Kamis, 09 Oktober 2025

Lulus Paket B

 


Bagi para homeschooler mandiri seperti kami, yang memilih mendidik anak-anaknya di rumah tanpa menggunakan sekolah online ataupun tutor, hal yang paling menegangkan adalah saat anak-anak berada di kelas 6, 9, dan 12. Dengan kata lain, saat anak-anak harus berhadapan dengan ujian nasional.

Kenapa menegangkan? Bukan karena kami takut anak-anak tidak dapat mengikuti ujian karena kurikulum yang kami gunakan berbeda. Tetapi karena kami selalu deg-degan dengan sistem yang berubah.

Seperti di akhir tahun 2024, dengan bergantinya presiden, berarti akan ada kemungkinan akan berubahnya sistem ujian bagi anak-anak di kelas 9. Apalagi di tahun ini si kakak akan mengikuti ujian kelas 9. Dan seperti yang kami perkirakan, ada perubahan yang cukup membingungkan.

Di awal tahun ini, kami membaca bahwa Ujian Nasional (UN) untuk siswa SMP akan dilaksanakan pada tahun 2026. Sementara, UN untuk siswa SMA, SMK, dan MA akan dilaksanakan pada bulan November 2025. Kami pun bertanya kepada pihak PKBM, apakah ini berarti anak-anak kelas 3 SMP yang harusnya ujian di tahun 2025 jadi tidak ujian. Saat kami bertanya pun pihak PKBM belum mendapat info apapun dari diknas.

Akhirnya kami diinfo bahwa anak-anak kelas 3 SMP akan menghadapi Ujian Nasional di tanggal 5 – 7 Mei 2025. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya ujian literasi dan numerasi, ujian tahun ini kembali ujian mata Pelajaran. Dengan kata lain, angkatan si kakak tidak mengalami ujian literasi dan numerasi untuk ujian kesetaraannya.  

Saat kelas 6 SD dulu kakak hanya diuji lima Pelajaran, yaitu PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika. Untuk ujian di kelas 3 SMP ini, ada 7 mata Pelajaran yang akan diuji, yaitu Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, dan Bahasa Inggris. 3 pelajaran akan diuji di hari pertama, sementara hari kedua dan ketiga akan ada 2 pelajaran.

Prosedurnya pun tetap sama. Kami diminta mengirimkan pakta integritas dan alasan mengapa kami mengikuti secara online. Dan dihari ujian, zoom tetap dinyalakan. Kami pun mengirimkan foto saat ujian dikerjakan.

SKL si kakak.

Setelah menunggu selama sebulan lebih, maka kami mendapatkan pengumuman kelulusan si kakak. Berbeda dengan saat lulus paket A, kami kali ini tidak perlu ke Salatiga untuk cap tiga jari. Ijazah dikirimkan dan kami hanya perlu mendokumentasikan saat kakak menerima ijazah.

Kelulusan ini menandakan membuat kami semakin menyadari bahwa sudah 12 tahun kami memilih home education bagi anak-anak kami. Dan dengan mendapatkan ijazah paket B, berarti kakak sudah masuk jenjang selanjutnya, yaitu SMA. Yang berarti semakin mendekati selesainya home education bagi si kakak. 

 

Rabu, 08 Oktober 2025

Our Love Story Part 2


Memiliki anak-anak yang sudah masuk masa pra remaja dan remaja merupakan hal yang gado-gado rasanya. Di satu sisi, mereka semakin dewasa dan mengerti banyak hal. Tetapi di satu sisi, banyak hal yang harus dipersiapkan bagi mereka. Salah satunya adalah tentang sex education.

Beberapa tahun yang lalu, kami sempat mengadakan kegiatan ini juga, bertepatan dengan momen Hari Kasih Sayang. Kali ini, kami mengadakan setelah tahun ajaran selesai, sebagai kegiatan bersama untuk memasuki tahun ajaran yang baru. Selain itu pesertanya pun dibuat dari anak-anak umur delapan tahun keatas, mengingat perubahan-perubahan saat ini.

Kegiatan kami dimulai dari ice breaker. Anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Permainan pun dimulai. Selesai bermain, maka kami memulai ibadah bersama. Setelah itu, anak-anak yang berusia dibawah 8 tahun diajak ke ruangan terpisah dan membuat aktivitas. Sementara anak yang berusia 8 tahun tetap di ruangan yang sama.

Ice Breaker by uncle kesayangan anak-anak.

Kali ini kami diminta untuk membagikan sharing mengenai kekudusan. Sebelum kami sharing di hari H, kami membagikan PR bagi orang tua. Orang tua diminta untuk melakukan sharing dengan anak. Di minggu pertama, orang tua diminta untuk berdiskusi tipis tentang perasaan anak-anak. Kenapa harus orang tua dulu? Tujuannya agar orang tua dan anak dapat mempunyai hubungan yang lebih akrab dan anak mendapatkan perspektif bahwa orang tua mereka hadir bersama dengan mereka.


Di minggu kedua, orang tua diminta untuk menceritakan pengalaman mereka berada dalam sirkulasi teman yang baik dan buruk. Tujuan dari kegiatan di minggu kedua adalah anak tahu pentingnya berada di sirkulasi yang tepat dan memilih teman yang tepat. Bad company corrupts good character.

Di minggu ketiga, orang tua mulai membagikan perubahan-perubahan fisik yang dialami saat mereka memasuki masa-masa puber. Tujuannya adalah agar anak mengetahui tubuh mereka akan berubah dan itu normal. Oleh sebab itu mereka tidak perlu minder dan tidak mengizinkan siapapun memegang bagian tubuh mereka, kecuali penting. 

Sharing by papa.

Di minggu keempat, orang tua diminta untuk sharing mengenai menjaga kekudusan. Orang tua pun diminta untuk menceritakan betapa sakralnya pernikahan itu. Tujuannya adalah agar anak mengetahui suatu kehormatan bagi mereka untuk menjaga diri mereka tetap kudus sampai Tuhan mempertemukan mereka dengan pasangan mereka. 

Umbrella authority untuk mengingatkan mereka berada di bawah orang tua mereka.

Bagian kami saat sharing adalah merangkum itu semua. Kami membagikan ilustrasi tentang korek api. Setiap korek api tradisional hanya dapat dinyalakan sekali.Korek api adalah kita dan permukaan kasar pada kotak korek merupakan hal-hal yang menguji kekudusan seperti kontak fisik dengan cara intim, melihat hal-hal yang tidak baik, melakukan tindakan yang bertentangan dengan kekudusan. 

Korek api zaman baheula.

Saat bermain-main dengan kekudusan, menguji kekudusan, bisa saja korek tersebut terpantik dan terbakar. Setelah padam, maka tidak dapat digunakan lagi untuk menyalakan api. Demikian juga dengan purity. Saat kita bermain-main dengan purity, merasa tidak masalah melakukan sentuhan fisik, coba-coba, maka tanpa disadari bisa membakar kita. 

Ilustrasi tentang korek api.


Setelah sharing selesai, maka anak-anak dibagikan kertas yang berisi purity pledge. Anak-anak bersama-sama mengikrarkan janji mereka. setelah itu orang tua memberikan gelang yang dapat dipakai mereka sebagai pengingat akan ikrar mereka mengenai kekudusan. 

Our Purity Pledge

Gelang sebagai pengingat mereka akan komitmen mereka.

Berbeda dengan konsep sex education yang ada di sekolah, bagi kami inti dari sex education bagi anak-anak ini adalah bagaimana mereka menjaga kekudusan sampai mereka masuk dalam pernikahan. Memang terkesan berat, tetapi kami meyakini hal yang penting ini harus dibicarakan sejak mereka masih kecil. 


A commitment to purity challenges you to safeguard your heart until it is the right time to ‘awaken’ love. This often feels lonely and even painful, but the pain of self-denial is far better that the pain of self-destruction. We praise God, we can walk through it together, as one community.

Us....