Sabtu, 04 Januari 2025

Living an Authentic Life

Happy New Year 2025….

Rasanya baru saja kita semua merayakan tahun baru 2024, dan sekarang kita sudah memasuki 2025. Memang tidak tiba-tiba sih, tetapi dengan segala kesibukan kami, rasanya 2024 berjalan dengan cepat. Anak-anak yang sekarang bertambah tinggi, pergumulan yang juga semakin membuat sakit kepala, kebahagiaan yang membuat kami mampu tersenyum, semuanya itu mengisi tahun 2024 kami.

Di akhir tahun 2024 kemarin, ada satu ayat yang papa dapatkan untuk komunitas kami. Ayat tersebut diambil dari Roma 12: 2.

'Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. '

Dalam versi NLT, ayat tersebut berbunyi seperti ini:

“Don’t copy the behavior and customs of this world, but let God transform you into a new person by changing the way you think. Then you will learn to know God’s will for you, which is good and pleasing and perfect.” (Romans 12:2 NLT)

Dari ayat ini, kami diingatkan akan satu hal, yaitu living an authentic life. Selama ini orang akan berpikir, hidup yang otentik ya berarti hidup apa adanya kita. Gak usah munafik. Gak usah sok kudus, sok suci. Nakal dikit tidak apa, kan namanya being authentic. Apakah itu arti hidup yang otentik  menurut firman Tuhan?

Menurut kami, tentu bukan seperti itu. Hidup yang otentik menurut dunia ya memang seperti itu. Hidup apa adanya. YOLO, you only live once. Lakukan saja apapun yang kita inginkan. Tidak usah pusing akan apapun.

Tetapi hidup yang otentik menurut firman Tuhan bukanlah seperti itu. Hidup otentik yang Tuhan mau adalah dengan tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Kalau yang wajar itu nyontek saat belajar, yang otentik untuk kita adalah tidak mencari atau memberi contekan. Kalau berkata-kata kasar, atau kasar yang dihaluskan, itu wajar bagi dunia, maka yang otentik bagi kita adalah berkata-kata dengan sopan dan membangun.

Kalau di dunia ini memakai baju kurang bahan hal yang wajar, maka hidup otentik adalah berpakaian dengan rapi dan sesuai. Kalau di dunia ini gonta-ganti pacar adalah hal yang wajar, maka tidak dengan hidup yang otentik menurut kebenaran Tuhan. Kalau dan kalau dan kalau…. Kalau mau di list sih, pasti banyak sekali.

Susah atau tidak? Ya susah jika mengandalkan diri sendiri. Tetapi yang harus kita ingat adalah titik berdiri kita. As children of God, titik berdiri kita bukanlah serupa dengan dunia. Yang memampukan untuk melakukan semuanya adalah kasih karunia Tuhan bagi kita.

Jadi saat kita dianggap ‘aneh’ oleh sekitar kita, yang mungkin orang-orang dalam komunitas kita, jangan menjadi takut. Berani untuk tampil beda, berani untuk hidup otentik sesuai firman Tuhan. Tetapi tetap lakukan semua dalam kasih Tuhan.

Menghadapi dunia yang sangat berubah setelah pandemi ini memang tidaklah mudah. Ketika teknologi berkembang pesat dan  paparan media yang kuat mendekati kita, terkadang kita jadi terlena dan merasa ingin berkompromi dengan dunia agar diterima dengan lingkungan sekitar. Saat-saat seperti inilah kita harus ingat titik asal kita dan hidup otentik menurut firmanNya. Saat seperti ini adalah saat yang tepat untuk mengizinkan Tuhan mentransformasi kita sesuai dengan rencanaNya.  


Berbicara mentransformasi, berarti ada yang namanya proses. Sangat wajar, sebagai manusia, pastinya tidak mudah untuk hidup otentik. Tetapi saat kita memberi hati kita untuk diproses, kasih karunia Tuhan yang memampukan kita kok.  

Sebagai orang tua, terkadang ada rasa ingin ikut campur saat melihat anak berproses. Tetapi kita harus ingat bahwa ini pertarungan mereka, bukan kita. Dalam proses itu, mereka akan mengalami ujian dan pencobaan, sakit hati, dan kekecewaan. Diperlakukan tidak adil, disalahkan, dilupakan, dan setiap hal yang tidak enak itu pasti akan selalu ada.

Bagian kita hanyalah mengingatkan mereka bahwa setiap hal terjadi dengan suatu tujuan, yaitu membentuk mereka menjadi sesuai dengan yang Tuhan inginkan. Kita hanya perlu percaya bahwa Tuhan sedang mempersiapkan jalan yang lebih baik, walau kita tidak dapat melihatnya. Bagian mereka hanyalah melakukan semuanya dengan segenap hati karena rewards yang sejati itu datang dari Tuhan. 

Tahun 2024 kemarin memang tahun yang penuh dengan warna. Banyak hal yang memberatkan kami di tahun 2024. Terkadang ada rasa ingin menyerah dalam menghadapi begitu banyak tekanan dan tantangan. Tetapi puji Tuhan, saat kami berserah pada Tuhan dan berusaha melakukan apa yang Tuhan inginkan, kami melihat Tuhan bekerja dalam segala hal untuk mendatangkan kebaikan bagi kami.

In all seasons, He is always good.

 

Kamis, 24 Oktober 2024

Lulus ala Kurikulum Merdeka


Tahun ini, di I-School (nama homeschool kami yang berarti Integrity School) kembali meluluskan anak ke jenjang Pendidikan menengah. Ya, si adik tahun ini sudah lulus kejar paket A.

Uniknya, Ujian Paket A tahun ini berbeda dengan saat kakak ujian dua tahun yang lalu. Kalau dua tahun lalu Ujian Nasional (UN) di kejar paket A berisi ujian dari 5 mata Pelajaran, yaitu PKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika. Ujian dilaksanakan selama tiga hari full.

Kemarin saat adik ujian, bentuk ujiannya berbentuk ANBK. ANBK atau Asesmen Nasional Berbasis Komputer menjadi pengganti dari Ujian Nasional. ANBK ini berbeda dengan UN. Berdasarkan laman Kemendikbud Ristek, disebutkan bahwa UN itu lebih fokus pada nilai akhir. Sedangkan ANBK justru lebih fokus pada evaluasi input, proses, dan output dari pembelajaran melalui serangkaian tahapan tertentu. (untuk prakteknya, saya kurang tahu loh ya =D)

Definisi dari ANBK ini adalah program penilaian mutu yang dilakukan oleh setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar maupun menengah. Penilaian ini nantinya akan dilakukan berdasarkan pada kemampuan dasar peserta didik mulai dari literasi, numerasi, dan karakter. Tidak hanya itu saja, ANBK ini juga disebut-sebut mampu untuk menilai bagaimana kualitas dari proses belajar-mengajar dan iklim dalam satuan.

Nah, bentuk literasi dan numerasi ini tentunya memudahkan si adik yang tidak suka menghapal Pelajaran. Kalau kami menilai, konsepnya adalah saat ini informasi mudah didapat. Tetapi kemampuan mengolah dan menganalisa informasi ini yang harus dikuasai oleh peserta didik. Oleh sebab itu bentuk ujiannya tidak ada hapalan, hanya menjawab soal berdasarkan bacaan yang ada.

Foto mengerjakan test jadi salah satu bukti yang harus disertakan disaat ujian.

Secara singkat, literasi membahas tentang tiga hal.

1. Menemukan informasi: kemampuan mencari, mengakses, serta menemukan informasi tersurat dari suatu wacana. 

2. Interpretasi dan integrasi: kemampuan memahami informasi tersirat atau tersurat, memadukan interpretasi antar bagian teks untuk menghasilkan inferensi. 

3. Evaluasi dan refleksi: kemampuan menilai kredibilitas, kesesuaian maupun keterpercayaan teks, serta mampu mengaitkan isi teks dengan hal lain di luar teks.

Sedangkan numerasi mencakup tiga hal berikut. 

1. Pemahaman: Kemampuan memahami fakta, prosedur, serta alat matematika. 

2. Penerapan: Kemampuan menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata yang bersifat rutin. 

3. Penalaran: Bernalar dengan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah bersifat non rutin.

Bentuk ujian, literasi dan numerasi. Semua dalam satu hari.

Ohya, info diatas merupakan rangkuman saat saya mencari info tentang ANBK. Karena menurut saya ANBK ini mempunyai konsep yang lumayan berbeda dari ujian yang biasanya. Bentuk soalnya pun bukan hanya pilihan ganda (PG) dan essay. Di ANBK ini ada PG, PG kompleks, menjodohkan, uraian singkat, dan essay. Semua dilakukan secara online.

Karena online, spec dari PC juga harus diperhatikan.

Hal ini lumayan membuat si adik jiper, takut dia gak lulus. Puji Tuhan pihak PKBM kami mengadakan simulasi dan gladi resik. Ini tentunya membantu adik untuk mengenali soal-soal yang ada. Dan Tuhan memang baik, kasih karuniaNya cukup untuk si adik. 

Adanya simulasi dan gladi resik membantu anak dalam pelaksanaan.

Saat ujian dilakukan, ujian hanya satu hari saja, semua berjalan dengan baik. Hanya saja koneksi internet sempat bermasalah. Tetapi semua dapat diselesaikan dengan baik.

Dinyatakan lulus ;)

Bulan Agustus kemarin kamipun kembali ke Salatiga untuk cap tiga jari. Kami pun mendapatkan ijazah. Yang cukup unik, lulus di kurikulum Merdeka ini bukan hany adari ijazah yang diterima si anak. Ada lembar terpisah berjudul Sertifikat Hasil Uji Kesetaraan (SHUK) dari mendikbud.

Di SHUK tersebut tertera keterangan dari nilai literasi dan numerasi yang dikerjakan oleh adik. Di literasi, adik mendapatkan nilai dan juga keterangan mencapai kompetensi minimum (cakap). Sedangkan di numerasi, adik mendapatkan nilai dan juga keterangan di atas kompetensi minimum (mahir).

SHUK adik

Pihak PBx menjelaskan bahwa adik masuk dalam kategori lulus. Saya jadi bingung, memang beda ya suratnya kalau tidak lulus. Kak Hasan pun menceritakan bahwa yang tidak lulus akan dapat kertas dengan judul Surat Keterangan Hasil Uji Kesetaraan (SKHUK).

Akhirnya kami pun mencari tahu (kalau kata si kecil mau kepo-kepo) bedanya SHUK dan SKHUK. Kami pun mendapatkan bahwa bagi peserta didik pada jalur pendidikan nonformal yang telah mengikuti uji kesetaraan bisa dikategorikan menjadi dua kelompok. Yang pertama LULUS dari satuan pendidikan dan mendapatkan SUHK. Dan yang TIDAK LULUS akan mendapatkan SKHUK.

SKHUK.

Kemudian kami baru tahu bahwa ada 4 tingkat yang digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan literasi dan numerasi siswa. Tingkatan tersebut adalah:

1. Di atas kompetensi minimum (Mahir)

2. Mencapai kompetensi minimum (Cakap)

3. Di bawah kompetensi minimum (Dasar)

4. Jauh di bawah kompetensi minimum (Perlu intervensi khusus).

Di benak kami seperti nilai A, B, C, dan D. Untuk adik, mendapatkan nilai ini menjadi suatu hal yang cukup menenangkan, setelah sekian lama deg-degan dengan nilai yang ada.

Lega sudah hati mamak dengan selesainya ujian dan ijazah di tangan. Tahun depan perjuangan kembali dengan kejar paket B untuk si kakak, entah dengan kurikulum merdeka atau akan berganti kembali (kejar paket A kakak, ada di link ini ya). Perjalanan kami memang masih panjang. Tetapi bersyukur untuk setiap tahapan yang dapat dilalui. 

Only by His grace


Rabu, 23 Oktober 2024

Journey to the Heart

Tahun ini anak-anak berkesempatan mengikuti retreat Journey to the Heart. Retreat JttH adalah retreat yang menyediakan kesempatan untuk para remaja dan anak-anak muda untuk menjauh dari kesibukan hidup, mencari Tuhan sambil menikmati ciptaan Tuhan yang indah, dan mengalami realita akan pribadiNya. Retreat ini biasanya diadakan di US oleh IBLP. Dan biasanya untuk mengikutinya, harus di US. Tetapi karena Gabriel Cleator datang untuk mengisi FC 2024, maka dimintalah untuk mengadakan JttH.

Format JttH ini adalah retreat 10 hari. Tetapi karena waktu, maka dipangkas selama 5 hari, dari Selasa sampai Sabtu. Jadi anak-anak hanya akan bersama Gabriel dan istri selama 5 hari. Kami orang tua hanya mengantar dan menjemput saja. Karena itu peserta diinfo usia 13 tahun keatas. 

Indonesia - Singapore

Tetapi di hari terakhir FC diumumkan jika ada saudara dari peserta JttH yang berumur 12 tahun mau ikut, maka bisa interview terlebih dahulu. Di hari tersebut adik sudah bilang tidak mau. Kami pun juga tidak memaksa karena kami merasa umurnya juga baru 12 tahun dan saat itu sedang dalam pengobatan karena sakit.

Tetapi saat kami mau pulang ke Airbnb setelah FC selesai (yang lain pesta duren dan kami sekeluarga tidak bisa makan duren), salah satu kakak yang sempat mengikuti Alert Cadet Academy di US bercerita bahwa JttH di Indonesia ini adalah kesempatan yang langka. Kakak ini dan saudaranya juga akan mengikuti JttH. Si adik pun mulai galau.

Akhirnya kami pun berkata jika memang mau, kami bisa bertanya ke PIC. Adik mulai berpikir takutnya bosan duduk terus dan biayanya lumayan (karena kan yang ikut 2 anak). Tetapi ada bagian dalam diri dia yang ingin ikut. Selain itu dia juga berpikir takutnya tidak ada kesempatan ikut JttH lagi.

Kami pun memberi pengertian bahwa memang betul biaya pasti besar jika dua anak yang ikut. Tetapi jika memang kegiatan yang berguna dan bagus, tidak apa. Kami pun meminta dia berdoa dan memberi jawaban besok. Dan keesokan harinya, saat kami akan kembali ke Jakarta, adik bilang ingin ikut. 


Di hari Selasa, kami pun jalan pagi-pagi menuju Villa Genteng Bogor. Sesi pertama yang kami kira after lunch ternyata di rundown diinfokan akan dimulai jam 10.00. Bahkan rencana adik untuk ke dokter gigi dibatalkan, karena kami tidak mau telat. Namun karena lebih banyak yang telat, akhirnya sesi dimulai setelah makan siang bersama (bagian kami melatih karakter tepat waktu pada anak-anak dan bersukacita saat situasi tidak menyenangkan).

Sebelum kami meninggalkan anak-anak, kami pun berpesan agar mereka ‘tangkap’ sebanyak mungkin firman Tuhan yang disampaikan, fokus ke tujuan awal, yaitu untuk lebih lagi mengerti isi hati Tuhan dan melakukan personal retreat. Istilahnya mamak-mamak sih, tangkap apinya, jangan sampai pulang tanpa mendapatkan apa-apa secara rohani. Jangan ambil pusing dengan perlakuan siapapun, atau attitude orang yang tidak sesuai dengan aturan yang semestinya. Yang penting anak-anak ini tahu tujuan mereka datang ke retreat.

Gaya sebelum jalan keliling villa.

Melalui buku yang dibagikan, mamak sempat mengintip sedikit, JttH dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah lima fondasi kebenaran kehidupan Kristen yang harus mereka miliki. Yang kedua adalah menguji beberapa kondisi hati negatif yang kita punya, dan meminta Tuhan untuk mentransformasi menjadi kondisi hati yang positif saat kita mencari wajahNya. 


Selama JttH, kami para orang tua membuat Menara Doa. Kami bergantian berdoa tiap jam. Menaikkan permohonan kami agar selama retreat semua dalam keadaan aman, anak-anak dan pembicara sehat (Namanya juga orang luar ke Indonesia, takutnya perut mereka jadi lucu), dan terlebih lagi agar anak-anak ini menangkap setiap yang disampaikan.

Night session

Yang menarik dari JttH adalah lelaki dan perempuan dipisah hampir di setiap sesi. Diskusi dilakukan secara terpisah. Kesatuan terpisah begitu deh. Duo Lynns tidak masalah dengan hal ini. Kalau kata mereka:” Kan Journey to God’s heart, not others heart.” Tetapi ada juga waktu saat mereka digabung bersama dalam diskusi besar. 

Diskusi young men.

Kegiatan outdoor pun menjadi hal yang sangat penting. Anak-anak diizinkan mencari spot outdoor yang mereka suka untuk melakukan personal devotion. Bagi Duo Lynns, personal devotion sudah menjadi bagian mereka setiap hari. Tetapi melakukan personal devotion sambil menikmati alam dan udara yang dingin merupakan kesempatan yang jarang.  Mereka pun ada tracking dan olahraga bersama di sekeliling Villa. Kalau kata adik, ternyata fun juga. Gak Cuma duduk manis di ruangan saja. 

Spot yang disukai kakak
Motorik kasar ala adik.

Batu favorit anak-anak
Bridge mode on

Anak-anak pun mempunyai jam malam. Tujuannya supaya mereka punya waktu istirahat dan kembali fresh saat mengikuti sesi di esok hari. Mereka tidak diizinkan untuk menyeberang ke ‘negara’ lain (kamar lawan jenis) saat malam hari. Hal ini menjadi momen dimana integritas dan ketaatan mereka diuji. Apakah mereka mau untuk taat dan jujur. 

Ternyata ada waktu untuk main di playground juga.

Ada satu hari dimana mereka diminta berpuasa bersama. Dan ini menjadi momen yang seru karena puasanya bareng-bareng. Dan ada satu waktu dimana anak-anak diminta menelpon orang tua mereka untuk memberi tahu hidden sin mereka. 

Group makan satu
Group makan dua

Lima hari pun tidak terasa karena anak-anak cukup menikmati setiap sesi (walau mereka tidak mau dibuat langsung selama 10 hari). Mereka mengakui ada masa-masa ngantuk juga. Adik juga sempat merasa ada yang tidak begitu dia pahami. Tetapi overall, mereka menikmati setiap momen mempelajari firman Tuhan lebih lagi. 

Saat penjemputan

Sebagai orang tua, salah satu doa kami adalah melihat mereka bertumbuh menjadi anak yang mengasihi Tuhan dan memiliki karakter Ilahi. Dan JttH menjadi salah satu sarana yang menurut kami baik. Walau sesungguhnya the real journey dimulai saat mereka selesai melakukan JttH. Berproses menjadi pribadi yang mengasihi Tuhan.

Fellowship after JttH
Gabriel mengingatkan orang tua bahwa the journey starts now.