Daripada sakit hati lebih baik sakit gigi ini….
Bingung mendengar kata-kata diatas? Zaman saya kecil lirik diatas merupakan
lirik dari salah satu lagu hits yang dinyanyikan oleh salah seorang penyanyi
dangdut. Tetapi apa betul sakit gigi lebih baik daripada sakit hati? Bagi orang
yang pernah mengalami keduanya, pastinya memilih tidak sakit dua-duanya =D
Bersyukurnya kami, anak-anak di rumah termasuk anak-anak yang mempunyai
gigi yang bagus. Gigi mereka tidak ada bolong yang bermasalah, apalagi sampai
hitam-hitam dan bernanah. Walaupun demikian, urusan gigi tetap membuat kepala kami
sakit.
Sebagai ibu, saya tipe yang rajin memeriksa gigi anak-anak sendiri. Dari
bayi pun saya hobi menyuruh anak buka mulut untuk melihat posisi gigi dan sebagainya.
Setiap memeriksa, dari sejak bayi, saya merasa gigi kakak yang bagian bawah
kurang. Akhirnya setelah berkonsultasi dengan teman dan juga oma (adik opa)
yang adalah seorang dokter gigi, kami membawa kakak ke dokter gigi pada umur
hampir empat tahun.
Tidak ada drama saat datang ke ruang drg. Sandra, dokter gigi spesialis
anak yang ramah dan manis di Carolus. Saat memeriksa, drg. Sandra kagum karena
anak-anak tidak takut dengan dokter gigi (karena giginya tidak bermasalah), dan
semua giginya bagus, kuat dan tidak bolong. Tetapi memang gigi kakak yang
bagian bawah kurang satu. Melihat kakak yang begitu manis, Drg. Sandra
menyarankan untuk panoramic gigi (yang biasanya untuk anak besar) untuk melihat
apakah ada bakal giginya. Proses panoramic pun berjalan dengan baik, walau
petugas rontgen sempat bingung kok anak sekecil ini bisa diam dan manis saat
dipanoramic.
Hasil panoramic memang menunjukkan bahwa gigi bawah kakak kurang satu
tetapi bakal giginya juga tidak ada. Dengan kata lain, kurangnya gigi ini
bukanlah masalah. Namun yang menjadi masalah adalah gigi permanen kakak ada
yang berlebih dibagian atas dan posisinya melintang menutupi gigi permanen yang
nantinya akan tumbuh.
Pada umumnya gigi permanen orang dewasa akan berjumlah 32 buah, 16 atas dan
16 bawah. Untuk orang-orang yang rahangnya kecil, sering kali gigi mereka
dicabut supaya gigi mereka tidak berantakan. Jika gigi permanent yang ada lebih
dari 32 buah, maka keadaan tersebut dinamakan gigi berlebih atau supernumerary teeth. Kebayang kan kalau
susunan gigi yang ada berjejalan kayak di angkot begitu. Tentunya tidak sedap
dipandang dan bahkan dapat menghambat pertumbuhan gigi di sebelahnya.
Susunan gigi permanen dan waktu tumbuhnya. Sumber foto: Theasianparent.com |
Belum ada yang tahu penyebab munculnya gigi berlebih yang biasanya
berbentuk runcing seperti kerucut ini. Ada yang bilang bisa juga faktor
genetik. Supernumerary teeth ini
dapat terbentuk di berbagai bagian rahang, yaitu pada daerah gigi insisif depan
atas (disebut juga mesiodens) seperti kakak, di sebelah gigi molar (disebut
juga paramolars), di bagian paling belakang dari gigi molar terakhir (disebut
juga distomolars), atau di sebelah gigi premolar (disebut juga parapremolars).
Bagaimana penanganannya? Tergantung keadaannya. Jika posisinya tidak
melintang, ada kemungkinan bisa turun dan tumbuh seperti gigi biasa atau
seperti gigi gingsul, maka bisa jadi pencabutan biasa saja. Namun kalau
posisinya melintang, biasanya dioperasi.
Mendengar kata operasi, hati kami pun
deg-degan. Apalagi posisinya
jauh di dalam. Namun drg. Sandra berkata kita tunggu sampai umurnya lebih
besar, jadi siapa tahu ada perubahan. Kami pun berdoa supaya gigi berlebih ini
bisa turun ke bawah, sehingga bisa dicabut seperti gigi biasa ataupun kalau
harus operasi, posisinya tidak terlalu diatas.
Dan memang benar akhirnya gigi ini mulai turun ke bawah dan ada harapan
untuk keluar sendiri. Namun sayangnya gigi berlebih ini mulai akan keluar dari
bagian belakang gusi atas sehingga membuat gusi atas bagian belakang menjadi
merah dan radang. Sedangkan gigi asli yang harusnya turun mulai sedikit
berputar. Akhirnya kami disarankan untuk mengoperasi gigi kakak. Drg. Sandra
merekomendasikan drg. Nicolaus Waelan, Sp.B.M.
Singkat cerita, operasi pun dijadwalkan. Dan untuk memudahkan operasi, kakak duduk diatas
pangkuan saya. pembiusan dilakukan secara lokal. Sepanjang operasi, kakak terus menangis. Rasa takut dan sakit
sepertinya sudah bercampur. Namun begitu dokter berkata selesai, selesai juga
tangisannya. Cukup antik, sampai-sampai dokter gigi yang praktek di sebelah
berkata kakak anak yang pemberani.
Supernumerary teeth kakak, ujungnya seperti kerucut. |
Selesai operasi, kami pun menebus obat. Saat menebus obat, petugas farmasi
yang lain cukup kagum kakak tidak menangis. Biasanya anak kecil lain tidak akan
berhenti menangis bahkan sampai pulang. Petugas tersebut mengingatkan kami
siap-siap saat pulang nanti, si kakak akan rewel dan menangis. Kami berdua
menyiapkan mental kami, bahkan memberi dispensasi untuk kakak libur belajar dua
hari.
Petunjuk perawatan yang diberikan suster. |
Puji Tuhan saat sampai di rumah, kakak sama sekali tidak rewel. Dia mau
makan tanpa mengeluh, makanan yang lembek dan mengenyangkan ya. Tidur pun tetap
nyenyak. Bahkan dikeesokan harinya, kakak bangun dan beraktivitas seperti
biasa. Mamanya sampai berpikir kalau tahu kakak tenang begini, mending tidak
usah diliburkan =D
Setelah jahitan dirapihkan kembali, banyak yang bertanya kepada kami
mengenai masalah gigi berlebih ini. Tidak ada yang tahu apakah anaknya akan ada
gigi berlebih atau tidak, tetapi ada beberapa tips yang dapat kami bagikan
mengenai gigi anak.
1. Seringlah memeriksa gigi anak, baik saat si anak masih bayi
ataupun sudah besar. Pemeriksaan ini bisa dilakukan sendiri untuk menghindari
tumbuhnya gigi permanen yang bertumpuk ataupun keantikan-keantikan gigi yang
dapat dilihat langsung.
2. Batasi konsumsi manis saat anak-anak masih sangat kecil. Kalau
kami pribadi mengikuti aturan dari buku Carolus bahwa coklat, es krim, permen,
dan sejenisnya itu diberikan setelah anak berumur dua tahun (preference masing-masing keluarga ya).
Selain untuk mengurangi kemungkinan sakit tenggorokan, makanan manis yang
berlebih juga dapat membuat gigi bolong. Kalau ada yang bilang, kasihan dong
mereka tidak merasakan makanan manis, rasanya tidak juga. Karena anak kecil
tidak perlu diajarkan untuk menyukai makanan manis. Justru kalau mereka sudah
besar, mereka lebih mudah untuk dibilangi dan tentunya mengurangi tantrum dan
sakit karena makanan manis.
3. Sebisa mungkin melarang anak mengemut makanan ataupun memberikan susu
formula di tengah malam. Banyak teman yang berkata bahwa mereka tidak
memberi anak mereka makanan manis, tetapi tetap bolong. Dan saat mereka
berkonsultasi dengan dokter anak, banyak yang mendapat jawaban bahwa hal ini
dikarenakan anaknya masih minum susu formula tengah malam ataupun karena
makannya ngemut.
4. Biasakan anak untuk kumur dengan air putih setelah minum atau makan
apapun. Kebiasaan ini bukan hanya untuk anak, tetapi orang dewasa
sepertinya. Kalau habis makan atau minum manis, bekas makanan dan minuman
tersebut menempel di gigi dan lama-lama akan membuat gigi bolong. Oleh sebab itu, apapun makanan dan
minumannya, jangan lupa kumur air putih.
5. Kunjungilah dokter gigi sebelum gigi anak bermasalah. Hal ini
merupakan hal yang tidak lazim di Indonesia. Kecenderungan kita adalah
mengunjungi dokter saat gigi anak sudah bermasalah. Akibatnya anak-anak akan
takut dengan yang namanya dokter gigi. Saya sih menyarankan saat anak usia 4 tahun, kunjungan ke dokter gigi boleh
dilakukan. Mengapa? Karena lebih baik mencegah daripada mengobati. Kalau orang
tuanya sudah memberi coklat sejak anak belum dua tahun, saya sarankan untuk
melakukan kunjungan ke dokter gigi lebih awal.
6. Lakukan panoramic gigi anak saat anak berusia 4 tahun. Saat anak
berusia 4 tahun, gigi susu mereka sudah keluar semua. Jadi kita dapat mengamati
apakah setiap gigi susu mempunyai bakal gigi permanen atau tidak. Dan kita juga dapat mengetahui lebih awal
jika gigi anak kita mempunyai keunikan. Saat kami memeriksa gigi, ada anak yang
seusia kakak tapi giginya sangat berantakan. Si mama berkata mereka baru tahu
kalau ternyata ada banyak gigi berlebih di rahangnya, baik yang sudah tumbuh
maupun yang belum tumbuh. Dan tentunya jadi lebih repot karena baru ketahuan sekarang.
7. Kalau ada yang antik, persiapkan mental anak dan orang tua, juga
kantong. Persiapan mental ini sangat penting, bukan hanya bagi anak tetapi
juga orang tua. Dari pertama kali kakak tahu giginya melintang, kami mengajak
kakak untuk berdoa. Kami memasrahkan semua dalam doa. Dan puji Tuhan gigi berlebih ini semakin hari
semakin turun ke bawah. Sehingga walaupun akhirnya harus dioperasi,
perkembangan ini mempercepat waktu operasi. Kakak pun sebelum masuk untuk
operasi sudah berdoa lebih dari 5 kali supaya walaupun sakit, dia dapat
menahannya. Dan itupun menenangkan kami sebagai orang tua. Walaupun kakak
menangis saat operasi, namun tangisannya itu tangisan less worry.
Apa yang kakak pelajari melalui peristiwa ini? Seperti saat kasus tanganretak kemarin, kakak kembali melihat Tuhan mempercepat pemulihan dia. Kakak pun
menunjukkan karakter boldness. Walau dia tahu apa yang akan dihadapinya pasti menakutkan untuk dia, tetapi
dia tetap berani untuk menghadapinya. Dan kakak menemukan bahwa saat dia takut,
dan dia berdoa, Tuhan beserta dengan dia. Dan ini pun membuat kami sebagai
orang tua lebih tenang.
Ternyata gigi yang tampak berjejelan karena ada gigi lebih, ya. Makasih infonya, Mbak
BalasHapusHi mbak...
HapusIya, gigi yang berjejalan bisa jadi karena rahangnya kecil tetapi bisa juga karena giginya berlebih. Saya pun baru tahu setelah si kakak dipanoramic.
Sama-sama mbak
Gigiku berlebih mbk hehe. Makasih sharsharin ya mbk, jd ntr klo bsok udh punya anak, tw deh mw ngapain. Salam buat kkk yg pemberani ya mbk. Salam, muthihauradotcom
BalasHapusHi mbak....
Hapuswah ternyata mbak giginya berlebih. Saya baru tahu karena kasus si kakak ini. Dan karena posisinya yang ajaib itu, makanya jadi belajar banyak. Si kakak pun belajar banyak.
Terima kasih tante Muthi. Salam kenal dari Duo Lynns :)