Senin, 03 Agustus 2020

Parents Meeting: Peran Ayah dan Ibu Dalam Homeschool (Part 2)


Masih lanjutan dari artikel sebelumnya, kalau tadi yang dibahas adalah peran ayah, maka sekarang akan dibahas peran ibu.

PERAN IBU
Jika Ayah mempunyai peran penting dalam meletakkan fondasi dalam keluarga, maka Ibu mempunyai 5 fungsi dasar dalam keluarga.

1. The mother is the heart of the home
Jika ayah diibaratkan sebagai kepala dalam suatu rumah, maka ibu dapat diibaratkan sebagai jantung dalam suatu rumah. Seperti denyut jantung menentukan suatu kehidupan, maka ibu sebagai denyut jantung keluarga sangat menentukan suasana di rumah. Tetapi saat mengurus rumah, terkadang si ‘jantung’ ini bermasalah karena ‘satu dan lain hal’.

’Satu dan lain hal’ ini bisa jadi rasa kesal kepada suami karena suami tidak dapat memahami perasaan kita sebagai seorang istri ataupun pikiran kita (ada amin, para istri?) Untuk menghindari hal ini, maka istri perlu mengkomunikasikan pengamatan dan perasaannya kepada suami. Ingat, suami bukan cenayang atau ahli nujum yang dapat membaca pikiran dan perasaan wanita.

Bagaimana caranya untuk mengkomunikasikannya? Suami istri harus mempunyai waktu khusus untuk berdua dengan suami. Istri harus menjadwalkan pertemuan rutin dan berkala dengan suami guna mendiskusikan banyak hal penting, termasuk soal homelearning.

2. The mother is the light of learning
Saat suatu keluarga memutuskan untuk homeschool, ibu akan berada dengan anak dan berperan sebagai guru untuk anak. Guru ini mengajar untuk mempersiapkan anak saat harus terjun ke dunia nyata. Seorang ibu juga harus membekali anak bukan hanya dengan hal-hal yang berbau akademis, tetapi juga membekali anak dari sisi keterampilan (basic skill setidaknya), dan karakter juga.  Dengan melatih ‘hati yang mendengar’, ibu akan tahu tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh anak, menyangkut karakter, sisi akademis, dan keterampilan yang perlu dikembangkan.

3. The mother is a learner-teacher
Banyak ibu kuatir tentang kemampuan mereka dalam menguasai suatu mata pelajaran dan kemampuan dalam mengajar. Ibu takut tidak dapat memberikan yang terbaik karena ibu tidak mengerti materi yang diajarkan. Alih-alih menguasai bahan secara menyeluruh, yang lebih diperlukan ibu adalah antusiasme sebagai pembelajar yang akan berkembang sama-sama dengan sang anak. Ibu dan anak, terutama saat anak masih usia TK dan SD, dapat belajar bersama.

Kerelaan ibu untuk sinau atau belajar bersama ini tentunya membuat anak semangat belajar. Apalagi saat anak-anak masih TK atau SD. Tidak ada alasan materi tersebut susah sehingga tidak mampu mengajar materi tersebut dan memanggil guru les untuk mengajar anak membaca ataupun berhitung.

4. The mother is a ‘creative recorder’
Sebagai seorang ibu yang setiap hari mengajar anaknya, tentunya ada banyak hal yang ingin didokumentasikan. Sebagai ‘creative recorder’, ibu harus mencari cara yang cocok dan memudahkan untuk mendokumentasikan hasil pembelajaran anak. Misalkan dengan menggunakan lapbook, atau menyimpan dalam media sosial (bukan dengan tujuan untuk show off tentunya).

5. The mother is a ‘coordinator’ of responsibilities
Anak-anak harus diperkenalkan dengan yang namanya tugas di rumah. Tugas ini bukan merupakan ajang ‘pemberdayaan’ anak, tetapi lebih untuk melatih kemandirian anak sedini mungkin. Jangan berikan tugas yang lebih berat dari umurnya ataupun pekerjaan yang berlebihan.
Mom and things to do =D
Kami pun mencoba untuk merefleksikan peran kami berdua dalam pendidikan di rumah kami. Untuk hal yang berbau akademis, si papa menyerahkan kepada saya sebagai guru anak-anak. Tetapi bukan berarti si papa lepas tangan. Ada saat-saat dimana saya pusing dan si papa pun ikut membantu.

Lalu, apa dong peran si papa? Papa lebih banyak memfokuskan kepada hal yang berbau kerohanian anak-anak. Dari sejak anak-anak masih dalam kandungan, setiap hari papa membacakan Alkitab. Saat anak-anak masih bayi pun papa senang membacakan Alkitab. Bahkan saat anak-anak masih belum bisa membaca, acara membaca Alkitab saat malam hari bisa panjang karena ada story telling dan play pretend.

Pembelajaran mengenai karakter pun kami lakukan bersama-sama. Bukan hanya anak-anak yang diingatkan, tetapi kami sebagai orang tua pun diingatkan dan dibentuk hari lepas hari. Seperti pedang bermata dua, kebenaran-kebenaran itu menemplak kami dan juga anak-anak.

Bagaimana dengan house chores? Anak-anak terbiasa mengerjakan house chores atau tugas rumah tangga dari kecil. Bukan karena kami menyuruh, tetapi mereka melihat kami melakukannya dan mereka ingin mengikutinya.

Proses kami sebagai homeschooler masih panjang. Tetapi dengan adanya Parents Meeting ini, kami diingatkan bahwa untuk mempunyai awal yang benar dalam homeschool adalah ayah dan ibu terlibat dalam pendidikan. Dan agar keterlibatan ayah dan ibu menjadi lebih smooth, maka hubungan ayah dan ibu harus dalam tahap yang benar juga.

Bu Rina pun berkata bahwa ibu yang bijak sadar bahwa ada musim berbeda-beda dalam kehidupan, dan investasi waktu dalam homeschooling akan memperoleh ganjaran yang sangat layak. Memang tidak mudah untuk mendidik anak-anak sendiri, ada banyak waktu yang harus diinvestasikan bagi mereka. Namun memang benar bahwa akan ada ganjaran yang sangat layak untuk itu.

Parents Meeting ini tentunya semakin memperlengkapi kami semua. Dan kami bersyukur karena Parents Meeting ini juga dapat diikuti oleh teman-teman kami yang berada di luar pulau. Blessing in disguise di saat covid ini tentunya. 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar