Compassion dimulai dari simpati (mampu melihat seseorang yang terluka) dan berkembang menjadi empati (mampu merasakan perasaan yang terluka). Berbicara tentang hal ini, Duo Lynns sering melihat contoh nyata dari popo (oma dari pihak mama) yang memang mempunyai karakter ini.
Saat monthly meeting kemarin, uncle A mengajak anak-anak untuk memelajari karakter compassion melalui zebra. Ciri khas zebra adalah selalu pergi berkelompok dan tidak meninggalkan anggotanya apapun yang terjadi. Demikian juga kita, saat kita berjalan bersama, memang seharusnya tidak ada yang ditinggalkan bukan. Dan dalam keluarga pun, setiap anggota keluarga berharga dan tidak ada satupun yang ditinggalkan.
Kegiatan selanjutnya adalah menghapalkan ayat. Uncle A menulis ayat tersebut di papan tulis. Setelah membacanya bersama, kata-kata yang ada di situ satu persatu dihapus. Dan setelah semua kata tersebut hilang, anak-anak diminta bergantian mengambil kertas potongan kata-kata tersebut dan orang tua menyusunnya.
Setelah itu, anak-anak diberikan beberapa pertanyaan mengenai suatu kejadian dan apakah yang harus mereka lakukan untuk menunjukkan bahwa mereka perduli. Setiap anak yang menjawab akan mendapatkan jelly. Pertanyaan cukup bervariatif dan menjadi lebih seru karena jawaban mereka yang polos.
Memory verse time :) |
Tampang bahagia karena selesai duluan menyusun ayat hapalan. |
Setelah selesai menyusun, auntie V mengajak anak-anak untuk mengerjakan aktivitas menghias zebra yang tadi sudah diceritakan. Setiap keluarga mendapatkan satu gambar zebra dan background. Aktivitas ini cukup seru karena anak-anak boleh berkreasi sesuka mereka, termasuk membuat rainbow zebra =D
Seperti zebra yang selalu memedulikan sesamanya, hendaklah kita juga memedulikan sesama kita dan tidak meninggalkan siapapun yang berjalan bersama.
Compassion Cube yang kami buat dirumah. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar