Senin, 14 Oktober 2019

Wisata Edukasi di Ereveld Menteng Pulo


Pelajaran sejarah merupakan salah satu pelajaran yang saya senangi. Mengapa? Karena pelajaran sejarah mirip dengan cerita, hanya saja cerita tersebut adalah cerita nyata. Karena kisah nyata, maka dengan mempelajari sejarah, kita tahu apa yang terjadi di masa lampau dan dapat menganalisa agar kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang di masa kini.

Untuk mendukung agar anak dapat mempelajari sejarah dengan cara yang menyenangkan, maka kami pun mengikuti kegiatan bersama homeschooler yang lain. Kegiatan yang kami lakukan adalah mengunjungi Ereveld Menteng Pulo. Ereveld atau makam kehormatan Belanda di Menteng Pulo didirikan pada masa revolusi (1945 – 1949) oleh Letnan Kolonel Ir. H.A. van Oerle.

Pasti ada yang membatin, kok Belanda sudah menjajah namun diberikan makam kehormatan di Indonesia. Eits, jangan salah dulu. Di Ereveld Menteng Pulo ini bukan hanya ada makam-makam orang Belanda, tetapi juga orang-orang Indonesia dan yang lainnya. Semuanya dimakamkan tanpa memandang ras, agama, suku, pangkat atau kedudukan.

Saat kami datang, kami disambut oleh Mr. Robert. Walau Mr. Robert merupakan orang Belanda, namun beliau cukup fasih berbahasa Indonesia. Kami semua diajak menuju gereja Simultan yang sekarang digunakan sebagai ruang pertemuan penting untuk kegiatan kenegaraan. Gereja ini selesai dibangun pada tahun 1950. Di dalam ruang gereja yang berbentuk segi empat ini terdapat altar. Di gereja ini juga terdapat menara gereja yang tingginya 22 meter.
Gereja Simultan dengan menaranya.
Di dalam gereja, kami berkenalan dengan Mrs. Eveline. Mrs. Eveline menjelaskan dengan singkat tentang ereveld di Indonesia. Di pulau Jawa ini ada 25.000 korban perang di 7 makam kehormatan yang ada, yaitu 2 ereveld berada di Jakarta, 2 di Bandung, 2 di Semarang, dan 1 di Surabaya. Indonesia ini ada. Di Ereveld Menteng Pulo sendiri terdapat 4 ribu korban perang. Kebanyakan korban merupakan korban Perang Dunia ke 2. Dari semua korban yang ada, tidak semuanya militer. Yang militer hanya 25 % dan yang sipil adalah 75%.
Tampak dalam Gereja Simultaan.
Di Jakarta sendiri ada 2 lokasi, yaitu Menteng Pulo dan Ancol. Mrs. Eveline mengatakan Ancol menjadi istimewa karena disitu menjadi tempat eksekusi korban-korban juga. Sedangkan dari ketujuh ereveld ini, yang paling terkenal adalah Ereveld Menteng Pulo. Hal ini dikarenakan di Menteng Pulo terdapat gereja Simultan (Simultankeerk) dan guci-guci abu (Columbarium).
Salib Birma Siam Spoorweg.
Terbuat dari kayu rel kereta untuk mengenang para korban yang wafat saat pembuatan rel kereta Burma-Siam
Karena rombongan kami cukup banyak, maka rombongan pun dibagi dua, yaitu orang dewasa dan anak-anak. Orang dewasa akan berkeliling bersama Mr. Robert sedangkan anak-anak akan berkeliling dengan Mrs. Eveline, Mrs. Caroline, dan Ibu Wulan. Saya sendiri ikut dengan rombongan anak-anak untuk membantu menjaga anak-anak. Sementara papa ikut dengan rombongan dewasa.
Perpaduan antara makam dan gedung bertingkat. 
Kami diajak untuk melihat area pemakaman. Di pemakaman, kami melihat berbagai macam bentuk nisan. Ternyata setiap nisan berbeda.
Nisan perempuan bergama Kristen.
Nisan untuk laki-laki Kristen. Ini adalah makam Jenderal Spoor. 
Nisan untuk yang beragama Buddha.

Nisan untuk orang Yahudi.
Nisan untuk kuburan massal.
Onbekend berarti unknown, sedang bentuk nisannya berarti nisan untuk orang Muslim. 
Yang membuat kami sangat salut adalah kuburan untuk yang muslim mengarah kepada kiblat. Mereka sungguh memperhatikan penataaan yang ada. Nisan-nisan ini terlihat begitu terawat. Ternyata ada waktunya nisan-nisan ini dimandikan agar tetap bersih. Rumput-rumput yang ada juga dirapikan. Luar biasa bukan?
Makam muslim yang diketahui namanya dan mengarah kepada kiblat. 
Kami pun diajak untuk melihat proses pembuatan nisan. Ternyata bukan dibuat dari kayu, tetapi dari beton. Ada arsip lengkap untuk menulis data-data korban yang ada di sini. Jika nisan yang ada mulai rusak, maka mereka akan membuat yang baru.
Cetakan untuk membuat nisan.
Penulisan nisan.
Nisan yang sudah diperbaiki.
Bagian lain yang kami kunjungi adalah tempat guci abu atau disebut Columbarium. Columbarium sebenarnya merupakan dua buah koridor yang atapnya ditopang oleh pilar-pilar bulat berwarna putih. Di sini terdapat 754 guci yang berisi abu tentara KNIL menjadi korban kerja rodi di penambangan Jepang. Setelah mereka wafat dan dikremasi di Jepang, abu mereka dikirim ke Menteng Pulo.
Guci Abu.
Taman di Columbarium.
Di Menteng Pulo ini juga terdapat makam korban perang anak-anak, baik dari bayi baru lahir hingga anak yang sudah agak besar. Yang menyedihkan adalah sebagian mereka meninggal karena tidak diberi makan saat ditawan.
Pekuburan anak-anak.
Monumen yang menggambarkan keadaan busung lapar saat itu. 
Di samping Ereveld Menteng Pulo terdapat Ereveld Commonwealth. Berbeda dengan Ereveld Menteng Pulo yang berisi korban sipil dan militer, Ereveld Commonwealth berisi hanya korban militer saja. Salah satunya adalah Jenderal Mallaby yang sering dikenal saat peristiwa 10 November.
Monumen sebagai tanda Ereveld Commonwealth
Makam Mallaby.
Area pemakaman untuk negara-negara Commonwealth lainnya.
Ereveld Commonwealth
Setelah cukup lelah dan panas berkeliling, kami pun kembali ke dalam gereja. Di sini anak-anak melakukan aktivitas yaitu menggambar apa saja yang mereka lihat. Kakak dan adik menggambar dengan penuh semangat dan menuliskan ucapan terima kasih kepada Mrs. Eveline.
Waktunya melakukan aktivitas.
Ucapan terima kasih untuk Miss Eveline.
Satu hal yang kami ketahui saat kami berkeliling makam, para tentara yang dikirim ke Indonesia pada dasarnya tidak setuju dengan tindakan yang ada. Namun mereka tidak dapat berkata tidak karena ini adalah tugas negara. Memang perang tidak ada yang menyenangkan.

Lalu, apa yang dapat kita pelajari dari kunjungan ini? Kita memang tidak dapat mengubah sejarah yang ada, termasuk kesedihan dan kekelaman yang ada di dalamnya. Tetapi kita dapat belajar dari sejarah yang ada. Dengan keadaan Indonesia yang sudah merdeka ini, yang kita dapat lakukan adalah melakukan apa yang kita dapat lakukan agar Indonesia semakin maju. Kalau kata anak-anak, kita berdoa supaya tidak ada perang lagi.

Sekilas Info
Ereveld Menteng Pulo
Jl. Menteng Pulo RT.03/012, Kelurahan Menteng Dalam, Tebet, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar