Kamis, 15 November 2018

Help...Mamak Stress !!!


“Bu, apa perasaan ibu saat pertama kali harus manis-manis di rumah?”
“Kak, kamu gak bosan ya jadi ibu rumah tangga?”
“Say, bagaimana caranya supaya tidak stress saat harus mengurus anak?”

Seringkali saya mendapatkan pertanyaan seperti itu dari teman, adik kelas, dan murid-murid yang dulu saya ajar. Bahkan dari keluarga besar pun muncul pertanyaan seperti itu. Pertanyaan tersebut muncul karena sebagian dari mereka merasakan stress yang luar biasa saat harus berganti profesi dari seorang yang aktif di luar rumah menjadi seorang yang aktif di dalam rumah.

Saya pun pernah mengalami rasa jenuh juga saat harus mengurus semua sendiri. Apalagi sejak kecil saya memang senang beraktivias dan sudah bekerja semenjak di bangku sekolah. Saat saya harus diam di rumah pun terkadang muncul rasa-rasa seperti untuk apa dulu mengambil program pascasarjana, dengan biaya sendiri pula, kalau akhirnya terdampar di rumah menjadi mbak ibu rumah tangga yang harus mengurus semua sendiri.

Memang sebagai seorang perempuan, kita pasti ingin juga berkarya di luar sana. Namun saat kita memiliki anak, ada prioritas yang berbeda dari saat kita masih belum memiliki anak. Kehadiran anak membuat kita ingin menginvestasikan waktu kita untuk si buah hati. Namun namanya perubahan dari yang biasanya sibuk mendadak harus manis di rumah, biasanya bisa kelayapan sesuka hati sekarang jadi harus mengatur supaya si kecil tidak terbengkalai, dan segala macam perubahan seperti itu biasanya membuat kita stress.

Seringkali kita merasa saat kita mempunyai anak, rasanya kita seperti menghilang dan sayup-sayup terdengar lagu di telinga kita kau bukan yang dulu lagi (lebay mode on). Kita merasa identitas kita, harapan kita, dan impian kita seakan mulai menghilang dan tertutup dalam kesibukan dan rutinitas mengurus rumah, mengantar anak ke tempat les atau ke sekolah (untuk yang anaknya bersekolah), mengurus ulangan si anak, dan sebagainya. Lalu terbayang semua kejayaan masa lalu kita dan kita merasa bahwa sekarang kita sudah tidak berguna lagi.  

Eits...tunggu dulu. Tahu tidak sih moms, diatas kesibukan seperti itu, kita punya panggilan yang jauh lebih mulia loh, bukan hanya sekedar melakukan rutinitas untuk mengurus rumah dan anak. Panggilan kita adalah memuridkan. Memuridkan siapa? Ya anak-anak kita. Kita memuridkan anak-anak ini menjadi pribadi yang kuat, berkarakter, dan menjadi dampak positif bagi sekeliling mereka. Kita memuridkan mereka, bukan supaya menjadi pengikut kita, tetapi sebagai pengikut Dia, yang menjadi sumber dari segalanya. Jadi bukan sekedar nganterin mereka les, masak, dan sebagainya. Well, not bad kan?

Saat saya bercerita tentang ini, sebagian akan merasa tapi kan saya gak mengajar anak saya di rumah. Memuridkan bukan masalah anak belajar di rumah atau tidak belajar di rumah. Tetapi ini adalah panggilan yang Tuhan berikan kepada setiap ibu. Bagaimana caranya? Melalui tindakan yang kita lakukan, kita memuridkan anak-anak secara tidak langsung.

Gampang-gampang susah memang. Apalagi saat anak-anak berulah. Kalau kata teman saya, rasanya mau memasukkan anak-anak ini ke dalam perut lagi kalau mereka menjawab saat dinasihati. Rasanya kita mau berteriak karena ulah mereka, tapi ingat bahwa kita mengajarkan mereka supaya mereka sabar. Kita harus menahan emosi karena sudah menasihati berkali-kali saat mereka nangis untuk sesuatu yang rasanya tidak perlu ditangisi (untuk kita).

Dalam memuridkan mereka, pasti akan ada kegagalan. Saya pun sering kali melakukan kesalahan. Dan saat melakukan kesalahan tersebut saya pun semakin menyadari bahwa usaha saya sendiri tidak membuat diri saya menjadi ibu yang baik bagi anak-anak saya. Semakin saya menggunakan usaha saya sendiri, saya semakin stress. Hanya kasih karuniaNya yang memampukan saya untuk memuridkan anak-anak (yang masih dalam proses sampai sekarang). Melalui proses dan pertobatan (setiap kali berbuat salah), saya pun disadarkan bahwa hal ini juga membuat anak-anak sadar bahwa setiap orang bisa membuat kesalahan. Tetapi saat kita mengandalkan Dia yang memberi kita kehidupan, maka hidup kita juga dapat bermakna bagi orang-orang di sekitar kita, terutama yang terdekat dengan kita.

Walau kita sudah berusaha menjadi contoh bagi anak-anak kita, kadang rasanya kok belum ada perubahan. Jangan menyerah dan merasa bahwa semua yang kita lakukan tidak ada gunanya. Semua ada waktunya kok. Tugas kita hanya menabur dan memberikan nutrisi. Bagian Tuhan adalah memberikan pertumbuhan bagi mereka.

Jadi, saat kita merasa kehilangan semua kebanggaan masa lalu kita, dan mulai stres, jangan merasa bahwa kita sudah tidak berguna. Justru saat seperti itu kita menemukan panggilan yang lebih mulia dan kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dan saat kita sudah mulai lelah, duduklah di bawah kakiNya. Kasih dan anugerahNya cukup bagi kita dan memampukan kita untuk memuridkan anak-anak kita.


PS: ini bukanlah perdebatan tentang full-time mom atau working mom. Semua keputusan pasti ada alasan di belakangnya dan tidak untuk diperdebatkan :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar