Sabtu, 21 April 2018

Penerapan Karakter dalam Keluarga


Artikel ini masih lanjutan artikel sebelumnya. Walaupun pertemuan yang dijadwalkan hanya dua kali, namun karena banyak yang belum sempat ikut di pertemuan pertama dan kedua, maka di bulan Maret kemarin diadakan kembali pertemuan tambahan. Dan ajaibnya, pertemuan yang sebetulnya tidak direncanakan ini malah dihadiri oleh orang yang jauh lebih banyak dari sebelumnya =D

Di pertemuan kali, selain membahas secara singkat isi pertemuan-pertemuan sebelumnya karena banyak yang belum mengikuti pertemuan sebelumnya, keluarga Hartono membagikan cara mengaplikasikan karakter di dalam keluarga. Karena karakter bukan sekedar pengetahuan, maka dalam pelaksanaannya pun jangan sampai menjadi ajang untuk menghakimi anak ataupun orang lain. 

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengaplikasikan karakter, salah satunya sebagai kurikulum dalam kegiatan pembelajaran. Baik sekolah di sekolah umum maupun home edukasi, hal ini dapat dijalankan oleh keluarga.

1. Selalu dimulai dari orang tua
Orangtua adalah guru pertama yang dimiliki oleh si anak. Dari mulai si anak di dalam kandungan, sosok yang mereka kenal pertama kali adalah orang tuanya. Saat mereka lahir, setiap hari mereka bertemu orang tuanya. Guru berarti digugu dan ditiru. Dengan kata lain, mereka akan meniru apapun yang kita lakukan. Dengan demikian, jika ingin mengajarkan tentang karakter, hal itu harus dimulai dari kita. Kita adalah contoh nyata yang dapat selalu dilihat anak.

2. Menghafal definisi
Salah satu point dalam pengembangan karakter pada anak adalah menekankan karakter, yang dilakukan dengan pendefinisian suatu karakter. Definisi ini penting. Bagaimana kita dapat mengaplikasikan jika kita tidak memahami arti dari karakter tersebut. Definisi yang diberikan tidak hanya memberi pengertian, tetapi juga arti sebenarnya dalam situasi tersebut. Dan saat menjelaskan definisi,  ingatkan anak ada hal-hal yang perlu diseimbangkan. Misalkan saat membahas tentang ketaatan, ingatkan anak untuk taat kepada orang-orang yang memang mempunyai otoritas terhadap dia.

3. Bagikan penerapan praktis
Misal kita berbicara tentang penuh perhatian atau attentiveness. Definisinya adalah berkonsentrasi pada orang atau tugas yang dikerjakan. Mungkin anak sudah mengetahui definisi penuh perhatian. Namun mereka masih bingung bagaimana melakukannya. Penerapan praktis merupakan salah satu hal yang dapat membuat anak melakukan dan bersikap sesuai kualitas karakter yang ingin dicapai. "Saya akan" merupakan komitmen yang akan membantu anak-anak melakukan kualitas karakter tersebut. "Saya akan" merupakan obyektif lain dari tingkah laku yang membantu mengukur karakter seorang anak.

Seperti contoh karakter penuh perhatian. Penerapan praktis dari karakter ini adalah:
- saya akan melihat kepada orang yang berbicara dengan saya.
- saya akan bertanya jika saya tidak mengerti.
- saya akan duduk atau berdiri dengan tegak.
- saya akan fokus pada tugas yang ada.
dan sebagainya

Penerapan praktis diatas membantu anak untuk melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh mereka. Dan fokuslah pada satu kualitas karakter yang ingin dicapai. Akan susah bagi si anak untuk mencapai semuanya secara bersamaan. Dan tentunya akan berat bagi kita sebagai orang tua untuk tidak menjadi emosi pusing jika menginginkan semua berjalan bersama. Kalau kata kakak saya, pick your own battle.

4. Gunakan ilustrasi hidup
Ilustrasi hidup membantu anak memahami karakter yang mereka pelajari. Ilustrasi hidup ini dapat dilakukan melalui tokoh, alam, ataupun binatang. Dan bagi anak-anak, kisah yang berhubungan akan mudah menolong mereka untuk memahami karakter tersebut. 

5. Transfer melalui aktifitas
Hampir semua anak kecil menyukai aktifitas. Dengan karakter menjadi tulang punggung setiap aktifitas, maka anak pun dapat melakukannya dengan sukacita. Aktifitas yang ada dapat disesuaikan dengan usia mereka. Aktifitas pun dapat berbentuk craft ataupun science

6. Mendorong dengan pujian
Setelah mengajar para murid apa yang harus dilakukan, pujilah mereka saat mereka melakukannya. Pujian yang diberikan kepada anak akan membuat anak melakukan hal yang baik. Mengapa? Karena apa yang kita fokuskan itu yang kita dapatkan.

Seringkali orang berkata kalau anak suka dipuji nanti jadi besar kepala. Nah, yang menjadi kunci adalah pujilah karakter dan bukan keberhasilan. Kita memuji motivasi dibalik pekerjaannya. Kita melihat proses yang mereka lakukan, bukan hanya hasil yang dicapai. Misalkan si anak mengerjakan suatu pekerjaan. Pujilah anak karena kerajinan yang mereka lakukan, bukan karena mereka pintar.
Pujilah karakter dan latihlah keterampilan.
Gambar diatas adalah hasil pekerjaan berhitung yang dilakukan adik. Bagi adik, untuk duduk manis dan mengerjakan lembar pekerjaannya merupakan suatu usaha berat. Untuk menjaga kertas tetap rapi, tanpa ada gambar-gambar tambahan (mamanya dan kakaknya pun juga suka menggambar di kertas) pun juga merupakan suatu usaha berat. Walau adik membuat angka yang begitu artistik, padahal adik tidak begitu suka dengan hal yang artisitik, namun saat kami melihat kertas ini, kami tetap berkata "Terima kasih untuk membuat worksheet dengan rapi. Terima kasih karena adik mengerjakan dengan rajin dan penuh perhatian. Terima kasih karena sudah mengendalikan diri untuk tidak mencoret-coret kertas ini." Hal ini membuat ia tersenyum dan berbunga-bunga. Perkara kerjaannya ada yang salah atau tidak, itu nomor dua. Karena kami berusaha untuk memuji karakter mereka. Setelah itu baru melatih keterampilan.

Seringkali kita mencampuradukkan antara keterampilan dengan karakter. Point pentingnya adalah pujilah karakter dan latih keterampilan. Hargailah kualitas karakter yang ingin dicapai mereka walaupun jika kita melihat secara kognitif, keterampilan mereka belum tercapai. Ingatlah bahwa setiap anak istimewa, sehingga saat si anak tidak dapat melakukan sesuatu, jangan membuat anak merasa tertuduh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar