courtesy of family talk |
Saya akhirnya berkata kepada anak tersebut turun dulu sampai bawah, baru ke atas naik eskalator yang ke atas, dan jangan bermain di eskalator karena itu berbahaya. Anak itu naik lagi dengan eskalator. Saya sampai gemas dengan orang tua anak ini, yang dapat membiarkan anak kecil bermain sendiri di eskalator, sampai rasanya ingin nemuin orang tuanya dan memberi tahu mereka bahaya yang hampir dialami anak-anak mereka.
Sambil melihat mereka, saya mulai berpikir banyak orang tua merasa anak mereka bisa dan sudah mandiri sehingga mereka membiarkan anak mereka melakukan apa saja, tanpa supervisi, dengan alasan mereka bisa kok. Tetapi permasalahannya bisa bukanlah jawaban saat anak masih kecil, tetapi boleh dan amankah hal tersebut. Mereka terkadang tidak tahu bahwa disaat mereka menganggap anak mereka mandiri, anak-anak tersebut sedang dalam keadaan yang cukup bahaya (atau membahayakan orang lain) dan ditolong oleh orang lain. Lebih parahnya lagi terkadang mereka berkata bahwa Tuhan pasti menjaga anak-anak mereka, dan memang Tuhan mengirimkan orang lain untuk menolong anak-anak tersebut namun bukan berarti mereka tidak perlu melakukan supervisi terhadap anak-anak mereka. Atau ada juga orang tua yang dapat berkata bahwa memang berarti jalannya anak itu, nasibnya anak itu, jika terjadi hal yang tidak diinginkan pada anak mereka. Jika meniadakan supervisi dengan alasan melatih anak mandiri atau anak sudah dianggap mandiri, maka bagi saya ini dikategorikan sebagai ignorance atau mengabaikan. Apa sih bedanya melatih mandiri dan ignorance?
Menurut kamus bahasa Indonesia, mandiri adalah dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak tergantung orang lain. Anak yang mandiri adalah anak yang dapat melakukan sesuatu sesuai umurnya. Misal anak umur 3 tahun dapat memakai pakaian sendiri, anak empat tahun dapat merapikan ranjang mereka sendiri, dan sebagainya.
Seringkali orang tua salah kaprah dan menganggap anaknya sudah mandiri dan sudah dapat memilih mana yang berbahaya dan tidak berbahaya. Tetapi orang tua lupa bahwa anak-anak belum dapat berpikir sebab akibat yang terlalu jauh dan terkadang belum dapat mengontrol kekuatannya. Akibatnya banyak insiden yang terjadi karena anak tidak menganggap hal yang mereka lakukan berbahaya, padahal dalam kenyataannya hal tersebut berbahaya.
Saat orang tua menganggap anaknya mandiri dan tidak melakukan supervisi terhadap si anak, maka tujuan melatih mandiri ini berpindah posisi menjadi mengabaikan anak. Faktor keamanan dalam melatih kemandirian anak merupakan hal yang penting. Jika faktor keamanan diabaikan, yang terjadi adalah insiden yang tidak diinginkan atau anaknya akan menjadi anak yang semaunya. Akibat sikap ignorance si orang tua, si anak yang merasa 'saya mampu walau saya masih kecil' dapat tumbuh menjadi anak yang terlalu bangga dengan dirinya dan bahkan bisa jadi menjadi anak yang arogan.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya menjadi mandiri, percaya diri. Tetapi yang harus diingat adalah melatih mandiri bukan berarti mengabaikan atau ignorance. Melatih mandiri harus disertai dengan yang namanya safety atau keamanan. Sudahkah kita menyertakan hal tersebut saat melatih anak kita untuk mandiri? :)
Menurut kamus bahasa Indonesia, mandiri adalah dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak tergantung orang lain. Anak yang mandiri adalah anak yang dapat melakukan sesuatu sesuai umurnya. Misal anak umur 3 tahun dapat memakai pakaian sendiri, anak empat tahun dapat merapikan ranjang mereka sendiri, dan sebagainya.
Seringkali orang tua salah kaprah dan menganggap anaknya sudah mandiri dan sudah dapat memilih mana yang berbahaya dan tidak berbahaya. Tetapi orang tua lupa bahwa anak-anak belum dapat berpikir sebab akibat yang terlalu jauh dan terkadang belum dapat mengontrol kekuatannya. Akibatnya banyak insiden yang terjadi karena anak tidak menganggap hal yang mereka lakukan berbahaya, padahal dalam kenyataannya hal tersebut berbahaya.
Saat orang tua menganggap anaknya mandiri dan tidak melakukan supervisi terhadap si anak, maka tujuan melatih mandiri ini berpindah posisi menjadi mengabaikan anak. Faktor keamanan dalam melatih kemandirian anak merupakan hal yang penting. Jika faktor keamanan diabaikan, yang terjadi adalah insiden yang tidak diinginkan atau anaknya akan menjadi anak yang semaunya. Akibat sikap ignorance si orang tua, si anak yang merasa 'saya mampu walau saya masih kecil' dapat tumbuh menjadi anak yang terlalu bangga dengan dirinya dan bahkan bisa jadi menjadi anak yang arogan.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya menjadi mandiri, percaya diri. Tetapi yang harus diingat adalah melatih mandiri bukan berarti mengabaikan atau ignorance. Melatih mandiri harus disertai dengan yang namanya safety atau keamanan. Sudahkah kita menyertakan hal tersebut saat melatih anak kita untuk mandiri? :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar