya tidak terlalu diatas.

Dan memang benar akhirnya gigi ini mulai turun ke bawah dan ada harapan untuk keluar sendiri. Namun sayangnya gigi berlebih ini mulai akan keluar dari bagian belakang gusi atas sehingga membuat gusi atas bagian belakang menjadi merah dan radang. Sedangkan gigi asli yang harusnya turun mulai sedikit berputar. Akhirnya kami disarankan untuk mengoperasi gigi kakak. Drg. Sandra merekomendasikan drg. Nicolaus Waelan, Sp.B.M.

Singkat cerita, operasi pun dijadwalkan. Dan untuk memudahkan operasi, kakak duduk diatas pangkuan saya. pembiusan dilakukan secara lokal. Sepanjang operasi, kakak terus menangis. Rasa takut dan sakit sepertinya sudah bercampur. Namun begitu dokter berkata selesai, selesai juga tangisannya. Cukup antik, sampai-sampai dokter gigi yang praktek di sebelah berkata kakak anak yang pemberani.
Supernumerary teeth kakak, ujungnya seperti kerucut.
Selesai operasi, kami pun menebus obat. Saat menebus obat, petugas farmasi yang lain cukup kagum kakak tidak menangis. Biasanya anak kecil lain tidak akan berhenti menangis bahkan sampai pulang. Petugas tersebut mengingatkan kami siap-siap saat pulang nanti, si kakak akan rewel dan menangis. Kami berdua menyiapkan mental kami, bahkan memberi dispensasi untuk kakak libur belajar dua hari.
Petunjuk perawatan yang diberikan suster. 
Puji Tuhan saat sampai di rumah, kakak sama sekali tidak rewel. Dia mau makan tanpa mengeluh, makanan yang lembek dan mengenyangkan ya. Tidur pun tetap nyenyak. Bahkan dikeesokan harinya, kakak bangun dan beraktivitas seperti biasa. Mamanya sampai berpikir kalau tahu kakak tenang begini, mending tidak usah diliburkan =D

Setelah jahitan dirapihkan kembali, banyak yang bertanya kepada kami mengenai masalah gigi berlebih ini. Tidak ada yang tahu apakah anaknya akan ada gigi berlebih atau tidak, tetapi ada beberapa tips yang dapat kami bagikan mengenai gigi anak.
1. Seringlah memeriksa gigi anak, baik saat si anak masih bayi ataupun sudah besar. Pemeriksaan ini bisa dilakukan sendiri untuk menghindari tumbuhnya gigi permanen yang bertumpuk ataupun keantikan-keantikan gigi yang dapat dilihat langsung.
2. Batasi konsumsi manis saat anak-anak masih sangat kecil. Kalau kami pribadi mengikuti aturan dari buku Carolus bahwa coklat, es krim, permen, dan sejenisnya itu diberikan setelah anak berumur dua tahun (preference masing-masing keluarga ya). Selain untuk mengurangi kemungkinan sakit tenggorokan, makanan manis yang berlebih juga dapat membuat gigi bolong. Kalau ada yang bilang, kasihan dong mereka tidak merasakan makanan manis, rasanya tidak juga. Karena anak kecil tidak perlu diajarkan untuk menyukai makanan manis. Justru kalau mereka sudah besar, mereka lebih mudah untuk dibilangi dan tentunya mengurangi tantrum dan sakit karena makanan manis.
3. Sebisa mungkin melarang anak mengemut makanan ataupun memberikan susu formula di tengah malam. Banyak teman yang berkata bahwa mereka tidak memberi anak mereka makanan manis, tetapi tetap bolong. Dan saat mereka berkonsultasi dengan dokter anak, banyak yang mendapat jawaban bahwa hal ini dikarenakan anaknya masih minum susu formula tengah malam ataupun karena makannya ngemut.
4. Biasakan anak untuk kumur dengan air putih setelah minum atau makan apapun. Kebiasaan ini bukan hanya untuk anak, tetapi orang dewasa sepertinya. Kalau habis makan atau minum manis, bekas makanan dan minuman tersebut menempel di gigi dan lama-lama akan membuat gigi bolong. Oleh sebab itu, apapun makanan dan minumannya, jangan lupa kumur air putih.
5. Kunjungilah dokter gigi sebelum gigi anak bermasalah. Hal ini merupakan hal yang tidak lazim di Indonesia. Kecenderungan kita adalah mengunjungi dokter saat gigi anak sudah bermasalah. Akibatnya anak-anak akan takut dengan yang namanya dokter gigi. Saya sih menyarankan saat anak usia 4 tahun, kunjungan ke dokter gigi boleh dilakukan. Mengapa? Karena lebih baik mencegah daripada mengobati. Kalau orang tuanya sudah memberi coklat sejak anak belum dua tahun, saya sarankan untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi lebih awal.
6. Lakukan panoramic gigi anak saat anak berusia 4 tahun. Saat anak berusia 4 tahun, gigi susu mereka sudah keluar semua. Jadi kita dapat mengamati apakah setiap gigi susu mempunyai bakal gigi permanen atau tidak. Dan kita juga dapat mengetahui lebih awal jika gigi anak kita mempunyai keunikan. Saat kami memeriksa gigi, ada anak yang seusia kakak tapi giginya sangat berantakan. Si mama berkata mereka baru tahu kalau ternyata ada banyak gigi berlebih di rahangnya, baik yang sudah tumbuh maupun yang belum tumbuh. Dan tentunya jadi lebih repot karena baru ketahuan sekarang.
7. Kalau ada yang antik, persiapkan mental anak dan orang tua, juga kantong. Persiapan mental ini sangat penting, bukan hanya bagi anak tetapi juga orang tua. Dari pertama kali kakak tahu giginya melintang, kami mengajak kakak untuk berdoa. Kami memasrahkan semua dalam doa. Dan puji Tuhan gigi berlebih ini semakin hari semakin turun ke bawah. Sehingga walaupun akhirnya harus dioperasi, perkembangan ini mempercepat waktu operasi. Kakak pun sebelum masuk untuk operasi sudah berdoa lebih dari 5 kali supaya walaupun sakit, dia dapat menahannya. Dan itupun menenangkan kami sebagai orang tua. Walaupun kakak menangis saat operasi, namun tangisannya itu tangisan less worry.


Apa yang kakak pelajari melalui peristiwa ini? Seperti saat kasus tanganretak kemarin, kakak kembali melihat Tuhan mempercepat pemulihan dia. Kakak pun menunjukkan karakter boldness. Walau dia tahu apa yang akan dihadapinya pasti menakutkan untuk dia, tetapi dia tetap berani untuk menghadapinya. Dan kakak menemukan bahwa saat dia takut, dan dia berdoa, Tuhan beserta dengan dia. Dan ini pun membuat kami sebagai orang tua lebih tenang. 

4 komentar:

  1. Ternyata gigi yang tampak berjejelan karena ada gigi lebih, ya. Makasih infonya, Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi mbak...
      Iya, gigi yang berjejalan bisa jadi karena rahangnya kecil tetapi bisa juga karena giginya berlebih. Saya pun baru tahu setelah si kakak dipanoramic.
      Sama-sama mbak

      Hapus
  2. Gigiku berlebih mbk hehe. Makasih sharsharin ya mbk, jd ntr klo bsok udh punya anak, tw deh mw ngapain. Salam buat kkk yg pemberani ya mbk. Salam, muthihauradotcom

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi mbak....
      wah ternyata mbak giginya berlebih. Saya baru tahu karena kasus si kakak ini. Dan karena posisinya yang ajaib itu, makanya jadi belajar banyak. Si kakak pun belajar banyak.
      Terima kasih tante Muthi. Salam kenal dari Duo Lynns :)

      Hapus