Setelah membahas tentang Phonics CCC dan
gambaran besar cara menggunakan CCC, pertanyaan yang sering
dilontarkan kepada saya adalah bagaimana cara menggunakan Math CCC. Memang seperti yang pernah saya katakan, matematika merupakan momok bagi sebagian orang,
mungkin karena saat kecil penyampaiannya tidak jelas atau kita memang tidak tektok dengan matematika. Padahal tanpa
disadari matematika itu merupakan dasar dari semua ilmu.
Lebih dari sekedar menggunakan
matematika untuk menyelesaikan soal-soal yang ada, ketekunan dalam mengerjakan
dan memelajari matematika membentuk suatu karakter yang baik. Dari
menyederhanakan suatu soal matematika dan kemudian mengerjakannya, anak-anak
dibiasakan untuk tidak menunggu masalah besar baru diselesaikan. Dari kesalahan
dalam mengerjakan suatu soal, mereka dibiasakan bahwa setiap kesalahan harus
diperbaiki. Habit yang baik bukan?
Kembali ke Math CCC, penggunaan matematika ini dirancang berjalan bersamaan
dengan penggunaan karakter. Setiap angka, dari 1 sampai 10, diceritakan melalui
binatang dan karakter apa yang dapat kita pelajari. Jadi bukan akademis saja
yang jalan, tetapi pembentukan karakter.
Saat menggunakan Math CCC,
pastinya kita akan merasa bingung dan canggung melihat materi yang diberikan. Memang
cara penyampaian matematika yang digunakan di Math CCC berbeda dengan cara yang diberikan saat kita kecil. Math CCC menekankan pentingnya nilai suatu
angka (satuan, puluhan, dan ratusan). Selain itu Math CCC berusaha meminimalkan penggunaan jari saat belajar
menghitung (kebalikan dari cara waktu kita diajari saat kecil bukan). Anak-anak
pun diperkenalkan urutan bilangan sejak awal, bahkan mereka harus mengetahui
’tetangga’ sebelum dan sesudahnya. Dengan demikian anak dapat mengetahui
bilangan mana yang lebih besar dan bilangan mana yang lebih kecil.
Yang menarik dari Math CCC adalah
mereka memperkenalkan penjumlahan dengan menggunakan keluarga angka. Sebagai
contoh, Mrs Two Deer mempunyai dua
anak yaitu 2 + 0 dan 1 + 1, dengan nama keluarga 2, sehingga nama lengkap
mereka adalan 2 + 0 = 2 dan 1 + 1 = 2. Secara tidak langsung mereka jadi
belajar penjumlahan dalam bentuk yang menarik. Bukan untuk dihapalkan, tetapi
namanya anak-anak pasti lebih tertarik jika pembelajaran dalam bentuk cerita.
Untuk pembuktiannya, supaya nama-nama ini tidak menjadi hapalan, maka anak-anak
juga akan diajak untuk membuktikannya dengan menggunakan tools atau alat bantu yang ada.
Lalu saat memperkenalkan
pengurangan, anak-anak diperkenalkan bahwa pengurangan merupakan opposite atau lawan dari penjumlahan. Pendekatan seperti ini mempermudah kita
nantinya saat mengajari perkalian dan pembagian. Sehingga akhirnya perkalian
dan pembagian tidak menjadi hapalan (seperti saat kita masih belajar
menghapalkan tabel perkalian), tetapi lebih cepat menangkap konsep.
Namun dalam materi yang kami beli, masih edisi lama, Math CCC dibagi
menjadi dua bagian:
1. Math A: mencakup pengenalan angka dari 0 – 100, menghitung angka dua
demi dua, menghitung angka lima demi lima, menghitung angka sepuluh demi
sepuluh, penjumlahan dan pengurangan angka dari 1 – 10, menyelesaikan soal
cerita sederhana dengan pemodelan, place
value mat, mengetahui angka sesudah atau sebelum suatu angka, dan
membandingkan angka mana yang lebih besar atau lebih kecil.
2. Math B: mencakup menulis angka hingga 999, angka tiga demi tiga,
menghitung angka empat demi empat, penjumlahan dan pengurangan belasan,
menyelesaikan soal cerita sederhana dengan pemodelan, place value mat, mengetahui angka sesudah atau sebelum suatu angka,
dan membandingkan angka mana yang lebih besar atau lebih kecil, perkenalan tentang
waktu, pecahan sederhana, dan uang.
Atas: pengenalan angka dari 1 - 100. Bawah: Place Value Mat |
Penggunaan Math CCC untuk
anak umur 3 tahun
Saat anak-anak baru berumur tiga tahun, penekanan kami saat menggunakan CCC
adalah pada bagian cerita karakter yang ada. Titik berat kami ada pada
karakter generosity (Mr. One Penguin), flexibility (Mrs. Two Deer),
loyalty (Mrs. Three Bear), dan orderliness
(Mr. Four Beaver). Cerita yang
menarik mengenai keluarga hewan-hewan ini dengan karakter yang mendukung
membuat anak-anak senang mendengarkan cerita tersebut. Saya menceritakan satu
kisah selama seminggu, dengan harapan anak-anak menyerap dengan baik karakter
tersebut. Setelah keempat karakter tersebut dimengerti dan dapat diaplikasikan
dengan baik, kami pun beranjak ke karakter-karakter lainnya.
Selain kisah mengenai karakter
tersebut, kami memperkenalkan angka dari 0 hingga 100 dalam bentuk lagu yang
kami karang sendiri. Di umur ini juga anak-anak mulai tracing angka. Dan sebagai tambahan, saya memperkenalkan konsep
perbandingan (kecil, lebih besar, terbesar) dan konsep logika sederhana melalui
kejadian sehari-hari yang ada di rumah. Untuk kegiatan kami saat anak-anak
berusia 3 tahun, silakan klik link berikut.
Penggunaan Math CCC untuk anak umur 4 tahun
Saat anak-anak mulai umur 4
tahun, kami pun mulai menggunakan Math A.
Di bagian atas buku lesson guide biasanya ada petunjuk berapa lama materi suatu
materi harus diselesaikan. Misal materi addition
3+ diselesaikan dalam 5 hari dengan lembar soal sebanyak 10 lembar. Maka
saya akan membagi lembar soal menjadi 5 bagian yang berarti satu hari si anak
akan mengerjakan 2 lembar.
Penggunaan Math CCC untuk anak umur 5 tahun
Saat anak berusia lima tahun dan sudah
menguasai Math A, maka anak dapat
lanjut masuk ke Math B. Di Math B
anak mulai berkenalan dengan teen
atau belasan. Diawali dengan memelajari segala hal yang berhubungan dengan teen, setelah itu anak berkenalan dengan
materi tambahan di dalam Math B seperti waktu, mengenal konsep pecahan
sederhana, dan uang.
Bagi anak yang pertama kali
menggunakan CCC saat berumur lima ,
maka saya menyarankan untuk menggunakan Math
A walaupun si anak sudah bisa menghitung sampai dengan 10. Menurut saya,
pemaparan konsep di Math A untuk
penjumlahan di bawah 10 sangat bagus dan terlebih lagi kita dapat memasukkan
kisah karakter. Tentu saja waktu pembahasan suatu materi dapat dipersingkat dan
lembar soal perharinya bisa lebih banyak.
Penggunaan Math CCC untuk anak umur 6 tahun
Saat anak berusia enam tahun, si
anak dapat menyelesaikan Math B yang
belum selesai. Jika si anak sudah menyelesaikan Math B, maka kita dapat memilih kurikulum lain untuk matematika.
Bagi anak yang pertama kali menggunakan
CCC saat berumur enam, maka dapat langsung menggunakan Math B asalkan si anak
sudah menguasai fakta 1 -1 0. Jika anak belum menguasai, saya menyarankan untuk
mengulang dari awal sehingga anak mendapatkan konsep penjumlahan yang benar.
Place value mat
Salah satu sarana yang digunakan saat memelajari nilai suatu bilangan
adalah place value mat. Anak
diperkenalkan dengan tiga rumah, yaitu rumah satuan (ones), puluhan (tens),
dan ratusan (hundreds). Kami
menggunakan stick pensil untuk
menjelaskan tentang rumah-rumah ini. Ada pensil satuan dengan huruf O sebagai
lambang dari ones atau satuan dan
pensil yang dikelompokkan per 10 dan diikat lalu ditulis T sebagai lambang dari
tens atau puluhan. Kami membuat rumah
untuk satuan dan puluhan. Rumah
untuk satuan dibuat kecil dan hanya pas untuk 9 stick satuan. Sedangkan rumah puluhan dibuat hanya dapat menampung
9 ikat T atau puluhan. Tujuannya supaya anak-anak tahu bahwa di rumah satuan
hanya dapat menampung maksimal 9. Lebih dari 9, berarti si stick ini harus pindah ke rumah yang lebih besar yaitu rumah
puluhan. Tetapi untuk datang ke rumah puluhan, mereka harus dalam satu ikatan
yang berisi 10 stick satuan atau 1 ten (puluhan).
Daily drill
Seperti saat memelajari Phonics, dalam Math juga ada yang namanya daily drill. Daily drill berarti setiap harinya si anak harus memelajari ini
dengan singkat, tidak lebih dari 15 menit. Kita cukup mengikuti instruksi yang
ada, tanpa perlu membuat pengembangan sendiri.
Alat Bantu
Seperti istilah yang berkata the more
the merrier, maka semakin banyak alat bantu dapat membuat anak-anak belajar
dengan lebih semangat. Alat bantu yang dapat digunakan adalah cubes, stick, dan anak-anak dari suatu
angka. Tujuan alat bantu ini digunakan adalah supaya anak-anak dapat memahami
konsep melalui sesuatu yang terlihat langsung.
Atas: addition family. Bawah: number line |
Saat anak belajar addition family
dengan mengisi kamar dari rumah si angka, mereka akan tahu bahwa 2 + 0 dan 1 +
1 adalah 2. Ini akan menjadi hapalan semata jika mereka tidak tahu dari mana
asalnya. Dengan alat bantu seperti cube
atau stick, anak dapat mengerti bahwa
jika kita punya 1 stick di tangan
kanan dan 1 stick di tangan kiri maka
saat digabungkan, keduanya menjadi 2.
Selain itu dengan adanya alat bantu, anak-anak tidak mencongak atau
menghitung dengan menggunakan jari. Kenapa sih tidak boleh pakai jari? Toh saat kita masih kecil juga ibu guru
kita mengajar dengan menggunakan jari (bahkan sebagian anak ngotot menggunakan
jari kaki juga). Sebetulnya alat bantu diberikan untuk memudahkan anak dalam
membayangkan suatu persoalan. Sejalan dengan berjalannya waktu, saat si anak
sudah mengerti, maka alat bantu sudah tidak perlu digunakan lagi. Namun
kecenderungan beberapa anak, mereka akan nyaman dengan alat bantu dan akhirnya
bergantung dengan alat bantu. Nah, karena jari mereka akan selalu ada bersama
mereka, akibatnya mereka akan mencongak dengan menggunakan jari. Kalau dengan
alat bantu lainnya, lambat laun anak akan belajar untuk tidak menggunakan alat
bantu tersebut.
Rutin dalam pembelajaran
Pertanyaan yang sering diberikan kepada saya adalah bagaimana tentang rutin
dalam penggunaan Math CCC. Sama seperti Phonics yang dimulai dengan penjelasan
tentang Bible story suatu huruf, kami
pun memulai dengan penjelasan cerita mengenai si angka atau karakter yang dipelajari.
Setelah selesai bercerita, maka kami pun masuk ke daily drill kurang lebih 15 menit. Setelah selesai kami pun masuk
ke konsep dan basic skill yang ada di
buku.
Penggunaan Math CCC dalam
Edisi Terbaru
Dalam CCC yang terbaru, pembelajaran matematika dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
1. Math A: pengenalan karakter
yang berhubungan dengan angka 1 – 10, konsep angka 0 – 10, pengenalan keluarga
penjumlahan, pengenalan angka dalam garis bilangan (number line), urutan angka
dari 1 – 10, membandingkan angka mana yang lebih besar atau lebih kecil dan
menghitung dari 1 hingga 100.
2. Math B: konsep bilangan 1 –
20, pengenalan angka sampai 100, menghitung angka dua demi dua, menghitung
angka lima demi lima, menghitung angka sepuluh demi sepuluh, penjumlahan dan pengurangan
angka dari 1 – 10, menyelesaikan soal cerita sederhana dengan pemodelan,
mengetahui angka sesudah atau sebelum suatu angka, dan membandingkan angka mana
yang lebih besar atau lebih kecil. Di Math B juga diperkenalkan waktu, pecahan
sederhana, dan uang.
3. Math C: mencakup menulis angka
hingga 999, angka tiga demi tiga, menghitung angka empat demi empat,
penjumlahan dan pengurangan belasan, menyelesaikan soal cerita sederhana dengan
pemodelan, place value mat,
mengetahui angka sesudah atau sebelum suatu angka, dan membandingkan angka mana
yang lebih besar atau lebih kecil.
Idealnya Math A akan digunakan
saat anak berusia 4 tahun, Math B
saat anak berusia 5 tahun, dan Math C
saat anak berusia 6 tahun. Memang dirasa terbalik jika membandingkannya dengan
kurikulum di Indonesia, karena anak saat TK A dikejar sudah dapat menghitung
sampai 20, walaupun saat SD mungkin si anak baru dapat memahami waktu dan
pecahan.
Kendala saat menggunakan
Math CCC
Banyak yang berpikir bahwa kendala menggunakan Math CCC adalah karena dalam
bahasa Inggris dan pelajaran Matematika yang kurang disenangi banyak orang.
Tetapi ini bukan kendala bagi kami.
Kendala terbesar bagi kami adalah terkadang kita merasa cara yang ada rumit
dan akhirnya kita merasa lebih nyaman dengan cara yang kita dapatkan saat
kecil. Akibatnya si anak tidak mendapatkan materi dengan maksimal. Kata kunci
dari menggunakan Math CCC adalah merelakan hati untuk memelajari materi yang
ada. Saat kita dapat memahami, maka kita dapat mengerti konsep dengan baik.
Seringkali karena kita tidak mau mencoba memahami konsep yang ada, kita
akan merasa konsep ini aneh dan lebih enak konsep yang kita gunakan saat kita
belajar dulu. Akibatnya seluruh materi yang harus disampaikan tidak
tersampaikan dengan baik. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk merelakan
hati dan waktu kita demi memahami konsep yang akan diberikan.
Kendala berikutnya terkadang kita lupa bahwa setiap anak itu unik. Dan
untuk keunikannya itu, kita harus dapat menjadi kreatif dalam menyampaikan konsep
yang ada sesuai dengan cara si anak belajar. Saat kita sudah mencoba dan anak
belum dapat memahami, kita harus mencari cara lain untuk menyampaikan pelajaran
dan konsep tersebut. Misal saat belajar penjumlahan, saya membuat flashcard penjumlahan. Lalu saya minta
kakak atau adik untuk mengantarkan anak-anak si angka ini untuk pulang ke
rumah. Atau saat belajar menghitung two
by two, saya mengajak si adik melompati dua kotak demi dua kotak. Jadi
lebih menarik untuk si anak bukan.
Bagaimana jika si anak belum bisa juga? Sebetulnya dalam belajar
matematika, begitu seseorang menangkap konsep, ia pasti dapat mengerjakan soal.
Namun jika konsep tidak ditangkap juga, maka latihan soal akan membantu
seseorang untuk mendapat konsepnya (cara ini digunakan oleh beberapa tempat les
matematika yang terkenal). Jadi untuk membantu anak menangkap konsepnya,
lakukan saja drilling latihan soal
setiap hari sampai si anak menguasainya. Pasti akan ada keluhan dan terkadang
ketakutan si anak karena belum dapat menyelesaikannya. Namun jika kita terus
menyemangatinya, saat si anak berhasil mengerjakan soal, kita dapat berkata,
”Tuh kan, ternyata tidak susah kan. Kamu bisa juga kan buatnya.”
Satu hal yang harus kita ingat,
karena setiap anak berbeda, maka pembelajaran matematika bukanlah bertujuan
untuk membuat anak ahli matematika. Untuk anak yang memang kemampuan
akademisnya bagus, kita dapat menambahkan konsep-konsep baru. Tetapi untuk anak
yang memang kemampuannya pas-pasan, tujuan pembelajaran adalah agar kemampuan
dasar si anak terpenuhi. Kan
tidak lucu si anak tidak dapat menjumlahkan angka sampai si anak besar.
Apakah memenuhi kemampuan dasar
si anak tersebut visible (secara kita
kan bukan
guru dan anak kita belajar sama kita)? Tentu saja visible. Saat di sekolah, jika tidak mencapai nilai minimal, maka
si anak akan mengikuti remedial. Namun
jika anak masih belum dapat memahami juga, si anak mau tidak mau harus
mengikuti flow yang ada. Pelajaran
harus maju dan akibatnya si anak tidak akan dapat lanjut ke materi selanjutnya
karena kemampuan dasar mereka masih kacau.
Karena homeschool, kita ada kebebasan untuk mengulang bahan yang ada. Jika
kita belum merasa penjumlahan si anak mantab, maka kita dapat mengulang sampai
mantab baru masuk pengurangan. Dan hal ini mungkin dibandingkan saat anak di
sekolah. Memang lebih lama, tetapi fondasi si anak akan lebih kuat.
Sebagai penutup, Math CCC
menitikberatkan pembelajaran sesuai dengan kebenaran firman Tuhan dan
pengembangan karakter. Saat dunia menganggap bahwa ilmu pengetahuan bertentangan
dengan Firman Tuhan, Math CCC
menunjukkan bahwa Tuhanlah sumber dari segala ilmu, termasuk matematika. Untuk
menggunakannya, kita harus mau untuk merubah pola pikir kita dan mencoba
memahami metode pembelajaran yang ditawarkan oleh Math CCC. Saat kita membuka hati dan pikiran kita, maka kita pun
akan dengan mudah menjelaskannya kepada anak-anak (walau bukan berarti
anak-anak akan dengan mudah menangkap apa yang kita jelaskan). Dan jadilah
kreatif saat menyampaikan materi ini untuk memfasilitasi keunikan belajar anak
yang berbeda-beda.
Semangat moms ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar