Rabu, 08 Agustus 2018

Gentleness Craft: Soft or Rough Heart?


Bulan lalu kami membahas karakter gentleness atau lemah lembut. Banyak orang berpikir bahwa lemah lembut berarti berbicara dengan pelan, bergerak dengan halus, dan sejenisnya. Namun gentleness bukan hanya tentang berbicara pelan dan terkesan lemah lembut.

Berdasarkan definisi yang kami pelajari, gentleness atau lemah lembut adalah menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada orang lain dengan sikap santun. Jadi lebih dari sekedar berkata dan bertindak halus, lemah lembut lebih mengarah kepada kepedulian kepada orang lain, bukan hanya basa-basi. Lemah lembut berarti tindakan kita pun harus santun.

Untuk membuat karakter ini mudah dimengerti, saat monthly meeting, kami pun bersama-sama membuat aktivitas mengenai gentleness. Aktivitas ini bernama soft or rough heart.

Bahan-bahan yang diperlukan:
- bola kapas, kurang lebih 7 – 10.
- kertas amplas.
- pita atau benang wool.
- lem.

Langkah-langkah pembuatan:
1. Bentuklah hati dengan menggunakan kertas amplas yang ada.
2. Di bagian atas, dengan menggunakan pembolong kertas, lubangi kertas tersebut.
3. Masukkan pita atau benang wool ke dalam lubang tersebut. Hasilnya akan seperti gantungan.
4. Tempelkan bola-bola kapas yang ada pada sisi yang tidak kasar.
rough heart 
Hasil yang didapatkan adalah gantungan berbentuk hati dengan dua sisi, yaitu sisi yang kasar dan halus. Selanjutnya anak diminta untuk meraba dan berpikir bagian manakah yang lebih enak dipegang. Tentunya anak-anak akan memilih yang ada kapasnya. Demikian juga dengan perkataan dan tindakan kita. Jika tindakan dan perkataan kita kasar, orang yang mendapatkan perlakuan kita yang kasar tersebut pasti tidak enak.

Nah, seringkali orang mengelompokkan kata menjadi kata yang lembut dan kata yang kasar. Namun menurut kami, kata itu netral. Kenetralan tersebut akan berubah menjadi kasar atau lembut saat ada intonasi. Misalkan kata tolong. Saat kita mengutarakan dengan santun, maka arti dan rasa yang didapatkan saat kata tolong diucapkan menjadi enak didengar. Namun jika kita mengucapkan dengan kasar, walaupun menggunakan kata tolong, artinya akan terdengar seperti keangkuhan dan kasar.

Begitu juga dengan kata tidak. Banyak orang tua berat mengatakan tidak, karena menganggap kata tidak akan membuat anak merasa diperlakukan kasar. Namun kami tidak sependapat dengan pemikiran tersebut. Kata tidak yang diucapkan dengan tepat akan membantu anak memahami hal-hal yang bersifat mutlak untuk tidak dilakukan. Di Alkitab pun juga seperti itu, bukan?

Bagaimana dengan pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari? Tentu lebih seru, karena kelemahlembutan bukan hanya penggunaan kata dan intonasi yang halus tetapi lebih berdasar kepada perhatian dan kepedulian terhadap orang lain. Dan saat kami hampir lupa, kami akan saling mengingatkan: Be gentle, everyone ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar