PERAN IBU
Jika Ayah mempunyai peran penting
dalam meletakkan fondasi dalam keluarga, maka Ibu mempunyai 5 fungsi dasar dalam keluarga.
1. The mother is the heart of the home
Jika ayah diibaratkan sebagai
kepala dalam suatu rumah, maka ibu dapat diibaratkan sebagai jantung dalam
suatu rumah. Seperti denyut jantung menentukan suatu kehidupan, maka ibu sebagai
denyut jantung keluarga sangat menentukan suasana di rumah. Tetapi saat
mengurus rumah, terkadang si ‘jantung’ ini bermasalah karena ‘satu dan lain
hal’.
’Satu dan lain hal’ ini bisa jadi
rasa kesal kepada suami karena suami tidak dapat memahami perasaan kita sebagai
seorang istri ataupun pikiran kita (ada amin, para istri?) Untuk menghindari
hal ini, maka istri perlu mengkomunikasikan pengamatan dan perasaannya kepada suami.
Ingat, suami bukan cenayang atau ahli nujum yang dapat membaca pikiran dan
perasaan wanita.
Bagaimana caranya untuk
mengkomunikasikannya? Suami istri harus mempunyai waktu khusus untuk berdua
dengan suami. Istri harus menjadwalkan pertemuan rutin dan berkala dengan suami
guna mendiskusikan banyak hal penting, termasuk soal homelearning.
2. The mother is the light of learning
Saat suatu keluarga memutuskan
untuk homeschool, ibu akan berada dengan anak dan berperan sebagai guru untuk
anak. Guru ini mengajar untuk mempersiapkan anak saat harus terjun ke dunia
nyata. Seorang ibu juga harus membekali anak bukan hanya dengan hal-hal yang
berbau akademis, tetapi juga membekali anak dari sisi keterampilan (basic skill setidaknya), dan karakter
juga. Dengan melatih ‘hati yang
mendengar’, ibu akan tahu tentang hal-hal yang dibutuhkan oleh anak, menyangkut
karakter, sisi akademis, dan keterampilan yang perlu dikembangkan.
3. The mother is a learner-teacher
Banyak ibu kuatir tentang
kemampuan mereka dalam menguasai suatu mata pelajaran dan kemampuan dalam
mengajar. Ibu takut tidak dapat memberikan yang terbaik karena ibu tidak
mengerti materi yang diajarkan. Alih-alih menguasai bahan secara menyeluruh, yang
lebih diperlukan ibu adalah antusiasme sebagai pembelajar yang akan berkembang
sama-sama dengan sang anak. Ibu dan anak, terutama saat anak masih usia TK dan
SD, dapat belajar bersama.
Kerelaan ibu untuk sinau atau
belajar bersama ini tentunya membuat anak semangat belajar. Apalagi saat anak-anak masih TK atau SD. Tidak ada
alasan materi tersebut susah sehingga tidak mampu mengajar materi tersebut dan
memanggil guru les untuk mengajar anak membaca ataupun berhitung.
4. The mother is a ‘creative recorder’
Sebagai seorang ibu yang setiap
hari mengajar anaknya, tentunya ada banyak hal yang ingin didokumentasikan.
Sebagai ‘creative recorder’, ibu
harus mencari cara yang cocok dan memudahkan untuk mendokumentasikan hasil
pembelajaran anak. Misalkan dengan menggunakan lapbook, atau menyimpan dalam media sosial (bukan dengan
tujuan untuk show off tentunya).
5. The mother is a ‘coordinator’ of responsibilities
Anak-anak harus diperkenalkan
dengan yang namanya tugas di rumah. Tugas ini bukan merupakan ajang
‘pemberdayaan’ anak, tetapi lebih untuk melatih kemandirian anak sedini
mungkin. Jangan berikan tugas yang lebih berat dari umurnya ataupun pekerjaan
yang berlebihan.
Kami pun mencoba untuk
merefleksikan peran kami berdua dalam pendidikan di rumah kami. Untuk hal yang
berbau akademis, si papa menyerahkan kepada saya sebagai guru anak-anak. Tetapi bukan berarti si papa lepas tangan.
Ada saat-saat dimana saya pusing dan si papa pun ikut membantu.
Lalu, apa dong peran si papa? Papa lebih banyak memfokuskan kepada hal yang
berbau kerohanian anak-anak. Dari sejak anak-anak masih dalam kandungan, setiap
hari papa membacakan Alkitab. Saat anak-anak masih bayi pun papa senang membacakan Alkitab. Bahkan saat anak-anak masih belum bisa
membaca, acara membaca Alkitab saat malam hari bisa panjang karena ada story telling dan play pretend.
Pembelajaran mengenai karakter pun kami lakukan bersama-sama. Bukan hanya
anak-anak yang diingatkan, tetapi kami sebagai orang tua pun diingatkan dan
dibentuk hari lepas hari. Seperti pedang bermata dua, kebenaran-kebenaran itu
menemplak kami dan juga anak-anak.
Bagaimana dengan house chores?
Anak-anak terbiasa mengerjakan house
chores atau tugas rumah tangga dari kecil. Bukan karena kami menyuruh, tetapi mereka melihat
kami melakukannya dan mereka ingin mengikutinya.
Proses kami sebagai homeschooler
masih panjang. Tetapi dengan adanya Parents
Meeting ini, kami diingatkan bahwa untuk mempunyai awal yang benar dalam
homeschool adalah ayah dan ibu terlibat dalam pendidikan. Dan agar keterlibatan
ayah dan ibu menjadi lebih smooth,
maka hubungan ayah dan ibu harus dalam tahap yang benar juga.
Bu Rina pun berkata bahwa ibu
yang bijak sadar bahwa ada musim berbeda-beda dalam kehidupan, dan investasi
waktu dalam homeschooling akan memperoleh ganjaran yang sangat layak. Memang
tidak mudah untuk mendidik anak-anak sendiri, ada banyak waktu yang harus
diinvestasikan bagi mereka. Namun memang benar bahwa akan ada ganjaran yang
sangat layak untuk itu.
Parents Meeting ini tentunya semakin memperlengkapi kami semua. Dan kami bersyukur karena Parents Meeting ini juga dapat diikuti oleh teman-teman kami yang berada di luar pulau. Blessing in disguise di saat covid ini tentunya.
Parents Meeting ini tentunya semakin memperlengkapi kami semua. Dan kami bersyukur karena Parents Meeting ini juga dapat diikuti oleh teman-teman kami yang berada di luar pulau. Blessing in disguise di saat covid ini tentunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar