Rabu, 26 Desember 2018

Field Trip: Membatik di Museum Tekstil



Membatik merupakan salah satu kegiatan yang digemari anak-anak. Karena alasan inilah kami pun menjadwalkan kegiatan field trip ke Museum Tekstil. Selain anak-anak dapat membuat batik, mereka pun dapat mengenal berbagai batik yang ada di Indonesia.

Sekilas tentang Museum Tekstil, Museum Tekstil ini didirikan pada tahun 1976 oleh Gubernur Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin. Museum ini didirikan untuk menghormati ibu Tien Soeharto yang pada saat itu menjadi Ibu Negara. Bangunan dari museum yang diresmikan pada tanggal 28 Juni 1976 ini dibangun pada awal abad ke-19 oleh seorang berkebangsaan Perancis dan kemudian dijual kepada Abdul Aziz Al Mussazi Katiri Konsul Turki di Jakarta. Pada tahun 1942 bangunan ini dijual kepada Dr.Karel Christian Crucq dan pada awal tahun 1945 digunakan sebagai markas dari Perintis Front Pemuda dan Angkatan Pertahanan Sipil dalam perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan Indonesia.

Pada tahun 1947 bangunan yang berada dibawah kepemilikan Lie Sion Pin ini disewakan kepada Departemen Sosial dan digunakan sebagai lembaga bagi orang tua. Pada tahun 1962 bangunan ini diakuisisi oleh Departemen Sosial untuk digunakan sebagai kantor. Namun pada tahun 1966 bangunan ini menjadi asrama karyawan. Pada 25 Oktober 1975, secara resmi bangunan dan tanahnya diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta. Dan lahirlah Museum Tekstil pada tahun 1976. 

Berdasarkan pengalaman kami saat berkunjung ke museum ini dahulu, kami memilih untuk membuat batik terlebih dahulu. Setelah janjian dengan pihak museum untuk mengikuti kegiatan membatik, kami pun datang dan langsung menuju pendopo batik. Dari pihak museum disarankan agar anak-anak ini mengikuti workshop batik cap, karena anak-anak ini banyak yang masih kecil. Hal ini cukup mengejutkan kami, karena saat Duo Lynns berkunjung ke museum tekstil tahun lalu, anak-anak diizinkan untuk membuat batik tulis. Ternyata karena sering terjadi kecelakaan saat membatik. Untungnya anak-anak tidak keberatan.
Bayi-bayi kicik yang juga ikutan datang ke Museum Tekstil.
Melihat cara membuat pola pada kain.
Sambil menunggu petugas menyiapkan lilin, ibu yang mendampingi kami memperkenalkan berbagai macam alat-alat untuk membatik. Anak-anak dengan semangat memperhatikan. Setelah siap, maka anak-anakpun dipanggil bergantian untuk mengecap kain mereka.
Duduk manis untuk mendengarkan penjelasan dari petugas yang ada.
3 dari 4 pola yang dapat dipilih.
Lilin yang ada sedang dipanaskan supaya cair kembali.
Alat cap dan alas yang sudah disiapkan.
Setelah anak-anak selesai membatik, petugas yang ada mengumpulkan kain-kain tersebut dan membawanya ke belakang. Mereka akan memberikan list di sekeliling kain dengan menggunakan parafin atau lilin yang sudah dicarikan. Setelah itu adalah proses pewarnaan. Kain dicelupkan ke air biasa terlebih dahulu untuk membuat kain basah, baru dicelupkan ke dalam pewarna. Proses ini dilakukan dua atau tiga kali agar warnanya menempel dengan sempurna. Setelah proses pewarnaan, kain yang sudah diberi warna direbus dengan tujuan untuk menghilangkan lilin yang menempel pada kain. Setelah itu baru dijemur. Bagian yang tadi diberi lilin menjadi bagian yang putih atau tidak terkena pewarna. 
Maminya juga boleh buat batik tulis loh. 
Pose wajib di depan Pendopo Batik.
Pose dulu di depan canting raksasa.
Sambil menunggu batik kering, anak-anak diajak untuk melihat batik-batik di galeri batik. Walaupun kami pernah mengunjungi galeri batik sebelumnya, namun cukup menarik mendengar penjelasan untuk batik yang berbeda. Salah satunya batik pagi sore. Motifnya yang setengah-setengah ternyata dapat dipakai saat pagi hari dan sore hari.
Batik akulturasi kebudayaan Tiongkok dan India.
Batik pagi sore.
Selesai melihat batik-batik, kami diajak untuk melihat tanaman yang dapat memberi warna alami.Di taman ini terdapat banyak tanaman yang ternyata dapat menghasilkan warna-warna secara alami. Misalkan daun muda dari pohon jati yang memberikan warna merah kecoklatan, kesumba menghasilkan mana oranye kemerahan, daun andong menghasilkan warna hijau, daun alpukat menghasilkan warna hijau kecoklatan, daun pohon nila menghasilkan warna biru, dan pohon-pohon lainnya. Hebatnya Sang Pencipta membuat warna-warna dari pohon. Warna yang dihasilkan dari pewarna alami ini tidak akan setajam warna yang dihasilkan dari pewarna buatan. Namun warna yang dihasilkan oleh pewarna alami akan lebih awet dibanding dengan pewarna buatan.
Anak-anak yang tidak mau ketinggalan memegang kapas.
Daun jati.
Tanaman kapas yang berbeda dengan kapuk.
Kegiatan field trip kami di museum tekstil pun selesai sudah. Anak-anak dengan bahagia membawa hasil karya mereka. Walau hanya mencap saja, tetapi mereka cukup menikmati. 
Mama-mama yang tidak mau ketinggalan berfoto.
Museum Tekstil
Alamat: Jl. Aipda K.S. Tubun Raya no 2 - 4, Palmerah, Jakarta Barat.11420
Telepon: 021 - 5606613
Jam buka: 09.00 - 15.00 (Senin Tutup)
Harga tiket: 
Dewasa: Rp 5.000,00
Mahasiswa: Rp 3.000,00
Pelajar: Rp 2.000,00
Pembuatan batik (termasuk tiket masuk): Rp 40.000,00
Di Bawah pohon Rindang alias DPR

8 komentar:

  1. Balasan
    1. Ayo.... Langsung saja mampir. Kalau perorangan bisa langsung datang dan membatik. :)

      Hapus
  2. Masuk list museum yg hrs dikunjungin 2019 :) terima kasih infonyaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi, mbak. Terima kasih sudah mampir ke sini. Betul, museum ini termasuk harus museum yang harus dikunjungi. Apalagi kalau pas lagi ada pameran kain lainnya. :)

      Hapus
  3. Wah seru lihat anak anak belajar membatik .Aku yang udah gede ini kepincut untuk membatik. Semoga ada kesempatan untuk datang kesana :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak. Saya juga kepengen membatik di sana. Pasti ada kesempatan, mbak. When there is a will, there is a way.;)

      Hapus
  4. aku pernah membatik di sini jg,kena lilin panas banget. huhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, panas banget pastinya ya mbak. Biasanya mereka sedia salep, jadi walau kena lilin langsung dikasi salep.

      Hapus